BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELlTlAN Proses perubahan sosial dalam suatu masyarakat dapat terjadi karena adanya pengaruh dari luar maupun dari dalam masyarakat itu sendiri. Hal ini telah menjadi perhatian d a 1 a m . w -
"... social life is life and therefore changes. ... Social scientists are c+d1enged P by the problems of life. ... dealing with the rise of newly independent nations. .... rapid change% societies ... " (Ponsioen 1969: 13). Temtama proses pembahan karena adanya pengaruh luar ilmu sosial karena
(external) menjadi ulasan banyak studi. Kemajuan teknologi di segala bidang terutama komunikasi memudahkan hubungan antar wilayah sehingga dapat menjangkau wilayah-wilayah terpencil. Maka dapat dikatakan hampir tidak ada lagi desa atau kelompok masyarakat yang terisolasi seperti yang dikemukakan oleh Herkovits (1945: 143): ' 2 society may be never so small, never so isolated; its technological equipmant may be of the simplest, its devotion to its own way of life expressed in extreme conservatism; yet changes constantly take place as generation succeeds generation, and new ideas, new alignment, new techniques come into the thrnkrng of its members ". &udi tentang masyarakat Aborigin dalam pembahan juga menunjukkan bahwa "... the effects of the modern technological revolution have been deeply felt in.the most remote corners of the world" (Holmberg 1945: 103). Teknologi yang menunjang peningkatan produktivitas di segala bidang (pertanian, perikanan, peternakan maupun industri) telah menjadi pemacu terjadinya pembahan yang cepat di suatu masyarakat, menumt Eckaus (1977: 5): "Technological decisions and the pace of technical change affect all development processes and, in turn, are affected by them". Dari berbagai studi tentang pembangunan dinyatakan bahwa "technology as an instrument for accelerating economic and social development is now accepted nearly everywhere and given special attention" (ESCAP 1984: 25). Keadaan tersebut membantu percepatan pembangunan di negara-negara berkembang, tetapi juga memiliki sisi lain yang menyodorkan berbagai masalah: "Recognition of technology's essential role in development does not imply a technological determinism. ... In particular, technological change is not necessarily beneficial for all development goals. .... technologies that increase resmrce productiviry may, for example, also increase income inequaliry or social stratification or urban crowding " (Eckaus 1977:6). Karena unsur-unsur dalam suatu kebudayaan memenuhi berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakat.
Beberapa unsur memiliki lebih dari satu fungsi, tetapi secara menyelumh unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling mengikat: ... a social system (the total social s m c t w e of "
a society together with the totality of social usages, in which t h structure appears and on which it depends for its continued existence) has a certain kind of unify, which we may speak of as a functional unity" (Radcliffe-Brown 1965: 181). Masuknya teknologi baru dalam suatu masyarakat dapat mengakibatkan pembahan besar yang mencakup seluruh bidang kehidupan (sosial, budaya, ekonomi). Karena teknolo&&kan hanya alat melainkan suatu sistem yang terdiri atas berbagai unsur yang saling berhte* Terdapat empat komponen dalam teknologi yang saling berinteraksi, yaitu: technoware (alatlfisik); humanware (keterampilan dan pengetahuan); infoware ( i n f o m i ) ; dan orgowme (organisasi). Dalam studi ini adalah perubahan
yang terjadi pada organisasi sosial yang
rnencakup kepemimpinan, pembagian kerja, mobilitm sosial
seperti yang ditunjukkan pada
"... increase in steel mes
and their dishibutions to women
penelitian di masyarakat Aborigin:
change the character of relations between individual and individual, the paired relationships that have been noted, but a new type of relationship,
... practically
unknown
.... The steel
me.
together, of course, with other European goods, came to symbolize for the aboriginal this new and uncomfortable form of social organization, the leader-group relationship" (Sharp 1967: 8485). Namun demikian perubahan atau teknologi yang tidak sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masyarakat dapat menimbulkan konflik. Dalam ha1 ini kemampuan dan kesiapan masyarakat dalam menanggapi perubahan tersebut amat berperan. Studi tentang pembahan ini dilakukan di masyarakat Dani Balim di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, propinsi Irian jaya menyangkut masuknya teknologi pertanian sawah khususnya di masyarakat Desa Tulem, Kecamatan Kurulu. Masyarakat Dani Balim dikenal sebagai masyarakat dengan tingkat (kebudayaan) teknologi yang amat sederhana (teknologi dari kayu dan batu). Keadaan ini berlangsung cukup lama yang disebabkan kurangnya kontak dengan kebudayaan diluar daerahnya hingga sebelum tahun 1960-an (kontak pertama dengan dunia luar). Kurangnya kontak dengan kebudayaan lain, akibat dari lokasi dan kondisi alam yang sulit. Kondisi ini menciptakan 'isolmi' bagi masyarakatnya. Kondisi tenebut memberikan peluang kecil bagi kontak dengan kebudayaan lain. Kontak pertama dengan dunia luar terjadi dengan datangnya Missi & Zending pada tahun 1954 (misi keagamaan: Katolik dan Protestan), yaitu melalui introduksi a g a kristenkatolik diikuti oleh teknologi alat, seperti kapak logam menggantikan kapak batu yang kemudian diikuti masuknya alat-alat lain seperti: pisau, parang, sekop dan lain-lain; bahkan sekop telah menjadi ciri dari petani Wamena; sekop telah menggantikan sege atau digging stick. Perubahan terutama
sekali terjadi di bidang pertanian (Hayward 1980: 165-167). Berangsur terjadi pula pembahan pada unsur-unsur lain dalam kehidupan masyarakat, apalagi dengan derasnya pendatang (yang mewakili sektor ekonomi) memasuki kota Wamena. Untuk itu, kegiatan pengembangan masyarakat di Wamena melalui introduksi teknologi pertanian menjadi titik perhatian studi perubahan akibat masuknya teknologi "baru". Dalam ha1 ini pengaruhnya terhadap organisasi sosial yang menyangkut kepemimpinan, pembagian kerja, hubungan sosial dan spesialisasi,
,@
disamping pembahan teknologi lainnya.
