BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Tahun 2008, tahun dimana perekonomian dunia mengulang kembali
masa susah di tahun 1998 silam. Masa krisis ekonomi global. Berbeda penyebab tetapi sama-sama meresahkan masyarakat Indonesia, bahkan seluruh negara. Institusi-institusi keuangan, terutama perbankan yang merupakan pihak utama
dan
terpenting
dalam
perputaran
perekonomian,
juga
mengalami collapse. Memang banyak institusi keuangan lainnya, tetapi di perbankanlah institusi yang paling „dekat‟ dengan kehidupan langsung masyarakat. Kala itu, bank berbasis konvensional yang sangat dominan dan berperan dalam pemulihan akibat krisis. Krisis ekonomi di Indonesia tahun 2008 tidak separah krisis tahun 1998 karena perbankan Indonesia di tahun 2008 lebih bisa mengantisipasi diri dan belajar dari pengalaman di tahun 1998, khususnya di sektor financial. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (UU Perbankan Syariah No 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 2). Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Perbankan dibagi menjadi dua, yaitu perbankan syariah dan konvensional. Undang-undang Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008 mendefinisikan arti dari perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan 1
2
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (UU Perbankan Syariah No 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 7). Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU Perbankan Syariah No 21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 8). Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatnnya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU Perbakan Syariah No 21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 9). Sedangkan bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas bank umum konvensional bank perkreditan rakyat (UU Perbankan Syariah No 21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 4). Bank Umum Konvensional adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU Perbankan Syariah No 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 5). Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU Perbankan Syariah No 21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 6). Eksistensi perbankan syariah di Indonesia telah ada sejak tahun 1990an. Eksistensi bank syariah di Indonesia selama kurang lebih 20 tahun ini telah memberikan warna tersendiri di industri perbankan Indonesia. (Anto Dan Wibowo, 2012). Peranan dan fungsi ekonomi serta keuangan syariah dalam sistem keuangan saat ini lebih diharapkan, terlebih pengalaman krisis keuangan telah menyadarkan kembali akan esensi aktivitas lembaga keuangan maupun adanya kritik terhadap praktek keuangan yang telah berkembang terlalu jauh. Terlebih Bank Indonesia yakin krisis global akibat krisis utang Eropa dan Amerika Serikat tidak akan berdampak signifikan pada kinerja industri perbankan syariah di Tanah Air. Itu karena fokus kegiatan perbankan syariah pada pembiayaan usaha dalam negeri dan tidak banyak terkait dengan perekonomian internasional. "Industri perbankan syariah tidak terganggu oleh kondisi perekonomian global," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah dalam seminar Outlook Perbankan Syariah 2012, Rabu, 14
3
Desember 2012 (Tempo.Co – Jakarta). Ekonomi dan keuangan syariah, secara konsep telah berbasis kepada transaksi riil yang tidak melakukan praktek spekulasi dan tidak mengabaikan fundamental ekonomi dan keuangan yang sebenarnya. Sistem ekonomi dan keuangan syariah hadir berlandaskan kepada pencapaian keadilan dan distribusi kesejahteraan ekonomi maupun ethical value yang bersifat universal, yang dapat diterima oleh berbagai pihak. Dalam tataran praktis, pada akhirnya ekonomi dan keuangan syariah memberikan garis keterkaitan yang jelas bahwa produk dan transaksi keuangan yang terjadi dalam pasar harus memiliki keterkaitan erat dan berhubungan langsung dengan sektor riil. (Laporan Perkembangan Keuangan Syariah, OJK Tahun 2013). Perbankan di Indonesia mengalami perkembangan dengan seiring berkembangnya pemikiran masyarakat tentang system syariah yang tanpa mengunakan bunga (riba). Hubungan hukum di antara Bank Syariah dengan nasabahnya sehubungan dengan pelaksanaan Pembiayaan berdasarkan akad, tentunya tidak terlepas dari apakah yang dimaksudkan dengan “Akad” itu sendiri, yang mempunyai pengertian sama dengan: Perjanjian atau Kontrak (Russely, Fransisca, Dan Zahroh : 2014). Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masingmasing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah (Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 13). Berdasarkan rumusan tentang Akad tersebut, jelaslah bahwa Akad memuat sejumlah hak dan kewajiban bagi para pihak, yakni pihak Bank Syariah dan pihak nasabah selaku pemohon Akad Pembiayaan. Sedangkan pembiayaan merupakan penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan antara bank dan pihak lain yang wajib untuk mengembalikan uang atau tagihan setelah jangka waku tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. (Rivai dalam Purwanto, 2011:15). Tujuan dari pembiayaan ini yaitu: (1) secara makro adalah peningkatan ekonomi, tersedianya dana bagi peningkatan usaha, meningkatkan produktivitas, membuka lapangan kerja baru, dan terjadi distribusi pendapatan. (2) secara
4
makro adalah upaya memaksimalkan laba, upaya meminimalkan resiko, pendayagunaan sumber ekonomi, penyaluran kelebihan dana. (Muhammad dalam Sari, 2013:35). Pembiayaan yang akan diteliti oleh penulis adalah pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan ijarah. Dimana Pembiayaan mudharabah dan musyarakah ini memiliki perbedaan pada pembagian modal dan pengelolaan usaha, serta pembagian keuntungan. Jika pembiayaan mudharabah adalah kontrak antara dua pihak dimana satu pihak yang disebut investor (rab al mal) mempercayakan modal atau uang kepada pihak kedua yang disebut mudharib (pengusaha/skill
man)
untuk
menjalankan
usaha
niaga.
