BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada, telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi yang cepat dan industrialisasi yang cepat. Perubahan yang terjadi pada remaja baik fisik maupun psikologis berhubungan dengan produksi hormon seksual dalam tubuh yang mengakibatkan timbulnya dorongan emosi dan seksual. Menurut Kothai (2003) , meningkatnya perubahan prilaku seksual remaja mendorong remaja itu sendiri untuk selalu berusaha mencari informasi dalam berbagai bentuk. Sumber informasi itu dapat diperoleh dengan bebas mulai dari teman sebaya, buku-buku, film, video, bahkan dengan mudah membuka situs-situs lewat internet. Remaja sangat sedikit memperoleh pendidikan yang berkaitan dengan seksual dan kesehatan reproduksi dari guru ataupun orang tua, sehingga tidak jarang remaja melangkah sampai tahap percobaan. Pengaruh informasi global (paparan media audio visual) yang semakin mudah diakses justru memancing remaja untuk meniru kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat yaitu berbagai macam perilaku seksual seperti
Universitas Sumatera Utara
melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan dan hubungan seksual pra nikah. Perilaku seksual remaja dari suvei yang dilakukan PKBI di indonesia mengatakan bahwa remaja merupakan kelompok resiko tertinggi terhadap kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD) serta berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Perempuan yang mengalami kasus kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada tahun 2000-2003, sekitar 30 % dari 37.000 adalah remaja. Remaja berusia antara 15-24 tahun sangat rentan terhadap KTD karena remaja cenderung selalu ingin mencoba sesuatu yang baru. Studi Kualitatif PKBI selama tahun 2005 menyebutkan persentase KTD remaja tertinggi ada di Yogyakarta, Denpasar dan Mataram. Menurut Kepala BKKBN (2010), bahwa dari data BKKBN diketahui sebanyak 51% remaja di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi atau (JABOTABEK) telah berhubungan seks pranikah. Dapat diartikan bahwa dari 100 remaja, 51 remaja putri tidak perawan. Dari kota-kota lain di Indonesia juga didapatkan data remaja yang sudah melakukan seks pranikah tercatat 54% di Surabaya, 47 % di Bandung dan 52% di Medan. Sementara itu, data BKKBN mengenai estimasi aborsi di Indonesia per tahun mencapai 2,4 juta jiwa. Sebanyak 800 ribu diantaranya terjadi di kalangan remaja. Sedangkan data dari Kementerian Kesehatan (2010) diketahui sebanyak 21.770 kasus AIDS serta 47.157 kasus HIV positif dengan persentase pengidap usia 20-29 tahun sebanyak 41,8% dan usia 30-39 tahun sebanyak 30,9%. Selain itu, kasus
Universitas Sumatera Utara
penularan terbanyak karena hubungan heteroseksual 49,3%, homoseksual 3,3% dan melalui IDU 40,4% (BKKBN PUSAT 2010). Berdasarkan hasil survei Asfriyati (2005), tentang masalah kehamilan pranikah pada remaja di Kota Medan ditinjau dari kesehatan reproduksi diketahui sekitar 5,5 – 11% remaja melakukan hubungan seksual sebelum usia 19 tahun, sedang usia 15-24 tahun 14,7-30 % yang sudah melakukan hubungan seksual. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada dua warung internet di Jln.Pembangunan USU Medan 18 nopember2010 menemukan sebagian besar pengakses adalah remaja 75%, remaja putra mencapai hingga 55 orang perharinya dan remaja putri 30 orang perharinya, pengakses situs porno terbanyak adalah remaja putra. Elmer-Dewitt (2001), menyatakan hasil penelitian dari Universitas Carnegie Mellon di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat, selama 18 bulan tentang adanya 917.410 gambar-gambar eksplisit, deskripsi, cerita pendek dan klip film bercorak pornografi. Penelitian tersebut juga menunjukkan 98,9% khalayak situs porno adalah pria dan 1,1% adalah wanita. Menurut DeAngelis (2000), hal ini disebabkan karena pria lebih menyukai stimulus visual atau pengamatan, sementara wanita lebih tertarik menjalin persahabatan, berinteraksi dan terangsang oleh stimulus pendengaran. Media cetak maupun elektronik saat ini merupakan lingkungan yang dekat dengan remaja. Remaja di Amerika Serikat rata-rata menghabiskan waktu sekitar enam sampai tujuh jam per hari untuk menggunakan media, tiga jam untuk melihat televisi, dua jam untuk mendengarkan musik, satu jam untuk melihat rekaman video
Universitas Sumatera Utara
dan film, tiga sampai empat jam untuk membaca. Setengah dari seluruh remaja Amerika di kamar pribadinya memiliki TV dan 16% disertai komputer. Diantara remaja usia 15 hingga 17 tahun 33% online menggunakan internet selama 6 jam atau lebih dengan perhitungan 24% untuk 3 hingga 5 jam, 23% untuk 1 hingga 2 jam dan 20% untuk di bawah 1 jam (Pellettieri, 2004). Pada keluarga modern yang para orangtuanya sibuk beraktivitas diluar rumah, televisi berperan sebagai penghibur, pendamping bahkan pengasuh bagi anak-anak. Tetapi sayang tayangan televisi akhir-akhir ini cenderung kurang selektif. Tayangan pada jam-jam utama (prime time) sering menyajikan sinetron yang mengangkat cerita kurang bermutu seperti roman picisan, intrik-intrik rumah tangga kelas atas, kisah horor, komedi yang sedikit "syur" dan sejenisnya. Sinetron yang berisikan adegan percintaan atau pacaran, berpenampilan seksi, berorientasi hidup hedonistik serta berpola hidup serba senang dan serba mudah. Remaja menempatkan media massa sebagai sumber informasi seksual yang lebih penting dibandingkan orang tua dan teman sebaya (Brown & Keller, 2003). Hal ini mungkin terjadi karena media massa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai keinginan