d9
Berbeda dengan pembahan yang terjadi pada teknologi, nilai budaya masyarakat mas$ temp dipegang teguh dan sulit untuk berubah. Meskipun sudah cukup lama mereka mengadakan kontak dengan kebudayaan lain (pendatang), ha1 ini karena tidak cukup alasan untuk menggantikannya, dalam arti nilai-nilai tersebut masih memenuhi fungsi mereka. Selain itu ha1 ini mengukuhkan pandangan masyarakat Dani Balim terhadap fungsinya sebagai pelestari dan penjaga kelangsungan nilai budaya atau tradisi mereka. Mereka menganggap diri sebagai pusat kebudayaan Dani: "...the Baliern Dani saw themselves as conservers oftraditional Dani culture'' (Hayward 1980: 106). Menumt legenda, induk suku Dani berasal dari Lembah Balim. Pada suatu saat tejadi migrasi besar sebagian masyarakat ke arah barat dan barat laut Lembah Balim, kelompok masyarakat ini kemudian dikenal sebagai suku Dani Barat yang dipandang sebagai pionir dan lebih mudah menerima unsur-unsur baru dari luar. Lembah Balim lokasi sebagian besar masyarakat Dani tinggal ditemukan seek tidak sengaja oleh Tim Ekspedisi Archbold pada tahun 1938. Dilanjutkan oleh tim ekspedisi yang sama dibawah pimpinan Kapten Teerink dan Letnan van Areken yang mendarat di Danau Habema (arah selatan dari kota Wamena), yang kemudian berjalan kaki menuju arah Lembah Balim melalui Lembah Ibele (sebelah barat kota Wamena) dan mendirikan basecamp. Pada tahun 1954, stasiun keagamaan (KristenICAMA) pertama didirikan di desa Hitigima (sebelah timur kota Wamena). Pada tahun 1958, di daerah sekitar landasan pesawat terbang (kota Wamena) pemerintah Belanda mendirikan pos pemerintahannya. Tidak lama kemudian, melalui proses yang panjang dan diawali dengan ditandatanganinya dokumen Pepera pada tahun 1969, Irian kembali ke pemerintah Republik Indonesia (Heider 1970: 11; Hayward 1980: 113-124; Kusnowo & Nazif 1992: 22).
Wamena sebagai ibu-kota Kabupaten Jayawijaya mempakan ibu kota kabupaten tennahal'. Hal ini karena jalan masuk dan keluar dari Wamena hanya ditempuh lewat udara.
' Disampaikan Prof h.Aswid S. Susan10 UrnSeminor Pengembangan W i l w hPedemm W
m
.W
~ 20-22 M Juni 1990
Lingkungan tempat tinggal mereka terdiri atas bukit cadas, pegunungan dan hutan yang cukup lebat, dengan kondisi cuaca dan pembahannya yang tak terduga. Dengan jumlah dan jenis binatang buruan yang tidak banyak, maka berbum sudah tidak menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Tikus, kuskus dan bumng d i b u ~secara kebetulan bila ditemui (Hayward 1980: 113-124). Ikan juga sangat kurang jenisnya, biasanya di lepas di parit-parit kebun atau di ambil dari danaudanau kecil atau sungai. Sedang udang sungai Balim (udang c h e w ) telah menjadi komoditi pasar.
,?
.%
Masyarakat Dani hidup dari berkebun dan memelihara temak babi (wam). Huil utaqp kebun adalah ubi jalar (hipere) yang juga mempakan makanan pokok. Teknik budidaya ubi jalar dilakukan amat baik
i it ton
1985: 62) meskipun teknologi yang digunakan sederhana.
Pembagian kerja secara h-adisional didasarkan pada jenis kelamin, laki-laki dan wanita, tidak terdapat spesialisasi. Meskipun terdapat orang-orang yang memiliki keahlian tertentu (seperti dukun), tetapi bukan mempakan pekerjaan yang khusus dan penuh, hanya dilakukan atas permintaan. Sistem kepemimpinan dalam masyarakat Dani bukanlah kekuasaan tetapi berupa pengamh, dalam arti bukan pengambil keputusan. Jarak antar jenjang sosial dalam masyarakat sangat pendek. Kepercayaan bagi masyarakat Dani Balim merupakan dasar kehidupan yang melandasi semua kegiatan dalam kehidupan mereka. Dasar kehidupan ini di lambangkm dengan suatu bentuk nyata yaitu kaneke yang berfungsi sebagai lambang persatuan. Orang Dan; (Itlay & Hilapok 1993: 20-21): "hidup dalam saruan ikatan seadar 'kaneke; bisa dikatakan sebagai satuan klen2patrilineal, satuan konfederasi yaitu satuan yang terdiri dari pasongan klen ", dan
satuan se-wakunno yaitu satuan berdasarkan wilayah (pemilikan tanah bersama) yang biasanya terdiri atas dua atau lebih konfederasi. Kaneke adalah benda-benda pusaka warisan leluhur, sebagai benda keramat disimpan di dalam honai (tempat tinggal) laki-laki. "Kaneke juga berarti hatildiri dari seorang kepala suku yang bersumber pada seorang tokoh mitos di masa lampau. Kaneke mempakan wujud nyata sebagai lambang penyatuan dari keinginan mencapai kesempumaan. Kaneke merupakan titik sentral dari selumh rangkaian kegiatan masyarakat. Tetapi tidak selumh kehidupan orang Dani Balim tergantung pada adat kaneke, karena manusianyalah yang menghidupkan adat kaneke tersebut" (Itlay & Hilapok 1993: 27). Studi ini bemsaha menjelaskan bahwa setiap unsur budaya memiliki fungsi yang saling terkait dalam suatu sistem. Jadi setiap perubahan pada salah satu atau beberapa unsur budaya
Klen kecil
dapat mengakibatkan perubahan pada unsur lain atau sistem dan dapat berakibat pada ketidak seimbangan sistem. Sebagai contoh: hilangnya (dilarangnya) perang di masyarakat Dani mengakibatkan memudarnya peranan laki-laki sebagai kesatria dan juga peluang sebagai pemimpin (perang). Ketidak-seimbangan seperti ini biasanya terjadi juga pada fase awal pengenalan sistem/teknologi barn, keseimbangan kembali terjadi bila terdapat penyesuaian. Keseimbangan ini dapat dicapai bila unsur-unsur baru tersebut memenuhi fungsi yang dibutuhkan. Juga berdasarkan opini bahwa setiap unsur dalam suatu kebudayaan memiliki&tgsi tertentu yang saling terkait dan hubungan antara unsur-unsur tersebut membentuk suatu kesatua~ sistem sosial. Menurut Radcliffe-Brown (1965: 181):
...
"
'function' is the contribution which a
partial activity makes to the total activity of which it is a part. The@ction of aparticular social usage is the conhibution it makes to the total social life as the functioning of the total social system" (Radcliffe-Brown 1965: 181). Sistem sosial dapat diartikan sebagai
"... the totalsocial
structures of a society together with the totality of social usages in which that shucture appears and on which it dependsfor its continued existence" (Radcliffe-Brown 1965: 181). Maka dalam
i salah satu unsur studi kasus di Wamena ini pendekatan sistem diterapkan. l n t e ~ e n s terhadap akan membawa pembahan pada unsur-unsur lain dan sistem itu sendiri. Fungsi atau makna suatu unsur dari suatu sistem akan tidak berarti bila dilihat secara terpisah dari unsur-unsur lain atau terpisah dari sistem yang utuh. Karena "the parts of a social system
... are
inteructional and
manifest asprocessess ofaction and reaction" (Bertrand 1972: 34).
Studi pembahan ini mengkaji latar belakang pembahan dengan memahami proses masuk dan penerimaan suatu teknologi dalam suatu masyarakat. Dalam ha1 ini melibatkan proses pengambilan keputusan yang menyangkut: I) penerimaan teknologi savah d m fungsinya; 2) siapa (dalam kedudukan dan fungsi sosial apa) orang yang berperan atas diterinumya teknologi smvah tersebut. Dalam pengenalan teknologi yang baru menuntut pengetahuan tentang sistem
pertanian tradisional serta hubungan yang terjalin di dalamnya. Pemahaman ini penting untuk dapat mengerti pembahan yang terjadi, serta hubungan sosial antar mereka.