Mudharib
menyumbangkan tenaga, keterampilan, dan waktunya dan mengelola perseroan mereka sesuai dengan syarat-syarat kontrak. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha). Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syari‟ah dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang. (Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 07/DSN MUI/IV/2000). Pembiayaan Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi daa (modal) dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Muthaher 2012 : 165). Sedangkan pembiayaan ijarah adalah ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain. Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa dan penyewa/pengguna jasa. Obyek akad ijarah adalah : (a) manfaat barang dan sewa; atau (b) manfaat jasa dan upah. (Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 09/DSN-MUI/IV/2000). Perbankan syariah sekarang ini telah banyak bermunculan, bahkan bank konvensional pun sekarang telah membuat bank syariahnya juga. Beberapa
5
bank konvensional yang mempunyai bank syariah yaitu seperti : (1) Bank Syariah Mandiri, (2) Bank Mega Syariah, (3) BNI Syariah, (4) BRI Syariah. Namun dlam penelitian ini, peneliti akan meneliti Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri termasuk dalam 10 bank syariah yang memiliki nasabah paling loyal, memiliki pengakuan kinerja dan efesiensi perbakan terbaik dalam ajang Indonesia Banking Award 2013, dan meraih predikat The Most Effecient dan The Most Profitable pada tahun 2014. Namun dalam laporan keuangan pembiayaan yang dilakukan Bank Syariah Mandiri berfluktuatif namun kecenderungan adanya penurunan. Berikut adalah data dari Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah dan Ijarah Bank Syariah Mandiri Periode 20082013 :
Tahun
Tabel 1.1 Jumlah Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Ijarah Pembiayaan Pembiayaan Pembiayaan Mudharabah
Musyarakah
Ijarah
2008
611.418.826.308
484.253.915.095
17.210.915.095
2009
349.377.698.586
643.656.128.516
39.347.226.243
2010
911.763.415.639
1.421.525.475.633
13.624.926.820
2011
439.237.572.611
979.162.543.860
106.182.681.534
2012
397.379.837.426
908.486.543.253
3.609.014.373
2013
377.142.149.777
991.975.019.184
76.087.600.326
Sumber : Laporan Arus Kas Annual Report Bank Syariah Mandiri Periode 20082013. Dari data yang telah didapatkan, dapat kita lihat pembiayaan mudharabah pada tahun 2008 ke 2009 turun cukup besar, namun pada tahun 2009 ke tahun 2010 kenaikan pembiayaan mudharabah naik drastis 3 kali lipat. Namun pada tahun 2011-2013 pembiayaan mudharabah semakin menurun disetiap tahunnya. Pembiayaan Musyarakah pada tahun 2008 ke 2009 naik, pada tahun 2010 mengalami kenaikan dua kali lipat, namun pada tahun 2011 dan 2012 mengalami penurunan, pada 2013 mengalami kenaikan lagi meskipun sedikit. Begitu juga dengan ijarah pada tahun 2008 ke 2009
6
pembiayaan ijarah terbilang yang naiknya cukup kecil, namun pada tahun 2010 mengalami penurunan pembiayaan yang tinggi, pada tahun 2011 pembiayaan ijarah naik sangat tinggi, namun pada tahun 2012 dan 2013 pembiayaan mengalami penurunan sangat drastis kembali, meskipun tahun 2013 pembiayaan ijarah masih terbilang lebih besar dari tahun 2010. Fenomena ini terjadi tidak hanya terjadi di bank syariah yang baru berdiri, namun terjadi juga pada bank syariah yang sudah cukup lama berdiri (yang sudah dianggap