BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Secara logika, perusahaan yang baik harus mempunyai sistem pengendalian yang baik dan apabila itu dilakukan maka perusahaan akan terkendali dan menghasilkan output yang baik juga. Maka disinilah perlunya Good Corporate Governance dalam mewujudkan semua itu. Karena Corporate Governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang. Di Indonesia, Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemangku kepentingan, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya. Corporate Governance berkaitan erat dengan siapa yang mengendalikan perusahaan dan bila dilhat dari segi hukum pemilik perusahaan lah yang mempunyai kendali atas perusahaan tersebut. Namun yang terjadi sebenarnya adalah manajer yang memiliki kendali penuh atas perusahaan tersebut karena pemilik (principal) tidak dapat mempengaruhi jalannya suatu perusahaan.
1
2
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh apabila suatu perusahaan menerapkan Corporate Governance ialah sebagai berikut : 1. Lebih mudah untuk meningkatkan modal 2. Biaya modal lebih rendah 3. Peningkatan kinerja bisnis dan kinerja ekonomi yang membaik 4. Memiliki dampak yang baik pada harga saham (karena situasi Indonesia saat ini, privatisasi BUMN dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap anggaran negara). Tujuan penerapan Good Corporate Governance (GCG) adalah melindungi hak dan kepentingan pemegang saham, meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham, meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja Dewan Pengurus dan manajemen perusahaan. Penerapan Good Corporate Governance telah berhasil mencegah praktek pengungkapan laporan keuangan perusahaan kepada investor dan pihak lain secara tidak transparan. Terdapat 5 prinsip-prinsip dasar dalam penerapan Corporate
Governance,
yaitu
Transparansi
(transparency),
Akuntabilitas
(accountability), Pertanggungjawaban (responsibility), Independensi (independency), Kewajaran (fairness). Warsono, et al (2009 : 49) menyatakan bahwa ada 5 kelompok organ dengan fungsinya masing-masing di Corporate Governance yaitu BoD (Board of Diretors), CEO, BoC (Board of Commisioners), Auditor dan Stakeholders. Mereka semua memiliki fungsi dan tugas nya masing-masing dalam upaya menerapkan Corporate Governance di perusahaan.
3
Good Corporate Governance membutuhkan suatu bentuk laporan kongkrit yang dapat menggambarkan perusahaan, dan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemegang saham yang tentunya dari laporan tersebut akan terlihat apakah perusahaan memiliki tata kelola yang baik dan efektif. Laporan ini berbentuk laporan keuangan.
Sesuai
dengan prinsip GCG, suatu perusahaan harus
mengutamakan transparansi dalam pelaporan keuangannya apabila perusahaan tersebut telah benar-benar menganut Good Corporate Governance. Selain Corporate Governance yang dapat mempengaruhi manajemen laba, Ukuran perusahaan kemungkinan juga dapat mempengaruhi terjadinya manajemen laba. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan sebagai proksi political cost, dianggap sangat sensitif terhadap tindakan manajemen laba. Dalam hipotesis political cost disebutkan semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tesebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi, pemerintah akan segera mengambil tindakan seperti menaikkan pajak pendapatan peusahaan. Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering sekali menjadi target rekayasa yang dilakukan manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya, tetapi hal tersebut dapat merugikan pemegang saham atau investor. Tindakan tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan keinginannya. Perilaku
4
manajemen tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba. Menurut Sulistyanto (2008: 47) : “Manajemen laba merupakan suatu upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dan laporan keungan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.” Manfaat manajemen laba tergantung dari tujuannya. Ada dua perilaku manajer yang mendasari mereka untuk melakukan tindakan manajemen laba yaitu perilaku oportunistik dan efficient contracting. Perilaku oportunistik merupakan perilaku manajer untuk memaksimumkan bonus. Dengan perilaku tersebut manajemen laba dapat dikatakan sebagai tindakan yang salah (negatif). Sedangkan efficient contracting merupakan perilaku dimana manajer diberikan suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak diduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, contohnya ialah dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Dalam hal ini praktik manajemen laba dipandang sebagai tindakan yang positif. Pada dasarnya laporan keuangan suatu perusahaan merupakan pencatatan yang mudah untuk dirubah, dipalsukan, disembunyikan atau ditunda pengungkapan informasinya. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan suatu perusahaan sangat tergantung pada pihak-pihak yang memiliki andil dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan itu sendiri.
