BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kanker masih menjadi penyakit pembunuh nomor dua di dunia saat ini setelah penyakit jantung dan pembuluh darah. Dalam aspek ini, kanker menjadi masalah kesehatan penting bagi setiap bangsa. Kanker pada wanita menyebabkan 26% kematian di negara-negara Eropa. Kanker payudara merupakan jenis yang paling banyak diikuti oleh kanker serviks di tempat kedua. Dinyatakan 5,9% kematian disebabkan kanker payudara dan 2% kematian diakibatkan kanker serviks (Kerime, 2011).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2006 melaporkan terdapat 493.234 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian 273.505 jiwa per tahun (Cheren dkk, 2013). Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang. Hal itu terjadi karena pasien biasanya datang pada stadium lanjut (Laras L, 2009)
Menurut Departemen Kesehatan Turki, kanker serviks juga menempati urutan ke sepuluh dari keseluruhan jenis kanker yang terjadi pada wanita. Berdasarkan data pada tahun 2002, insidensi kanker serviks yaitu 4,5 per 100.000 penduduk. Dalam tahun yang sama, dilaporkan 1364 kasus kanker serviks baru dan 726 kematian yang disebabkan kanker serviks (Kerime, 2011).
Di Asia Pasifik pada tahun 2000, insidens kanker serviks ditemukan sebanyak 510/100.000 wanita dengan Case Fatality Rate (CFR), 52% (Arumugam, 2011) Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam Riset Kesehatan Dasar 2013, dari 1.027.763 pasien penderita penyakit kanker, sebanyak 522.354
Universitas Sumatera Utara
merupakan penderita kanker serviks dan kanker serviks adalah jenis kanker yang paling banyak diderita (Riskesdas, 2013).
Di Sumatera Utara, diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara , penderita kanker serviks pada tahun 2000 sebanyak 548 kasus, tahun 2001 sebanyak 683 kasus. Di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2009 sebanyak 48 kasus dan tahun 2010 sebanyak 40 kasus (Prakash, 2011).
Kanker serviks merupakan kanker primer yang berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio) berupa tumbuhnya sel-sel abnormal pada daerah tersebut. Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjalar ke vagina (Laras L, 2009).
Studi-studi epidemiologi menunjukkan 90% kanker serviks dihubungkan dengan infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus). HPV merupakan faktor inisiator terjadinya kanker serviks (Laras L, 2009). Walaupun terdapat 100 jenis HPV, HPV tipe 16 dan 18 merupakan tipe yang mempunyai risiko tinggi menyebabkan kanker serviks. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan insidensi yaitu koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (kurang dari 16 tahun), meningginya paritas, jarak persalinan yang terlampau dekat, hygiene seksual yang jelek dan aktivitas seksual yang sering bergonta-ganti pasangan (promiskuitas) (Sarwono, 2010)
Saat ini banyak sekali remaja yang mengatasnamakan cinta dengan seks. Jika dia cinta pada seseorang, ungkapan atas cintanya itu biasanya diungkapkan dengan seks. Banyak sekali remaja sekarang yang telah menjalani seks bebas. Dengan begitu risiko untuk terjadinya kanker leher rahim semakin meningkat (Cheren dkk, 2013).
Sebenarnya, tidak seperti kanker lainnya, kanker serviks dapat dicegah dengan memfokuskan pada pencegahan primer infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Universitas Sumatera Utara
maupun pencegahan sekunder yang didasarkan pada deteksi awal dan pengobatan lesi prekanker sebelum menjadi kanker yang invasif (Risasi et al, 2014).
Menurut Romadhoni, 2012, pendidikan kesehatan adalah suatu upaya untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Kesehatan bukan hanya untuk diketahui atau disadari dan disikapi saja, melainkan harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan atau mengembangkan pemahaman seseorang.
Oleh karena kurangnya pendidikan kesehatan khususnya mengenai kanker serviks bagi usia remaja di daerah-daerah khususnya daerah perifer (pinggir/luar kota), yang merupakan pencegahan primer kanker serviks, dikhawatirkan akan terjadi penyebaran lebih lanjut infeksi virus HPV melalui hubungan seks.
Dalam suatu penelitian disebutkan, tingkat pengetahuan siswi SMA Negeri 1 Kota Manado dinilai masih kurang. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi dan pengetahuan sejak dini mengenai kanker serviks dan pencegahannya (Cheren, dkk, 2013). Sementara itu, di Sumatera Utara, penelitian tentang tingkat pengetahuan terhadap kanker serviks hanya dilakukan di Kota Medan dan belum dilakukan di daerah perifer.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA terhadap kanker serviks yang pada penelitian ini akan mengkhususkan kepada SMA Negeri 2 Lubukpakam karena terletak di daerah perifer dan perlunya pendidikan kesehatan khususnya mengenai kanker serviks.
Universitas Sumatera Utara
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks ?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks. 1.3.2. Tujuan Khusus Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam terhadap kanker serviks mengenai : -
Definisi kanker serviks.
-
Faktor risiko terjadinya kanker serviks.
-
Penyebab kanker serviks.
-
Deteksi dini kanker serviks.
-
Sikap mereka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kanker serviks.
Mengetahui ketersediaan informasi mengenai kanker serviks pada siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam.
Universitas Sumatera Utara
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Pada masyarakat, khususnya masyarakat wanita agar dapat lebih berhati-hati terhadap faktor risiko kanker serviks dan terhindar dari kanker serviks. 2. Bagi Dinas Kesehatan, agar dapat melakukan upaya preventif berupa promosi kesehatan dan penyuluhan ke daerah – daerah perifer seperti Lubukpakam. 3. Bagi siswi SMA Negeri 2 Lubukpakam, agar siswi – siswi dapat mengetahui apa itu kanker serviks, apa saja faktor – faktor risiko terjadinya kanker serviks dan bagaimana mencegah terjadinya kanker serviks.
Universitas Sumatera Utara