1.2. MASALAH PENELlTlAN Perubahan sistem pertanian di desa Tulem telah terjadi sejak kon*
dengan kebudayaan
lain melalui misi keagamaan. Juga masuknya pemerintah (RI), yaitu dengan masuknya tanaman pangan lain selain ubi jalar (sayuran dan palawija): "... the missionaries, who wonted a greater variety of vegetables, began to give seeds for other k i d of table f
d and before long
I:
vegetables became 'big' business. ... The Dani in the meantime finding that vegetables were a meansfor procuring not only salt, but as the volume increased, axes, pots, shovels, clothes, and other western style goods" (Hayward 1980: 166). Pembahan terjadi antara lain: produksi
pertanian yang dipemntukkan bagi memenuhi kebutuhan pasar, juga dalam ha1 pascapanen dimana dilakukan proses pengeringan dan penyimpanan bagi produksi palawija, yang sebelumya tidak dilakukan. Kemudian disusul dengan introduksi sawah yang selain membah sistem pertanian juga berpengaruh pada kehidupan sosial. Pembahan teknologi pertanian terjr'%ri sistem pertanian tradisional yang kurang intensif (lahan kering: ubi jalar) pada sistem ptrtaniaO intensif (lahan basah: sawah). Dalam ha1 ini pengolaban dan perawatan lahan yang lebih intensif diperlukan dalam budidaya sawah. Pembahan terjadi seperti pada proses perawatan dan diperlukannya air beserta pengaturannya, yang sebelumnya tidak dikenal. Pembahan ini pada gilirannya menyebabkan terjadinya "pembahan dalam pembagian kerja" (Suparlan 1994b: 88), teknologi (dalam ha1 cara atau teknik), spesialisasi, hubungan sosial dalam kelompok maupun antar kelompok, dan kepemimpinan. Studi ini terutama mengungkap pembahan pada unsur kepernimpinan sebagai unsur yang peka dalam suatu organisasi sosial. Terdapat dua tipe kepemimpinan dalam masyarakat Dani yaitu yang diwariskan (ascribed) atau metek dan yang berdasarkan kemampuan (achieved) atau kain. Pembahan terjadi dalam kepemimpinan kain, yang kemudian berakibat pada petubahan
organisasi sosial sebagai sistem. Untuk itu dikaji akibat pembahan teknologi pertanian sawah terhadap perubahan kepemimpinan dan kemudian pembahan organisasi sosial dalam masyarakat petani di desa Tulem (Wamena). Secara khusus terdapat dua pertanyaan pokok yang menjadi rincian masalah, yaitu: 1. Mengapa teknologi sawah dengan cepat diterima masyarakat Dani di desa Tulem dan menjadi bagian dari kehidupan mereka ?
2. Mengapa teknologi sawah dapat menyebabkan pembahan dalam organisasi sosial masyarakat Dani di desa Tulem, terutama pada kepemimpinan ? 3. Apa yang melatar belakangi terjadinya perubahan kepemimpinan setelah diintroduksi teknologi sawah ?
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELlTlAN Tujuan studi pembahan organisasi sosial karena masuknya teknologi sawah, menghasilkan: 1. Kajian tenEang pembahan organisasi sosial yang terjadi sebagai akibat masuknya teknologi pertanian sawah.
-:
2. Kajian tentang cara dan respons masyarakat menghadapi masuknya teknologi. \
3. Kajian tentang pembahan sebagai upaya adaptasi masyarakat terhadap pembahan. 4. Kajian mengenai pengaruh pembahan teknologi pertanian terhadap kehidupan sosial petani Desa Tulemi
Studi juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa alternatif dalam kegiatan pembangunan melalui introduksi teknologi, dan arah perubahan melalui kajian unsurunsur yang peka terhadap perubahan. Studi ini diharapkan juga memberikan sum* kelengkapan informasi ilmiah tentang masyarakat pedesaan Dani di Lembah Balim propirisi Irian, Jaya, temtama proses akulturasi dan pembahan sosial.
Lokasi penelitian adalah desa Tulem (Gbr. 1.1.). Kecamatan Kumlu. Pada tahun 1990 desa ini diperkenalkan dengan teknologi pertanian sawah, dimana penulis terlibat dan mengikuti perkembangannya. Karenanya sebagai sasaran penelitian, mudah ditelusuri proses masuknya teknologi sawah serta perubahan yang terjadi. Sebagai pembanding pengamatan diiakukan juga di tiga desa lain, desa Aikima dan desa Wenabubaga di Kecamatan Kumlu, kampung Harapan desa Walelagama, kecamatan Wamena kota. Kelompok tani sawah desa Tulem dalam ha1 ini sebagai kelompok kontrol.
1.5. KERANGKA PEMlKlRAN Pembahan organisasi sosial di suatu kelompok masyarakat akibat teknologi berpangkal pada proses bagaimana suatu teknologi diterima (atau ditolak) oleh masyarakat. Sebagai suatu sistem, organisasi sosial
... implies some
"
degree of unif%cation,a putting together of diverse
elements into common relations" (Firth 1956: 36). Sistem sosial selalu dalam pembahan yang
terus menerus: "Basic relations of the system are not of a balanced order; they are often unbalanced, requiring continual readjmtment in order that the system may work at all" (Firth
1956: 82), dan dapat didefinisikan sebagai ... a condition in which allparts ofthe social system "
work together with a suflcient degree of harmony or internal consistency" (Radcliffe-Brown
1965: 181). Interaksi dalam suatu sistem terjadi tidak saja antar unit-unit sosial di dalamnya tetapi juga dengan lingkungannya. Karena itu antara lahanltanah, pemukiman, mata pencaharian, pengaturan pemilikan (tanah) dan cara produksi, semuanya berinteraksi dengan lingkungan.
I:
Gbr. 1 . I . Peta Lokasi Penelitian
Kedalamnya termasuk distribusi atau pembagian lahan: bagi tempat tinggal dan mata pencaharian, juga antar kelompok masyarakat. Pengaturan pemilikan lahan komunal, dan cara produksi melalui hubungan resiprokal merupakan kepentingan bersama dalam memanfaatkan sumberdaya (lingkungan) yang ada untuk mempertahankan sistem yang utuh. Hal ini ditunjukkan dalam gambar pemanfaatan lahan yang dikembangkan oleh Paula Brown (1979: 239). IAN0 .P
,#
*
BIISIIIX
I'UTAMKi Inn0 r1101'S
B X nANCE Gbr. 1.2. Pemanfaatan Lahan Untuk keperluan studi ini gambar telah disesuaikan dengan kondisi di Wamena dada saat penelitian.
