1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi saluran pernafasan bawah. Saluran pernafasan atas meliputi lubang hidung sampai ke pita suara pada laring, termasuk juga sinus paranasal dan telinga bagian tengah. Saluran pernafasan bawah adalah lanjutan jalan nafas mulai dari trakea, bronkus, bronkiolus, sampai alveolus (Simoes, 2006).
Menurut laporan Ditjen Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem napas menempati peringkat pertama 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia, yaitu dengan persentase 15,1%. Sedangkan untuk persentase 10 penyakit utama rawat inap di rumah sakit pada tahun yang sama, penyakit sistem napas menempati urutan ke-4 dengan persentase 7,38% (Profil Kesehatan Indonesia, 2005).
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang dua juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara (Said, 2010).
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru yang sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (Said, 2010). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia terbagi atas dua kelompok besar yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.
2
Faktor instrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah, status imunisasi, pemberian ASI, dan pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah, ventilasi, kelembaban, letak dapur, jenis bahan bakar, penggunaan obat nyamuk, asap rokok, penghasilan keluarga serta faktor ibu baik pendidikan, umur ibu, maupun pengetahuan ibu (Azwar, 2002 dalam Annah et al., 2012).
Dari tahun ke tahun pneumonia selalu menduduki peringkat atas penyebab kematian bayi dan anak balita di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratorik, terutama pneumonia. Menurut Riskesdas 2007, pneumonia merupakan penyebab kematian kedua setelah diare (15,5%) diantara semua balita dan selalu berada pada daftar sepuluh penyakit terbesar setiap tahunnya di fasilitas kesehatan. Tiga besar dari 10 penyakit penyebab kematian Balita di Indonesia, tidak berbeda dengan data WHO mengenai penyebab kematian Balita di Asia Tenggara, yaitu gangguan perinatal (32%), pneumonia (23%), diare (14%), campak (4%), malaria (2%), dan HIV (1%) (Afifah, 2001).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, penyakit pernapasan seperti pneumonia juga sering menyerang balita. Pada tahun 2005 didapatkan 600.720 kasus pneumonia pada balita, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kematian balita yang disebabkan pneumonia pada tahun 2005 sebesar 204 balita yang terdiri dari 155 balita berumur 1 tahun dan 49 balita berumur 1-4 tahun.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, realisasi penemuan penderita pneumonia pada balita di Sumatera Utara berjumlah sebesar 15.590 dari total 571.547 penderita di Indonesia. Kejadian kematian pneumonia pada balita di Indonesia ditahun yang sama berjumlah 6.744 balita dimana Provinsi Jawa Barat
3
dengan jumlah mortalitas tertinggi (6.159) disusul oleh Bengkulu (420) dan Jawa Tengah (67).
Untuk
patogenesis
pneumonia
sendiri
umumnya
mikroorganisme
penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalu saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli (Said, 2010).
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada beratringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, merintih, dan sianosis (Said, 2010).
Sebagian besar pneumonia pada anak-anak tidak perlu dirawat inap. Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap keseimbangan asam basa, elektrolit, dan gula darah (Said, 2010).
Berdasarkan masalah dan data yang telah diperoleh, maka baiknya perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita pneumonia pada balita di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
4
1.2. Rumusan Masalah Sesuai latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana karakteristik penderita pneumonia pada balita di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan tahun 2011-2014?”.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan jenis kelamin. b. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan usia. c. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan riwayat pemberian ASI Eksklusif. d. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan status imunisasi. e. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan berat badan lahir. f. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan keluhan utama. g. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
5
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan tingkat kesehatan masyarakat, diantaranya: a. Sebagai data dan informasi bagi institusi kesehatan untuk mengupayakan tindakan pencegahan dalam mengurangi angka kejadian pneumonia pada balita. b. Sebagai pengalaman awal bagi peneliti dalam melakukan penelitian dengan mencari, mengembangkan, dan menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah kesehatan. c. Sebagai informasi dan data bagi RSUP H. Adam Malik mengenai karakteristik penderita pneumonia pada balita tahun 2011-2014 dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. d. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang membutuhkan data penelitian ini.