BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Istirahat dan tidur suatu faktor bagi pemulihan kondisi tubuh setelah sehari penuh melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Manusia mempunyai kebutuhan istirahat tidur bervariasi dan istirahat tidur sering mengalami perubahan karena kondisi tertentu. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur yang cukup, kemampuan untuk berkosentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003). Salah satu kondisi yang menyebabkan gangguan tidur pada wanita hamil adalah perubahan fisik yang terjadi seperti rasa mual dan muntah dipagi hari, meningkatnya frekuensi buang air kecil, pembesaran uterus, nyeri punggung,dan pergerakan janin. Sedangkan perubahan emosi meliputi kecemasan, rasa takut dan depresi ( Rafknowledge, 2004). Hasil penelitian Fied et.al (2007) menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang mengalami depresi akibat gangguan tidur selama kehamilan memiliki sedikit waktu tidur yang dalam. Hal ini bisa menimbulkan depresi dan stress yang berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Stress ringan menyebabkan janin mengalami peningkatan denyut jantung, tetapi stress yang
1
2
tergolong berat dan lama akan membuat janin menjadi hiperaktif (Musbikin, 2005). Rasa tidak nyaman selam kehamilan dan kecemasan menghadapi persalinan menyebabkan gangguan pola tidur pada wanita hamil (Bobak, 2005). Menurut Musbikin (2005), istirahat yang cukup merupakan kebutuhan ibu hamil tidak jarang ibu hamil terserang insomnia atau gangguan tidur yang disebabkan oleh masalah emosional selama hamil. Bentuk insomnia pun bervariasi, yaitu mulai dari tidur yang tidak tenang (gelisah), kurang tidur atau sama sekali tidak bisa tidur. Salah satu kondisi yang menyebabkan gangguan tidur pada wanita ialah perubahan fisik dan emosi selama kehamilan. Perubahaan fisik yang terjadi seperti rasa mual dan muntah dipagi hari, meningkatnya frekuensi berkemih, pembesaran uterus, nyeri punggung dan pergerakan janin. Sulit tidur tejadi selama kehamilan karena sering terbangun sepanjang malam terutama trimester pertama dan ketiga (Tiran, 2007). Pada trimester pertama, ibu hamil sering merasa jengkel lantaran kerap bangun di malam hari hanya untuk buang air kecil. Tidur pun jadi sangat terganggu. Gejala sering buang air kecil ini terjadi lantaran kandung kemih mendapat tekanan akibat membesarnya rahim. Selain itu, di masa ini, kebanyakan ibu hamil juga didera oleh rasa mual yang tak cuma muncul pada pagi hari, tapi bisa jadi sepanjang hari (Kompas, 2013). Sedangkan kehamilan trimester kedua adalah saat energi memuncak dan kesehatan menjadi optimal. Bila ibu hamil merasa lesu ada kemungkinan mengalami anemia, terutama bila letih disertai dengan kulit pucat dan barangkali mengidam makanan yang mengandung zat besi (Kelly, 1997).
3
Pada trimester III pada umumnya wanita mengalami sulit tidur adapun penyebabnya yaitu perubahan hormon, stress, pergerakan janin yang berlebihan, posisi tidur yang tidak nyaman, sering buang air kecil dan sakit pada pinggang karena terjadi peregangan tulang-tulang terutama di daerah pinggang yang sesuai dengan bertambah besarnya kehamilan (Huliana, 2007). Sehingga gangguan tidur yang tadinya ringan dapat menjadi berat, bahkan bisa menimbulkan stress baru, stress yang dialami ibu hamil akan membawa pengaruh pada janin yang dikandungnya. Stress ringan hanya akan membuat janin mengalami peningkatan denyut jantung, tetapi bila stress yang dialami tergolong berat dan lama janin akan menjadi hiperaktif (Musbikin, 2005). Pada trimester ketiga, calon ibu akan semakin peka perasaannya. Tingkat kecemasan ibu akan semakin meningkat. Calon ibu akan lebih sering mengelus-elus perutnya untuk menunjukkan perlindungannnya kepada janin, senang berbicara pada janin terutama ketika janin berubah posisi. Banyak calon ibu sering berkhayal atau bermimpi tentang hal-hal negatif akan terjadi pada bayinya saat melahirkan nanti. Khayalan-khayalan tersebut seperti kelainan letak bayi, tidak dapat melahirkan, atau bahkan janin akan lahir dengan kecacatan. Calon ibu menjadi sangat merasa bergantung pada pasangannya. Perasaan bahwa janin merupakan bagian yang terpisah semakin kuat dan meningkat. Peningkatan keluhan somatik dan ukuran tubuh pada trimester III dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap aktivitas seksual menurun (Rynerson, 1993 dalam Bobak, 2005).