Gbr. 1.3. Pemanfaatan Lahan di Wamena
I:
Organisasi sosial dalam teori fungsi dipandang dari hubungan ketergantungan antar unsur dan dalam fungsi masing-masing unsur dalam kesatuan sistem. Masuknya sesuatu yang bam (atau teknologi) menyebabkan beberapa unsur dan fungsinya tidak lagi dapat dipenuhi. Sehingga terjadi suatu keadaan yang timpang. Karenanya diperlukan pembahan agar sistem kembali dalam kondisi harmoni. Bila pembahan terjadi pada salah satu unsur, a misalnya berarti juga dalam fungsinya. Dalam ha1 ini terdapat fungsi a yang tidak dapat dipenuhi oleh unsur-u sur
,b .
lain atau fungsi yang berubah a! Dengan demikian diperlukan perubahan untuk dapat melzlenuhi
fungsi a tersebut atau fungsi a: sehingga keutuhan sistem terjaga. Seperti dalam hiagram pemanfaatan lahan dan arus barang (Gbr. 1.2.), sederhana menjadi iebih kompleks dengan masuknya pasar dan sawah (Gbr. 1.3.). Dilarangnya perang (suku) oleh agama dan pemerintah pada masyarakat Dani umumnya dan Tulem khususnya, berakibat pada hilangnya salah satu peluang menjadi Kain. Perang sebagai pranata penting dalam kehidupan orang Dani memiliki dua tingkatan fungsi, yaitu: I. Pada tingkat individu, yaitu sebagai sarana memperoleh status pemimpin Kain. 2. Pada tingkatan di masyarakat, adalah untuk mempertahankan keberadaan kelompok dan kesejahteraan anggota kelompoknya. Perubahan akibat introduksi teknologi sawah di masyarakat Dani desa Tulem tidak terlepas dari pendekatan yang diterapkan. Pendekatan dilakukan dengan memanfaatkd sistem kekerabatan, unsur penting dalam kehidupan sosial orang Dani, temtama sekali dalam penyebaran teknologi sawah. Melalui hubungan kerabat sawah dikenal dan menyebar hingga ke beberapa desa. Didukung oleh jaringan hubungan sosial tradisional penyebaran sawah berakibat pada pembahan pembagian kerja serta fungsinya dalam tingkatan individu berkaitan dengan kepemimpinan Kain. Pada tingkatan masyarakat pembahan terjadi pada hubungan sosial. Dalam ha1 ini sawah telah memberikan keuntungan ekonomi pada masyarakat, juga memberikan peluang pada laki-laki Dani untuk meningkatkan statusnya menjadi seorang Kain. Perubahan di bidang teknologi mengakibatkan perubahan d i masyarakat, perubahan sosial selanjutnya diwujudkan kembali dalam teknologi yang dikembangkan kemudian oleh
masyarakat. Teknologi diperlukan dalam perubahan
untuk mengisi
ketimpangan-ketimpangan yang terjadi akibat dari perubahan tersebut. Teknologi sawah di Tulem mengakibatkan pembahan organisasi sosial , yang ditunjukkan oleh sistem teknologi pertanian
.................... ...................
i
SAWAH
.
-*
Gbr. 1.4. Kerangka Pemikiran yang berubah. Teknologi dan masyarakaflkebudayaan saling mempengaruhi, dan perubahan karena teknologi adalah untuk mempertahankan kelanjutan sistem/organisasi sosial yang ada. MEMPERLUAS
b
P E N Y E B A W DAN PENGEMBANGAN
I
(
HUBUNGAN
SOSLAL
\
J
/ /* MEMPERLUM.
PRESTISE
Teknologi sawah di Tulem mempakan upaya upaya masyarakat untuk mempertahankan organisasi sosial yang ada. Teknologi sawah sebagai alternatif bagi keberadaan Kain, melalui peningkatan
kualitas
hidup
sekaligus
mempertahankan
pranata
kepemimpinan
kain.
Kepemimpinan dan hubungan sosial sebagai unsur-unsur yang sangat peka menjadi sarana dalam penyembangan dan penyebaran sawah. Antara kepemimpinan, hubungan sosial, dan teknologi sawah masing-masing memiliki fungsi dan salin berinteraksi (bersama unsur-unsur yang lain) dalam kesatuan sistem. Sesungguhnya perubahan merupakan proses yang alami dalam suatu masyarakat. Karena perubahan diperlukan bagi kelangsungan kelompok masyarakat yang bersangkutan. Perubahan pada
suatu
masyarakat
terjadi karena
masyarokat tersebut membufuhkan
unfuk
rnempert~hankandan untuk kelangsungan kelompoknya Bila mU,syayakat belum merasakan kebutulran tersebut maka perubahan tidak alau sulit terjadi. Teknologi yang mengakibatkan
perubahan merupakan alat atau sarana dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Karena teknologi dikembangkan manusia untuk membantu manusia dalam menghadapi permasalahan yang timbul.
I:
1.6. ANCGAPAN DASAR Perubahan di desa Tulem karena sawah terjadi karena sawah dapar memenuhi fingsi sosial masyarakat,yaitu menggantikanfingsiperangyang telah memudar dalam kehidupan laki-
laki Dani. Dalam arti penguasaan teknologi pertanian sawah dapa menggantikan fungsi perang dalam kehidupan pria Dani untuk menjadi "Kain ". Meskipun pada mulanya terdapat keraguan terhadap kemungkinan hilangnya perang dalam kehidupan orang Dani seperti dinyatakan oleh
.#.
~ r o m l e ~"...' no sign of culturalfatigue or desire for relieffrom war, lhol Icanfind; fi it Mes m the mind of some, it appears to be effectively silenced by socially approved values and the man& compensations war brings, socially, spiritually, politically ... lacafe warfare ... deeply rooted it is in the culture ... " (Tsauri 1996: 5). Tetapi dengan makin terbukanya kontak dengan kebudayaan
lain dan makin krperannya agama serta pemerintah dalam kehidupan orang Dani, perang tidak lagi menjadi ha1 yang penting dalam kehidupan orang Dani. Tetapi inti dari perang itu sendiri tidaklah hilang, yaitu kompetitif yang juga mempakan ciri orang Dani. Pembahan yang menyangkut perang bukan mengenai perang itu sendiri melainkan nilai kompetitif dari perang dimana seseorang berjuang untuk mencapai prestise tertinggi menjadi pemimpin atau Kain. Hal ini dinyatakan oleh Suparlan (1994b: 77-93):
"... tema kebudayaan orang Dani adalah kebudayaan konfik atau kompetisi. Penvujudannya adalah perang antar suku ... addah pemantapan kepemimpinan seseorang ... Program sawah yang diterima dengan baik oleh orang Dani,. karena menguntungkan ... Kemunculan orang-orang penting atau kaya b a n yang secwa sosial diakui orang Dani maupun masyarakat luas, menggoncangkan berbagai aturan yang biasanya digunakan untuk menguji dan memantapkan kepemimpinan.. ". Setiap unsur dalam suatu kebudayaan itu memiliki fungsi dan antar unsur tersebut saling berimteraksi membentuk satu kesatuan atau sistem yang utuh. Dengan anggapan tersebut maka pengenalan teknologi sawah membah beberapa unsur organisasi sosial (kepemimpinan, hubungan sosial, pembagian kerja, dan spesialisasi) dan berakibat pada pembahan organisasi sosial secara utuh.
fenguasaan teknologi pertanian sawah pada petani desa Tulem telah dapat memenuhi fungsi sosial dalam konteks organisasi sosial yang berlaku, yaitu:
' Dalam sure1 kepada pejabat Hindia Bclanda. Iuni 1956 dimuat scbagai dokurncn m 156 dslam kolcksi P.Nicnhuis: ' " l n w n r a r , ~ von her rapporrenorchnej urn her Kantoor v w r Bevolkinguoken ( N e d e r l n d - N i e u Guinea)". 1951-1962. Ministcric van Binnenlandse Zaken. 1968.