established). Namun demikian, tahap-tahap kearah perbaikan telah tampak (Chapra dalam Supriyadi, 2011). Sebagai contoh, dari data Internasional Association Of Islamic Banks atau IAIB tahun 1996, pembiayaan mudharabah 7,2%, namun penggunaan pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah masih sangat marginal yang angkanya masih dibawah 20% (Septiani, 2014). Bank syariah mempunyai aturan yang ketat dan memilih investasi yang halal sesuai syariat islam, bank syariah harus menghasilkan profit yang baik. Profitabilitas adalah Kemampuan bank dalam menghasilkan profit akan bergantung pada kemampuan menejemen bank yang bersangkutan dalam mengelola aset dalam liabilities yang ada, dan secara kuantitatif profitabilitas dapat dinilai dengan menggunakan Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Equity, Return On Asset. Pada penelitian ini penulis akan menggunakan perhitungan profitabilitas dengan menggunakan ROE (Return On Equity). Karena dengan menggunakan ROE, penulis dapat melihat kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Return On Equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham preferen) atas modal yang mereka investasikan didalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Dibawah ini adalah kondisi ROE Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2013.
7
Tabel 1.2 Jumlah Ekuitas Pada Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2013 Tahun Jumlah Ekuitas 2008
1.208.428.625.609
2009
1.600.459.449.622
2010
2.020.615.074.975
2011
3.073.264.468.871
2012
4.180.690.176.525
2013
4.861.998.914.310
Sumber : Annual Report Bank Syariah Mandiri 2008-2013 Terlihat pada tabel diatas bahwa jumlah ekuitas pada Bank Syariah Mandiri pada tahun 2008 sampai 2013 terlihat terus meningkat, meskipun terus terlihat meningkat namun ekuitas terlihat belum optimal. Seharusnya profitabilitas dapat lebih optimal naik jika pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan ijarah terus meningkat. Namun dapat kita lihat kembali bahwa pembiayaan mudharabah, musyarakah dan ijarah berfluktuatif dan cenderungnya menurun. Dalam hal perbankan, memiliki profitabilitas yang yang terus meningkat tidak selalu bagus, dikarenakan laba perusahaan hanya untuk jangka pendek, namun pembiayaan yang cenderung menurun merupakan suatu masalah, karena kepercayaan nasabah pada bank terletak pada pembiayaannya, jika pembiayaaan terus menurun berarti adanya kurang kepercayaan pada bank tersebut. Berdasarkan Laporan Tahunan Bank Syariah Mandiri periode 20082013 terdapat laporan pembiayaan per skim. Berikut jenis pembiayaan per skim persentase serta grafik per pembiayaan .
8
Tabel 1.3. Pembiayaan Per Skim Tahun
Pembiayaan (%)
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Murabahah
51,17%
50,52 %
52,91%
53,84 %
61,56 %
65,81 %
Mudharabah
22,32%
20,79 %
17,69 %
12,72 %
9,55 %
7,75 %
Musyarakah
19,68%
20,27 %
19,15 %
14,78 %
14,16 %
14,54 %
Pemb.
6,82%
8,42 %
10,25 %
18,66 %
14,74 %
11,90 %
100%
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
Lainnya Total
Sumber : Annual Report Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2013 Grafik 1.1 Pembiayaan Mudharabah
Per Skim
25.00% 0.2232
0.2079
20.00%
0.1769 15.00% 0.1272 10.00%
0.0955 0.0775
5.00% 0.00% 2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Penulis
Dari grafik dapat terlihat pembiayaan mudharabah mengalami penurunan.