4
Menurut survey dari 1,1 juta penduduk di Amerika yang dilakukan oleh American Cancer Society menemukan bahwa mereka yang dilaporkan tidur sekitar 7 jam setiap malam memiliki tingkat kematian terendah, sedangkan orang yang tidur kurang dari 6 jam atau 8 jam lebih tinggi tingkat kematiannya. Tidur selama 8,5 jam atau lebih setiap malam dapat meningkatkan angka kematian sebesar 155. Insomnia kronis tidur kurang dari 3,5 jam 9 wanita) dan 4,5 jam (laki-laki) juga dapat menyebabkan kenaikan sebesar 15% tingkat kematian. Setelah mengontrol durasi tidur dan insomnia penggunaan pil tidur juga berkaitan dengan meningkatnya angka kematian (Supriatna, 2011). Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data hasil poling tidur di Amerika oleh National Sleep Foundation (NSF) didapat bahwa ternyata wanita lebih banyak mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 63%:54%. Menurut data hasil survei National sleep Foundation (2007), 78% wanita hamil di Amerika mengalami gangguan tidur. Sedangkan hasil penelitian Karger (2009) di Perancis, menyatakan bahwa 75% wanita hamil mengalami gangguan tidur. Berdasarkan pendapat Widiyani dalam Kompas (2013), diperkirakan 78 persen wanita mengalami kesulitan tidur saat hamil. Perubahan hormon yang menimbulkan ketidaknyamanan menjadi penyebab berkurangnya jam tidur. Meningkatnya progesteron membuat ibu hamil lebih mengantuk di siang hari terutama pada trimester pertama. Ibu hamil yang obesitas juga kerap tidur mendengkur dan sering ke kamar mandi saat malam hari. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya jam tidur. Idealnya orang dewasa tidur selama 7-8 jam, namun untuk ibu hamil bisa mencapai 10 jam. Hal ini bergantung pada usia dan
5
stamina saat ibu hamil. Tidur cukup akan menjamin kesehatan ibu selama hamil serta memberikan cukup energi saat persalinan. Penelitian yang dilakukan University of California di San Francisco menemukan fakta, wanita yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki kemungkinan menjalani operasi caesar 4,5 kali lebih besar Menurut penelitian yang dilakukan University of Medicine and Dentistry of New jersey, New Brunswick, gangguan tidur ini meningkatkan risiko meningginya tekanan darah saat hamil menjadi empat kali lipat. Parahnya lagi risiko mengalami diabetes saat hamil juga dapat meningkat dua kali lipat emosi meliputi kecemasaan, rasa takut dan depresi (Rafknowledge, 2004). Hasil penelitian Irmayana (2008) tentang pola tidur ibu hamil trimester tiga di RSU Dr.Pirngadi Medan menunjukkan bahwa ibu hamil mengalami gangguan pola tidur karena frekuensi terbangun (50%) dan mengalami ketidakpuasan saat tidur (31%). Gangguan tidur tidak hanya dialami oleh wanita hamil fisiologis namun juga oleh wanita hamil dengan Diabetes Gestasional, Preeklamsi- eklamsia, anemia, Hiperemesis Gravidarum, Hipertensi. Berdasarkan data dari Universitas Indraprasta (2011), 34% kaum wanita mengalami insomnia. Bulan September - November 2003, Seksi Pelayanan Khusus Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan RS Jiwa Bandung, RS Jiwa Cimahi, dan Bagian Psikiatri FKUP/RSHS melakukan survei kesehatan jiwa pada ibu hamil dan menyusui di 112 puskesmas, di 24 kabupaten provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan, 798 orang atau (27%) dari 2.928 responden ibu hamil dan menyusui, menunjukkan tanda gangguan psikiatri berupa kecemasan atau ansietas (Dinkes Jabar, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2005) mengenai
6
faktor-faktor penyebab kecemasan ibu hamil, dari 50 responden diperoleh 46% mengalami kecemasan ringan, 50% kecemasan sedang, dan 4% kecemasan berat. Sedangkan penelitian Yuliana (2008), mengenai kecemasan pada ibu hamil trimester III, dimana kecemasan yang dialami dibagi ke dalam kategori jenis kehamilan (graviditas), usia, dan tingkat pendidikan, dari 51 responden yang diteliti diperoleh 49% tidak mengalami kecemasan (normal), 47.1% kecemasan ringan, 3.9% kecemasan sedang, dan tidak ada yang mengalami kecemasan berat. Kehamilan dapat merupakan sumber stressor kecemasan, terutama pada seorang ibu yang labil jiwanya. Data yang diperoleh peneliti pada tanggal 30 Mei 2013 dari Puskesmas Helvetia didapatkan bahwa jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Poli Kesehatan Ibu dan Anak dari bulan Maret sampai dengan Mei tahun 2013 berjumlah 276 orang. Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, peneliti merasa perlu untuk diadakan penelitian tentang hubungan antara kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil. 1.2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah: 1.2.1 Bagaimana kualitas tidur pada ibu hamil di Puskesmas Helvetia? 1.2.2 Bagaimana tingkat kecemasan pada ibu hamil di Puskesmas Helvetia? 1.2.3 Apakah ada gangguan kenyamanan fisik yang dialami oleh ibu hamil di Puskesmas Helvetia?
7
1.2.4 Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur pada ibu hamil di Puskesmas Helvetia? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada ibu hamil di Puskesmas Helvetia 1.3.2 Untuk mengetahui gangguan kenyamanan fisik yang dialami oleh ibu hamil di Puskesmas Helvetia 1.3.3 Untuk mengetahui kualitas tidur pada ibu hamil di Puskesmas Helvetia 1.3.4 Mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil di Puskesmas Helvetia 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1
Bagi praktik keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi kesehatan di komunitas dan dapat menjadi informasi yang mendukung dalam pembuatan intervensi keperawatan yang tepat dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas. 1.4.2
Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai referensi tentang kualitas tidur pada ibu hamil.
8
1.4.3
Bagi penelitian keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk penelitian keperawatan dan untuk dikembangkan pada penelitian berikutnya dalam ruang lingkup kualitas tidur pada ibu hamil.