3- ravenh ha&.
I . pada tingkat individu, digunakan untuk memperoleh status sebagai pemimpin (kain ekonomi); 2. dalam masyarakat, merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan warganya dan kemajuan kelompoknya. Untuk itu studi ini mengkaji unsur-unsur organisasi sosial yang bembah dan interaksi antar unsur-unsur tersebut, serta pengaruhnya dalam konteks sistem. Maka dapat disusun hipotesa sebagai berikut:
.P
.%
1. Teknologi sawah membah organisasi sosial masyarakat desa Tulem melalui pirubah%
beberapa unsumya (kepemirnpinan, hubungan sosial, pembagian kerja dan spesialisasi), bila dapat memenuhi fungsi sosial dalam organisasi sosial sebagai suatu kesatuan (sistem). 2. Percepatan pembahan terjadi di desa Tulem, karena sawah dapat memberikan kontribusinya terhadap perkembangan desa Tulem khususnya dan perkembangan daerah umumnya.
Penelitian yang mengacu pada teori fungsi menggunakan pendekatan sistem. Organisasi sosial diperlakukan sebagai sistem, dan pembahan salah satu unsumya (K, Hs, Pk, S) mempengaruhi organisasi sosial secara utuh. Karena dalam sistem setiap benddunsur atau sistem mempakan bagian dari sistem yang lebih besar atau lebih luas, sehingga semua benddunsur, dengan sesuatu cara saling berkaitan. Dengan kata lain pendekatan sistem bemsaha menjelaskan adanya faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam suatu peristiwa, juga hubungan keterkaitan yang ada antar beberapa faktor dalam suatu peristiwa (Amirin 1992: 7-8). Dengan teori fungsi, yaitu bahwa setiap unsur dalam kebudqaan masyarakat memenuhi fungsi rertentu, dan /
pembahan yang terjadi merupakan upaya adaptasi masyarakat bagi kelangsungan sistem yang utuh. Dalam studi ini penulis menguraikan organisasi sosial kedalam unsur-unsur organisasi sosial: pembagian kerja, spesialisasi, kepemimpinan, hubungan sosial, mata pencaharian, status, cara kerja, lahan, teknologi, pengetahuan, distribusi informasi, sosialisasi, hukum (adat), tujuan dan pasar. Juga didukung oleh unsur-unsur lain seperti ekonomi, produksi, pemdidikan, usia, konsep dan nilai tradisional tentang kerja, pertanian, pengetahuan dan sikap terhadap nilai-nilai tradisional dan barn. Keseluruhannya terdapat 71 unsur yang dijadikan varibel dalam studi ini. Setelah itu dilakukan pengukuran keeratan hubungan antar unsur-unsur tersebut dalam konteks perubahan untuk memperoleh unsur-unsur yang mempengaruhi terjadinya pembahan baik
r:
langsung maupun tidak langsung. Selain itu juga dipelajari sistem kekerabatan yang ada serta peran tokoh-tokoh (individu-individu) didalamnya. Dari pengamatan awal diperoleh fakta bahwa kepemimpinan m e ~ p a k a nunsur yang peka dalam pembahan yang terjadi khususnya dalam introduksi teknologi sawah. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa tokoh-tokoh yang berhasil dalam pengembangan sawah diakui sebagai kain. Sebaliknya tokoh-tokoh yang berhasil dalam pengembangan tanaman pangan lain (sayuran dan
.6
palawija) tidak diakui sebagai kain. Karenanya dalam studi ini keeratan hubungan a n a n s u r diukur terhadap teknologi sawah dan kepemimpinan serta pembahannya. Untuk lebih mhngen& pembahan yang terjadi terhadap kepemimpinan studi dilakukan dengan menekankan pada peran individu-individu (kain), tokoh-tokoh masyarakat, tetua adat, ketua kelompok, tokoh agama. Kemudiari dipelajari sistem yang utuh, dan dapat diuraikan dan dijelaskan fungsi dan makna dari unsur-unsur (bagian-bagian) dalam bangunan sistem (organisasi sosial) tersebut. Langkah ini dilakukan dengan menunjukkan peran atau fungsi unsur-unsur tersebut dalam sistem yang utuh, juga menunjukkan mengapa sistem tersebut bekerja seperti adanya. Dalam kasus ini pembahan yang terjadi akibat teknoiogi mempakan upaya penyesuaian antara teknologi dan fungsinya dalam konteks kesatuan sistem sosial masyarakat sehingga diperlukan pembahan fungsi bani dalam sistem sosial yang berubah sebagai contoh: pembahan karena kontak dengan kebudayaan lain berakibat pada memudarnya fungsi sosial perang, dan munculnya uns'ur baru yaitu (ekonomi) pasar menuntut suatu penyesuaian kedalam kesatuan sistem yang ada. Dalam penelitian ini tokoh-tokoh yang berhasil di bidang pertanian dijadikan responden dan titik awal dalam menelusuri penyebaran dan penerimaan teknologi bam, serta pembahan yang terjadi. Untuk itu hubungan sosial dan hubungan kekerabatan menjadi acuan dalam mempelajari proses penyebaran teknologi dan pembahan yang terjadi.
1.8.1. Metode dan Teknik Penelitian Metode kualitatif digunakan dalam studi ini dengan menggunakan data kuantitatif. Penelitian kualitatif tergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan memandangnya sebagai bagian dari keseluruhan kawasan tersebut. Artinya, penelitian kualitatif lebih menekankan pada hasil menurut pandangan dan pikiran masyarakat yang diteliti. Penekanan utama dalam ha1 ini adalah untuk melihat sedekat mungkin sasaran penelitian dalam kondisinya. Tujuannya adalah untuk lebih memahami realitas dan segala ha1 dari kondisi kehidupan obyek penelitian sehari-hari (Patton 1987; Moleong 1993). Metode kualitatif sangat
penting karena dapat memberikan penjelasan dan memahami peristiwa yang sedang atau telah terjadi. Penelitian kualitatif menekankan interpretasi makna kategori yang berkembang, yang diberikan orang terhadap peristiwa yang dialami. Menurut Polkinghome: "... qualitative methods are especially useful in the generation of categories for understanding human phenomena and the investigation of the interpretation and meaning that people give to events they experience"
(Rudestam & Newton 1992: 31). Dengan kata lain penelitian dengan metode kualitatif lebih menekankan pada arti yang dideskripsikan dengan kata-kata.