9
Grafik 1.2 Pembiayaan Musyarakah 25.00% 20.00%
0.1968
0.2027
0.1915
15.00%
0.1478
0.1416
0.1454
10.00% 5.00% 0.00% 2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Penulis
Dari grafik dapat terlihat pembiayaan mudharabah mengalami penurunan. Grafik 1.3 Grafik Pembiayaan Lainnya 20.00% 0.1866
18.00% 16.00%
0.1474
14.00% 12.00%
0.119 0.1025
10.00% 0.0842
8.00% 6.00%
0.0682
4.00% 2.00% 0.00% 2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Penulis Dari grafik dapat terlihat pembiayaan ijarah yang termauk di dalam pembiayaan lainnya mengalami kenaikan. Jika diperhatikan dengan grafik, pendapatan dari hasil bagi hasil Mudharabah, Musyarakah dan Ijarah yang dilakukan Bank Syariah Mandiri
10
pun berfluktuatif, namun cenderung terus menurun, tetapi jika dilihat dari pendapatan perusahaan secara ekuitas mengalami meningkat. Hal ini merupakan fenomena yang terjadi di Bank Syariah Mandiri, dimana pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan ijarah mengalami kecenderungan penurunan, namun di sisi lain laba ekuitasnya berfluktuatif memiliki kecenderungan meningkat. Berdasarkan dari fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah dan Ijarah terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2013” 1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diidentifikasikan
bahwa profitabilitas pada bank syariah tidak stabil. Ketidakstabilan profitabilitas ini disebabkan oleh pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah tersebut. Oleh karena itu, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut : 1.
Bagaimana perkembangan pembiayaan mudharabah, musyarakah, ijarah dan profitabilitas?
2.
Bagaimana pengaruh pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan ijarah terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri periode 2008-2013 secara simultan?
3.
Bagaimana pengaruh pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan ijarah terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri periode 2008-2013 secara parsial?
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan data,
mengolah, menganalisa, dan menyajikan data yang berkaitan dengan masalah pembiayaan mudharabah, musyarakah dan ijarah sehingga dapat dilakukannya analisis dan diperoleh gambaran yang jelas mengenai seberapa besar pengaruh pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah dan pembiayaan ijarah
11
terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri, dan selanjutnya akan dituangkan penulis dalam bentuk skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh Ujian Sidang Sarjana Ekonomi pada Program Studi Menejemen pada Fakultas Bisnis dan Menjemen Universitas Widyatama Bandung. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang telah diidentifikasi, yaitu : 1.
Perkembangan pembiayaan mudharabah, musyarakah, ijarah
dan
profitabilitas Bank Syariah Mandiri periode 2008-2013. 2.
Pengaruh pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan ijarah terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri periode 2008-2013 secara simultan.
3.
Pengaruh pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan ijarah terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri periode 2008-2013 secara parsial.
1.4.
Kegunaan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang
dilakukan dapat berguna bagi pihak-pihak berikut ini : 1.
Pihak Bank Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan sumbangan pikiran serta saran-saran yang dapat membantu Bank Syariah dalam menjalankan operasinya yang berprinsipkan syariah dalam rangka mningkatkan profitabilitas, khususnya melalui produk Mudharabah, Musyarakah dan Ijarah.
2.
Penulis Bagi penulis semoga dapat menambah pemahaman mengenai perbankan
syariah
terutama
dalam
pembiayaan
mudharabah,
musyarakah dan ijarah. Dan juga dapat mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan mudharabah, musyarakah dan ijarah terhadap profitabilitas bank syariah. Penelitian ini juga semoga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang selama ini penulis dapatkan di bangku kuliah namun secara teoritis.
12
3.
Civitas Akademika Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
mengembangkan
ilmu
pengetahuan khususnya di bidang menejemen keuangan di teori tentang bagaimana proses pembiayaan mudharabah, musyarakah dan ijarah dalam meningkatkan profitabilitas. Penulis juga berharap penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.5.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dan metode verifikatif. Menurut Zulganef (2008:11) deskriptif adalah : “Penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilah-milah atau mencari faktor-faktor atau variabel tertentu.” Sedangkan metode verifikatif menurut Nazir (2008 : 63) adalah “Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan perhitungan statistik.” Dengan metode ini penulis bermaksud mengumpulkan data historis dan mengamati secara seksama mengenai aspek-aspek tertentu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data-data yang menunjang penyusunan laporan penelitian. Data yang diperoleh tersebut kemudian diproses, dianalisis lebih lanjut denga dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran mengenai objek penelitian tersebut dan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang diteliti. 1.6.
Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,
maka penelitian ini dilaskukan di kampus Universitas Widyatama, Jalan Cikutra No. 204A Bandung, Perpustakaan Universitas Padjajaran, Jalan Dipatiukur Bandung. Sedangkan waktu penelitian terhitung dari bulan Oktober 2014.