dan kemungkinan yang positif mengenai seks, dibandingkan permasalahan dan konsekuensinya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa media memiliki pengaruh terhadap sikap dan perilaku seksual remaja (Brown & Knight, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Ketertarikan remaja terhadap materi porno di media berkaitan dengan masa transisi yang sedang dialami remaja. Remaja sedang mengalami berbagai macam perubahan, baik pada aspek fisik, seksual, emosional. religi, moral, sosial, maupun intelektual (Hurlock, 1993). Remaja menjadi semakin sadar terhadap hal-hal yang berkaitan dengan seks dan berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks, termasuk informasi tentang seks yang begitu mudah di dapat di internet. Oleh karena itu, remaja menjadi salah satu segmen yang rentan terhadap keberadaan pornografi, terutama situs porno. Hurlock (1993), menyebutkan bahwa remaja lebih tertarik kepada materi seks yang berbau porno dibandingkan dengan materi seks yang dikemas dalam bentuk pendidikan. Perubahan perilaku seks pranikah remaja tidak terlepas dari hasil percontohan bahwa remaja dapat belajar melalui meniru. Hasil dari eksperimen Bandura (1963) (dalam Strasburger & Donnerstein, 1999), membuktikan bahwa para remaja sering meniru apa yang mereka lihat di layar televisi, terutama apabila perilaku tersebut dilakukan oleh model yang atraktif. Kecenderungan sikap permisif remaja terhadap perilaku seks bebas atau perilaku seks pranikah dapat menimbulkan risiko terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dan tertular penyakit menular seksual (PMS). Angka infeksi menular seksual (IMS) tertinggi terdapat pada usia 15-23 tahun, dan kehamilan tidak diinginkan yang diakhiri dengan aborsi sebanyak 2,4 juta jiwa per tahun 700 ribu di antaranya adalah remaja (Duarsa, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Perilaku seks bebas pada remaja tidak terjadi secara tiba-tiba. Hal ini terjadi karena adanya faktor yang mendorong terjadinya perilaku antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai akibat penumpukan perilaku interaksi keseharian remaja dengan keluarga.Faktor pemungkin juga sangat besar pengaruhnya dimana adanya fasilitas yang tersedia antara lain Warnet yang gampang didapat dengan biaya yang relatif murah. Juga pegaulan dengan teman sebaya dan dukungan orang tua menjadi faktor pendorong terjadinya perilaku seksual remaja. Oleh karena itu orangtua wajib untuk selalu berkomunikasi dan memperhatikan perkembangan putraputrinya. Sulit remaja berkomunikasi, khususnya dengan orangtua, pada akhirnya akan menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan. Menurut Sarwono (2006) bahwa semakin jelek taraf komunikasi antara anak dan orangtua, maka semakin besar kemungkinan remaja untuk melakukan tindakan-tindakan seksual. Perkembangan remaja tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi banyak faktor di dalam kehidupan mereka. Dalam pertumbuhan dan perkembangan juga dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya, teman sekolah, agama dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. Selain itu adanya norma-norma, ekonomi, media dan tetangga yang juga mempengaruhi perkembangan kehidupan remaja (Paquette & Ryan, 2001). Kehadiran teman sebaya (peer group) menjadi pusat informasi utama bagi remaja untuk mencari tahu akses agar dapat memperoleh informasi-informasi tentang seks. Karena itu, media sangat berperan dalam membentuk perspektif seorang remaja dalam memahami masalah seks.
Universitas Sumatera Utara
Peran orangtua sangat penting dalam hal ini dan harus dapat menjadi panutan bagi anak remajanya, karena orangtua adalah pendidik yang pertama dan utama, sehingga penting bagi orang tua untuk mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan reproduksi remaja. Cara penyampaian yang bijak dan tidak menakut-nakuti akan membuat remaja merasa nyaman untuk berdiskusi tentang masalah kesehatan reproduksi ini dengan orang tua (Sarwono, 2006). Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah Methodist 4 Medan saat survei awal menyatakan adanya beberapa siswa yang baru tamat sudah hamil di luar nikah. 1.2. Permasalahan Bagaimana pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan pendorong remaja pengguna situs internet dan televisi terhadap perilaku seksual remaja SMA Methodist 4 Medan tahun 2011. 1.3. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan pendorong remaja pengguna situs internet dan televisi terhadap perilaku seksual remaja SMA Methodist 4 Medan tahun 2011. 1.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan pendorong remaja pengguna situs internet dan televisi terhadap perilaku seksual remaja SMA Methodist 4 Medan tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan promosi kesehatan khususnya perilaku seksual remaja. 2. Bagi Yayasan Pendidikan SMA Methodist 4 Medan, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan pendidikan bagi remaja sebagai generasi muda dalam memanfaatkan internet dan televisi sebagai sumber informasi kesehatan yang bernar. 3. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam mengambil kebijakan mengingat ke depan Medan mengarah ke era globaliasai sehingga perlu adanya suatu usaha untuk mengantisipasi terhadap muatan seksual dari media massa. 4. Bagi pihak lain sebagai studi perbandingan untuk dijadikan pengkajian yang lebih mendalam terhadap pengaruh predisposisi, pemungkin dan pendorong remaja pengguna situs internet dan televisi dengan perilaku seksual remaja.
Universitas Sumatera Utara