,'P
,%
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan pengamatan terli+t, serta .
-*
wawancara. Dalam pengamatan terlibat (observasi partisipasi), peneliti melakukan pengamatan
seek
langsung, terdapat interaksi antara pengamat dan yang d i h a t i . Dalam ha1 ini, peneliti
membagi pengalaman dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat yang diamati. Tujuan dari observasi partisipatif adalah untuk memahami sudut pandang masyarakat yang diteliti tentang suatu peristiwa dan sekaligus menggambarkannya bagi orang-orang luar. Dengan kata lain studi dilakukan tidak hanya dengan pengamatan tetapi juga dengan merasakan peristiwa yang terjadi di lokasi penelitian. Penulis tinggal di lokasi penelitian bersama keluarga warga desa Tulem, keluarga Pendeta di kampung Arogolik, selama kurang lebih enam bulan (Febmari - Agustus 1995). Selama itu penulis mengikuti beberapa kegiatan seperti bekerja di kebun ubi jalar, di s a d , dan mengikuti kegiatan keagamaan seperti acara pengumpulan dana yang diselenggarakan kelompok ibu-ibu dengan acara bakar batu, pengumpulan dana yang diselenggarakan kelompok pemudalremaja dengan mengumpulkan ikan. Selain itu juga mengikuti kegiatan pertemuan kelompok tani, juga dalam penyelesaian masalahfkonflik diantara anggota kelompok. Dua bulan kemudian penulis melakukan kunjungan ke desa lain sebagai pembanding (September - Oktober 1996) kunjungan dilakukan di desa Walelagama (Pugima). Kunjungan dan kegiatan di lokasi penelitian sesungguhnya telah berlangsung beberapa tahun melalui kegiatan Pengembangan Masyarakat Pedesaan Wamena, dimulai pada tahun anggaran 198711988. Keterlibatan penulis dalam kegiatan ini dimulai pada tahun 1989 hingga tahun 1991. Setiap periode (tahun) penulis tinggal selama empat bulan, kunjungan pada tahun 1992, 1993 masing-masing selama satu bulan. Kunjungan pada bulan Desember 1995 berlangsung dua minggu. Langkah kegiatan penelitian yang dilakukan adalah analisa .dokumen, wawancara responden dun informan, pengamatan don partisipasi dalam kehidupan masyarakat secara langsung dengan ringgal bersama masyaraht yang diteliti, memeriha kembali, serta revisi bila
perlu. Metode ini memandang fungsi teknologi pertanian dalam sistem sosial yang berlaku di masyarakat sebagai suatu kesatuan, yaitu memenuhi fungdi: I.
Langsung (manifest functions): "... are those objective consequences contributing to the adjustment o r adaptation ojthe system which are intended and recognized by participants in the system (Merton 1957: 5 1; 1976: 70) misalnya peningkatan produksi pertanian. "
2. Tidak langsung (latent functions): "... unintended a n d unrecognized consequences of the same order" (Merton 1957: 63; 1976: 99) misalnya peningkatan status sosial s e s e o r a v di masyarakat. Untuk itu diperlukan teknik analisa kuantitatif dan kualitatif. .9 Data kualitatif dikumpulkan untuk menggali bagaimana sikap masyarakat terhadap tekndogi d a g kegiatan pengembangan masyarakat pedesaan (pembangunan). Juga pembahan yang terjadi serta konsep-konsep yang berlaku di masyarakat tentang kerja, pertanianllahan, dan teknologi. Data kuantitatif dikumpulkan untuk menggarnbarkan hubungan teknologi baru (sawah) dengan pengguna serta manfaat yang diperoleh masyarakat secara ekonomi maupun sosial. Pengumpulan data dan infonnasi yang diperlukan dilakukan dengan survai penggunaan teknologi dengan daflar pertanyaan serta wawancara langsung menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan terhadap narasumber kunci (key informants) seperti kepala suku untuk mengenali sistem sosial-budaya masyarakat setempat, dan kehra kelompok bagi penelusuran proses masuknya suatu teknologi di suatu lokasi, serta reaksi masyarakat terhadap teknologi tersebut. Kuesioner (daftar pertanyaan) untuk mengumpulkan data teknologi (alat dan teknik) yang digunakan masyarakat. Wawancara terhadap narasumber kunci dilakukin untuk menggali sikap mereka terhadap teknologi baru serta bagaimana proses pengambilan keputusan untuk menggunakan teknologi baru tersebut, serta mengenali sosial-budaya masyarakat Dani Balim. Selain itu dilakukan pengumpulan data sekunder menyangkut berbagai teknologi yang telah diperkenalkan dalam kegiatan pengembangan masyarakat pedesaan Wamena, dan yang juga diperkenalkan melalui organisasi lain. Sedangkan pengamatan dilakukan terhadap lingkungan lokasi penelitian, linkungan fisik maupun sosial. Pengamatan dan wawancara dilakukan terhadap kelompok tani sasaran di desa Tulem meliputi: 1) kondisi lingkungan dan pertanian; 2) kehidupan sosial; 3) kondisi kerja atau kegiatan ekonomi (pembagian kerja dan jenis pekerjaan); 4) teknologi yang digunakan; 5) waktu bekerja (lamanya dan pembagiannya); 6) hubungan atau kontak antar kelompok. Sedangkan wawancara lebih mendalam dilakukan terhadap beberapa tokoh masyarakat, menyangkut beberapa hal: 1) stmktur dan hubungan menyangkut
keluargalkerabat;
2) konsep
kerja;
3) hubungan
sosial
yang
kerja; 4) hubungan kerabat dan kerja; 5) masuknya teknologi; 6) sikap terhadap
teknologi baru yang dikenalkan.
Daftar pertanyaan digunakan untuk menggali data tentang penggunaan teknologi dan jenis teknologi. Daftar pertanyaan ini diajukan kepada petani-petani sasaran kegiatan pengembangan. Daftar
pertanyaan
mencakup
butir-butir
pertanyaan sebagai berikut: 1)
identitas responden; 2) besarnya keluarga (rumah tangga: sili); 3) pendapatan dan pengeluaran keluarga; 4) teknik atau sistem pertanian yang digunakan sebelum dan sesudah perubahan (teknik budidaya); 5) alat-alat dan teknologi baru, dan 7) siapa yang bekeja di pertanian den an teknologi baru.
