BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Setiap manusia melakukan pekerjaan yang berbeda setiap harinya, dibalik setiap rutinitas yang dilakukan, manusia juga membutuhkan tidur untuk mengistirahatkan tubuh. Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton, 1997). Menurut Chopra (2003), tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh beristirahat secara tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras selama periode bermimpi dibandingkan dengan ketika beraktivitas di siang hari. Tidur tidak hanya dilihat dari berapa lama waktu yang digunakan untuk beristirahat namun juga dilihat dari kepuasan setelah bangun dari tidur. Menurut Lanywati (2001), kebutuhan tidur yang cukup, ditentukan selain oleh jumlah faktor jam tidur (kuantitas tidur), juga oleh kedalaman tidur (kualitas tidur). Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Gaya hidup yang dianut mempengaruhi status gizi dari seseorang yaitu underweight sampai pada obesitas. Untuk menentukan status gizi anak balita (usia 0-60 bulan), nilai IMT-nya harus dibandingkan dengan nilai IMT standar
WHO 2005 (WHO, 2006); sedangkan pada anak dan remaja usia 5-19 tahun nilai IMT-nya harus dibandingkan dengan referensi WHO/NCHS 2007 (WHO, 2007). Pada saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut adalah dengan Z-skor atau persentil. Z-skor : deviasi nilai seseorang dari nilai median populasi referensi dibagi dengan simpangan baku populasi referensi. Remaja dikategorikan obese ketika IMT/U nilai z score ≥ +2. Kondisi tubuh seseorang dapat mempengaruhi kualitas tidur, terutama bagi individu yang mengalami obesitas. Menurut National Sleep Foundation masalah obesitas terutama pada anak dan remaja merupakan perhatian utama karena alasan terjadinya peningkatan sleep apnea atau terjadinya jeda nafas saat tidur. Penelitian 20 tahun terakhir mengenai penyakit yang berhubungan dengan obesitas pada anak 6 – 17 tahun yang dilakukan CDC (center for disease control), menemukan peningkatan yang signifikan yang ditetapkan oleh rumah sakit untuk beberapa kondisi medis yang berhubungan dengan obesitas. OSA di negara-negara maju diperkirakan mencapai 2- 4% pada pria dan 1-2% pada wanita. 14-17 pria lebih sering mengalami OSA dan seringkali juga menderita obesitas. Di Amerika, diperkirakan 18 juta orang mengalami apnea tidur yang dikaitkan dengan yang yang kelebihan berat badan di bagian tubuh dan leher. Dampak dari tidur yang terganggu sepanjang malam, maka akan mengantuk di siang hari dan berisiko tinggi untuk mengalami kecelakaan mobil, kecelakaan kerja, dan masalah medis lainnya Dampak
dari
sleep apnea
adalah
dapat
mencetuskan kejadian
hipoksemia intermiten dan retensi CO, penurunan saturasi oksigen hingga 60% dan mengakibatkan gangguan tidur. Kejadian henti napas dapat mengakibatkan gangguan kemorefleks sehingga aktivitas simpatis pembuluh darah meningkat
16
dan mencetuskan vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah (Antariksa, 2010). Penelitian dilakukan pada anak SMA karena masa SMA adalah masa dimana seorang anak mulai untuk membentuk identitas dan karakter mereka, dimana seorang anak mulai berteman dengan lingkungan yang lebih luas, mencoba hal-hal baru yang lebih banyak. Selain kehidupan di luar sekolah yang banyak, kegiatan akademik atau di dalam sekolah juga lebih padat dibandingkan ketika SD dan SMP. Tugas sekolah, kegiatan OSIS, ekstrakulikuler dan pelajaran lebih padat. Hal-hal tersebut berkaitan dengan kualitas tidur seorang anak. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana hubungan antara obesitas dengan tingkat kualitas tidur pada anak SMA?
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara obesitas dengan tingkat kualitas tidur anak SMA 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara obesita dengan apnea tidur pada anak SMA b. Mengetahui hubungan antara apnea tidur dengan kualitas tidur pada anak SMA
17
D. MANFAAT PENELITIAN a. Bagi peneliti Peneliti dapat menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan tingkat kualitas tidur b. Bagi masyarakat Sebagai pengetahuan dasar bagi masyarakat agar dapat menjadi pengingat untuk tetap status gizi anak dan memahami pentingnya kualitas tidur pada anak. c. Bagi pembaca/peneliti lain Sebagi acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam
E. KEASLIAN PENELITIAN 1. “Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada pekerja shift di PT Krakatau Tirta Industri Cilegon” (Agustin, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur pekerja yang menggunakan sistem shift pada beberapa golongan usia yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional terhadap pekerja shiftI di PT. Krakatau Tirta Industri Cilegon. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan kualitas tidur dan penyakit fisik namun tidak ada hubungan antara kualitas tidur dengan lingkuang, stress fisik, obat-obatan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pekerja shift mempunyai kualitas tidur yang buruk Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah subjek penelitian yang merupakan karyawan pabrik, tempat penelitian dan hanya melihat faktor kualitas tidur saja.
18
2. “Faktor Dominan yang berhubungan dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga” (Wicaksono, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada mahasiswa yaitu seperti stres, kelelahan, lingkungan, obat, diet, penyakit dan gaya hidup dan dilihat kualitas tidur dari responden. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
terhadap
mahasiswa
Fakultas
Keperawatan
Universitas
Airlangga. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kualitas tidur mahasiswa terhadap stres kelelahan dan penyakit. Hasil menunjukkan sebagian besar mahasiswa mengalami kualitas tidur yang buruk. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah subjek penelitian yang merupakan mahasiswa UNAIR, tempat penelitian dan faktor yang diteliti. 3.
“Sleep Difficulties and Obesity Among Preadolescents” (Liu, 2011). Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesulitan tidur dan status overweight/obesitas pada anak remaja. Penelitian ini menggunakan metode cohort terhadap 606 pelajar pada usia 11 – 13 tahun. Hasil penelitian menunujukan pada anak dengan overweight dan obesitas lebih tinggi mengalami kesulitan tidur, penurunan waktu tidur dan rendahnya nilai aktifitas fisik. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan obesitas dengan kusulitan tidur pada remaja.
19
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah subjek yang merupakan anak sekolah usia 11-13 tahun, lokasi penelitian di Ontario, Canada dan faktor yang diteliti. 4.
Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah pada remaja Usia 15-17 Tahun di SMA Negeri Tanjung Morawa (Angkat, 2009). Penelitian ini untuk mengetahui hubungan natrasa kualitas tidur dengan tekanan darah pada remaja. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional pada siswa SMA di Tanjung Morawa. Penilaian kualitas tidur menggunakan PSQI. Kriteria responden tanpa gangguan sleep apnea dan penyakit berat lainnya serta dilakukan pengukuran tekanan darah. Hasil dari penelitian didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara kualitas tidur dengan tekanan darah. Persamaan penelitian adalah meneliti mengenai kualitas tir dengan subyek siswa SMA. Perbedaan penelitian pada lokasi, variable tekanan darah dan instrument penilaian untuk kualitas tidur.
20