.8
.t
1.8.2. Pengumpulan Data Pengump,ulan data dilakukan dengan pengamatan dan wawancara terhadap petani desa Tulem: kelompok tani sawah dan kelompok tani yang tidak mengolah sawah, juga para tokoh masyarakat (ketua kelompok, pendeta, kepala suku). Pengamatan sosialekonomi dilakukan terhadap kondisi masyarakat petani, menyangkut hubungan antar kelompok tani yang sudah maupun yang belum menerima teknologi sawah. Wawancara khusus dilaksanakan pula dengan pihak Missi, aparat pemerintah setempat. Selain itu penulis mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan Prof. Karl G. Heider pada bulan Agustus 1995 dan pemah melaksanakan penelitian di Lembah Balim pada tahun 1961-1963, lokasi penelitian adalah desa Dugum yang terletak berseberangan dengan desa Tulem yang pada masa itu saling bennusuhan. Juga pengamatan dilakukan terhadap kondisi lingkungan yang berkaitan dengan lahan pertanian dan pemukiman. Data kuantitatif dikumpulkan selain dari kelompok tani sawah Tulem juga dari kelompok tani sawah lain di luar desa Tulem sebagai pembanding. Kelompok-kelompok tersebut adalah kelompok tani sawah kampung Harapan dan Pilamo desa Walelagama, kecamatan Wamena Kota; kelompok tani Wara d m Kilisin di desa Aikima dan kelompok tani desa Wenabubaga, kecamatan Kurulu. Data yang dikumpulkan menyangkut proses masuknya teknologi sawah dan perubahan yang terjadi, juga teknologi selain teknologi sawah. Juga dikumpulkan data mengenai pendapatan dan pengeluaran. Responden adalah petani desa Tulem yaitu petani sawah dan ubi jalar, populasi 770 jiwa atau 173 kk dari 72 unit s i l i h p u n g . Sampel ditarik secara purposive yaitu sampel dipilih sesuai dengan keperluan studi, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel yang dipilih mempunyai sifat yang sesuai dengan sifat-sifat populasi (Selltiz, Jahoda. Deutsch & Cook 1966: 250-251; Singarimbun & Effendi 1989: 168-169) dalam ha1 ini petani sawah. Sedangkan
petani non sawah menjadi responden untuk mengenali dan memahami perubahan yang terjadi. Jumlah responden 100 oranglkk terdiri dari 90 responden dari 14 kampung di desa Tulem, dan 10 responden dari empat kampung dari desa-desa Walelagama (lembah Pugima), Aikima, dan Wenabubaga. Responden mewakili 24 unit sili yang mengolah sawah dan 13 unit sili yang tidak mengolah sawah (kebun ubi jalar). Jumlah responden sebagai sampel dalam sampel purposive ditentukan oleh pertimbangan
9
akan informasi yang diinginkan. Jumlahnya secara pasti tidak ditentukan: "There are no 3 1 sfor
sample size in qualitative i n q u i ~ "(Patton 1990: 184). Dalam menentukan sampel ata&memil@ responden, dilakukan snowball sampling yaitu "a multistaged design in which we ask a group of
individuals to provide the names ofothers to be sampled or interviewed" (Sanders and Pinhey 1983: 120-124), dengan cara ini dapat dikenali responden yang mewakili bagi penelitian ini: "the
snowballing rechnique
10
Jind relevant respondents was an efective device" (Tjondronegoro
1984: 57). Tahap pertama dipilih responden dengan karakteristik sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian responden ini menjadi informan untuk mengenali responden lain bagi penelitian ini, demikian seterusnya. Dengan cara ini dapat dikenali tokoh-tokoh yang berperan dalam proses perubahan (penerimaan atau penolakan teknologi sawah) di lokasi penelitian. Dalarn ha1 ini jumlah responden ditentukan oleh informasi yang ingin diketahui: "in purposeful sampling fhe
size of the sample is determined by informational considerations. If the purpose is to Mmimise information, the sampling is terminated when no new information is forthcoming from new sampled units (Patton 1990: 185- 186). "
Wawancara dilakukan terhadap petani sawah Tulem menyangkut hubungan kekerabatan di antara mereka (dalam kelompok), juga hubungan antar kelompok. Dari kedua hubungan tersebut dapat digambarkan proses penyebaran informasi dan teknologi sawah. Kemudian digali proses pertama kali masuknya teknologi sawah dan alasan menerima kemudian menerapkan teknologi tersebut. Dalam ha1 ini untuk menggali pendapat para petani terutama tokoh petani (ketua kelompok) dilakukan wawancara berkelompok atau focus group interviews yaitu wawancara dengan kelompok kecil petani mengenai satu topik tertentu, kelompok terdiri atas 4-6 orang. Wawancara ini dilakukan dengan dasar bahwa
"... decisions thatpeople make are made in
a social context, open growing out of discussions with other people. ... a way of simulating ... process of derisions making in order to gather more occurole information ... " (Patton 1990: 335) tentang suatu topik seperti arti diterimanya teknologi sawah bagi masyarakatlpetani desa Tulem. Dengan wawancara secara berkelompok ini juga dapat digali kelompok tani yang tidak setuju dan yang setuju terhadap sawah serta alasan dari masing-masing kelompok.
1.8.3. Teknik Analisa Analisa dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan dengan melakukan reduksi data yang terkumpul dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan rangkuman inti dari proses dan pemyataan, kemudian menyusunnya dalam satuan-satuan yang kemudian dibuat kategori atau kelas. Kategori dilakukan dan diperiksa untuk melihat kebenaran
w
data setelah dilakukan penafsiran. Dalam ha1 ini, unsur-unsur yang merupakan variabel d
penelitian ini adalah: status sosial atau kepemimpinan (K),hubungan sosial (Hs), pemBagian I
kerja (Pk), teknologi (T) pendidikan, usia, domisili, mata pencaharian, posisi, jumlah k e l u a r g e produksi, pendapatan, pengeluaran, konsep kerja, jumlah anggota kelompok, luas kebun, luas sawah, tokoh panutan, pendorong dan penghambat dalam penerimaan teknologi sawah, masalah dalam budidaya sawah, kegiatan adat, pelanggaran adat, gotong royong, keahlian (bertani), juga tingkat pengetahuan dan sikap terhadap teknologi sawah dan perubahan yang terjadi. Kemudian disusun dalam kategori atau kelas sesuai dengan tujuan penelitian. Langkah berikutnya adalah menentukan atau mencari hubungan (interaksi) antar kelaslkategori tersebut. Pertama-tama dengan menghubungkan satu unsur dengan unsur lain, dan bila hubungan antar unsur-unsur tersebut semakin meningkat maka disusun menjadi kesatuan
.
. "\ 2"
(Sanders & Pinhey 1983: 363-364): Hs
K
:
hubungan antar unsur
:
hubungan dalam satuan
Langkah selanjutnya adalah mengkaji proses peristiwa tersebut, dan untuk memahami melalui pengenalan.proses secara bertahap, yaitu dengan mengenali kejadian-kejadian yang berulang dalam suatu proses, disusun tahapan dari proses tersebut. Misalnya proses sederhana seseorang (A) diakui sebagai pemimpin (Kain) di masyarakat Dani Balim (Sanders & Pinhey 1983: 369). Prosedur ini dilakukan untuk memahami proses pembahan dan alasan tejadinya perubahan. Juga dapat memberi gambaran tentang proses penerimaan teknologi sawah dan pembahan yang diakibatkannya. Langkah selanjutnya adalah pemberian makna terhadap proses ataupun hubungan yang terjadi. Sehingga dapat diperoteh gambaran tentang alasan perubahan.
Perang :A ahliperang
\ Hubungan Sosial: A mempunyai hubungan luas (in-group & out-group)
\
1
r(pemimpin: A d i a h i memiliki kemampuan sebagaipemimpin
1
Analisa kuantitatif rnenggunakan analisa jalur (path analysis) untuk mirnelusu&i hubungan yang terjalin di antara unsur-unsur yang diuji. Keeratan hubungan antara teknologi sawah dengan pembahan organisasi sosial dikaji melalui uji korelasi, yaitu untuk menilai derajat keterikatan
pembahan yang terjadi. Analisa jalur menerangkan akibat langsung dan tidak
langsung dari variabel penyebab atau variabel eksogenus terhadap variabel akibat atau variabel endogenus (Anonim, tt4: 2; Sitepu 1994: 2). Sebelum dilakukan analisa, terlebih dahulu dibuat diagram jalur, yaitu gambar hubungan kausal antar variabel-variabel yang diteliti. Panah satu arah menggambarkan hubungan pengaruh dari variabel eksogenus terhadap variabel endogenus. Sedang panah dua arah menggambarkan hubungan korelasional.
Keteran~an: T
: Teknologi
Hs
: Hubungan Sosial
S
: Spesialisasi
PI
: Produksi
PI
: Pendapatan
K
: Kepemimpinan
Gbr. 1. 5. Diagram Jalur Korelasi adalah suatu teknik pengukuran dengan tujuan mengkaji kekuatan dan arah hubungan antara sepasang variabel (Bryman & Cramer 1990; Sitepu 1994: 1). Dari hubungan sosial yang terbentuk juga ditelusuri penyebaran teknologi baru tersebut dengan menggunakan jaringan sosial. Juga diteliti siapa yang berperan dalam proses penyebaran ini, dalam masyarakat.
-
posisinya
Besamya pengaruh dari variabel T ke variabel K dinyatakan oleh nilai koefisien jaIur (pTK). Sedang hubungan korelasional antar variabel yang menunjukkan intensitas keeratan hubungan dinyatakan dengan nilai koefisien korelasi (r~.). Setelah dibuat diagram jalur kemudian dihitung koefisien jalur dan koefisien korelasi (Lampiran-I). Sebelum ditarik suatu kesimpulan tentang hubungan kausal yang digambarkan, perlu dilakukan pengujian kebermaknaan (test of significance) terhadap setiap koefisien jalur yang telah dihitung. Proses penghitungan ini disebut dengan theory trimming (Anonim, 918-9). Setelah itu disusun kembali diagram jalurnya. Dari diagram jalur ini, hubungen yang ,
*
1. Pengaruh langsung, digambarkan oleh panah satu arah,ditunjukkan oleh nilai p , ~ 2. Pengamh tak langsung dari x, ke Q adalah panah satu arah dari x, ke x3 dan dari x, ke yang ditunjukkan oleh nilai pdX,.p,.
x(
digambarkan menandakan beberapa keadaan sebagai berikut:
Analisa jalur dapat digunakan bila data yang diukur bempa data interval. sedanban data yang dikumpulkan dalam studi ini bempa data ordinal. Untuk dapat menggunakan analaisa jalur dilakukan pengubahan data ordinal mejadi data interval (Lampiran-2). Proses pengubahan data ordinal menjadi data interval dikembangkan dalam studi-studi psikologi. Dalam ha1 ini metode yang digunakan metode successive intervals (Hays 1969: 39-42). Nilai koefisien jalur yang diperoleh kemudian digunakan sebagai jarak hubungan. Hal ini diperlukan untuk menghitung percepatan pembahan yang terjadi. Langkah menghihng percepatan adalah dengan mencari persamaan non-linier x,y (x = waktu, y
= jarak
hubungan)
dalam periode tahun 1990 sampai dengan 1995. Dengan demikian data yang terkumpul dipilahpilah per-periode. Kemudian dengan menggunakan software tablecurve diperoleh persamaan x,y. Dari persamaan x,y tersebut kemudian ditumnkan untuk mendapatkan persamaan percepatan, dan persamaan percepatan mempakan turunan kedua dari persamaan x,y.
Untuk menghitung percepatan ini selain dipilah per-periode juga dilakukan pemilahan menumt variabelnya. Variabel-variabel yang signifikan dipilah per-periode kemudian dicari persamaan percepatannya. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengamh variabelvariabel tersebut terhadap pembahan kepemimpinan. Dari sini juga dapat diperoleh gambaran tentang variabel-variabel yang peka terhadap pembahan. Dari analisa korelasi, tidak seluruh variabel dapat digunakan dalam konteks pembahan karena menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. Untuk mengetahui kekuatan kuesione+u 4 9
dafiar pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini maka dilakukan pengujian reliabi11tasdan I.
validitas. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ing$ diukur (Ancok 1989: 124). Untuk mengetahui validitas suatu alat ukur dilakukan dengan 'menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total melalui rumus teknik korelasi product moment (Ancok 1989: 137). Dari h a i l perhitungan diperoleh nilai kritik pernyataan, untuk melihat validitasnya mengacu pada tabel nilai kritik. Nilai kritik hitung hams lebih besar dari nilai kritik tabel, untuk dapat dinyatakan valid. Dari 71 variabel dalam studi ini 49 variabel yang memiliki nilai kritik lebih besar dari nilai kritik tabel (Lampiran-3), dan dinyatakan valid. Dari 49 variabel tersebut kemudian dihitung nilai reliabilitasnya. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukir dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok 1989: 140). Untuk studi ini indeks reliabilitas dihitung dengan teknik belah dua (Ancok 1989: 144). Pernyataan-pemyataan yang telah diukur dan valid dibagi kedalam dua belahan berdasarkan nomor genap - ganjil, sebagai belah-l dan belah-2. Skor masing-masing belahan dijumlahkan. Kemudian skor total belahan-l dikorelasikan dengan skor total belahan-2, dengan menggunakan teknik product moment. Nilai korelasi yang diperoleh masih merupakan nilai korelasi alat pengukur yang telah dibelah, untuk itu hams dicari nilai reliabilitasnya untuk keseluruhan pernyataan. Makin tinggi nilai korelasi makin rendah kesalahan pengukurannya (Ancok 1989: 141). Dari hasil perhitungan maka variabel yang valid, memiliki nilai reliabilitas total 0,99 (Lampiran4). yang berarti 99 % menunjukkan pengukuran yang sebenarnya. Ini sebabnya dalam penelitian ini nampaknya hanya sedikit variabel yang digunakan. Tetapi sesungguhnya sudah melalui tahap pengujian kebennaknaan, sehingga variabel yang tidak bennakna dihilangkan dari perhitungan.
23
Tetapi dari variabel yang valid dan signifikan, merupa variabel yang telah mewakili apa yang menjadi tujuan penelitian ini (99 %). Meskipun telah mengalami pengujian, terdapat pula variabel-variabel yang menunjukkan hubungan yang'bermakna tetapi pada kenyataan tidak demikian atau sebaliknya. Untuk kondisi seperti ini maka pengamatan kualitatif diperlukan. Dengan mengenali proses yang terjadi berulang-ulang hingga dapat ditarik gambaran dari proses tersebut.