5
Motivasi manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba menurut Watts dan Zimmerman (1986) dalam Sulistiawan (2011 : 31) ialah Motivasi Bonus, Motivasi Utang, Motivasi Pajak, Motivasi Penjualan Saham, Motivasi Pergantian direksi, dan Motivasi Politis. Contoh yang paling sering terjadi yang mendorong manajer untuk melakukan praktik manajemen laba adalah motivasi bonus dan motivasi pajak Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji keterkaitan antara mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba. Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eka (2009) memiliki hasil bahwa variabel independen dalam penelitian ini yang diukur menggunakan Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Hal ini mungkin dikarenakan penerapan corporate governance masih merupakan hal yang baru di Indonesia dan efek dari penerapan corporate governance baru dapat dirasakan dalam jangka waktu yang panjang. Penelitian Constantinos Chalevas dan Christos Tzovas (2010) memiliki hasil bahwa anggota dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan kehadiran audit internal tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sebagai konsekuensi seorang auditor internal mereka memiliki kekuasaan terbatas untuk mengontrol manajer suatu perusahaan. Kesimpulannya ialah bahwa mekanisme Corporate Governance tidak dapat mempengaruhi sejauh mana manajer untuk memanipulasi laba perusahaan.
6
Putri (2012) juga meneliti keterkaitan antara Good Corporate Governance dan Manajemen Laba. Dari sisi Good Corporate Governance ia menggunakan Kepemilikan Institusi dan Dewan Komisaris Independen sebagai alat untuk mengukur manajemen laba. Hasilnya adalah komposisi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Fenomena yang terjadi adalah pada perusahaan BUMN yang bergerak dibidang jasa konstruksi, PT. Waskita Karya. Kasus ini bermula ketika audit dalam rangka penawaran saham ke publik, direktur utama PT. Waskita yang baru M. Choliq yang sebelumnya menjabat sebagai direktur keuangan PT. Adhi Karya (Persero). Tbk menemukan adanya pencatatan yang tidak sesuai, yaitu terdapat kelebihan pencatatan sebesar Rp. 400.000.000.000. Manipulasi laporan keuangan PT. Waskita diduga telah berjalan pada tahun 2004-2008 oleh direksi pada periode tersebut. Namun hal ini baru diketahui setelah adanya pergantian direksi yang baru yaitu M. Choliq yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan di PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. (panduindraprakasto.wordpress.com, 2012) Analisis yang dapat dilihat dari kejadian ini adalah, Pertama, kasus ini menunjukkan secara jelas bahwa implementasi Good Corporate Governance di Indonesia hanya sekedar formalitas belaka. Kedua, terjadi kerjasama sistematik melakukan rekayasa keuangan. Hal ini dapat terjadi karena lemahnya fungsi internal kontrol mulai dari Dewan Komisaris sampai Internal Auditnya tidak menjalankan
7
fungsinya dengan baik. Pada masalah di perusahaan BUMN seperti ini, kementrian BUMN tidak dapat disalahkan walaupun mereka merupakan pemegang saham dikarekanakan kementrian BUMN telah menempatkan wakilnya untuk melakukan pengawasan kepada dewan komisaris. Ketiga, GCG di BUMN belumlah menjadi corporate culture. Hal ini dapat memberikan celah kepada pihak-pihak yang berkuasa untuk melakukan fraud. Keempat, dalam kasus ini terlihat adanya pelanggaran prinsip-prinsip Good Corporate Governance yaitu transparansi dan akuntabilitas. Para pengelola PT. Waskita tidak menyediakan/mempublikasikan informasi yang cukup akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan (Stakeholders) dan ini merupakan suatu cermin pelanggaran untuk prinsip transparansi. Sedangkan untuk pelanggaran prinsip akuntabilitas terlihat dari laporan keuangan PT. Waskita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Seharusnya para pengelola PT. Waskita berkewajiban menghasilkan laporan yang dapat dipercaya oleh publik dan investor. Dari beberapa penelitian dengan variabel yang sama dan hasil yang tidak sama, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang keterkaitan good corporate governance terhadap manajemen laba, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah objek penelitian ini merupakan perusahaan pemerintah yaitu BUMN.
8
Atas dasar uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil Tugas Akhir dengan judul “PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE TAHUN 2008-2013)”. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis
dalam penelitian ini merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah komposisi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI? 2. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI? 3. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI? 4. Apakah ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI?
9
C.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji secara empiris pengaruh dari komposisi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba pada BUMN terdaftar di BEI. 2. Untuk menguji secara empiris pengaruh dari ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI. 3. Untuk menguji secara empiris pengaruh dari ukuran komite audit terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI. 4. Untuk menguji secara empiris pengaruh dari ukuran perusahaan (firm size) terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI.
D.
Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan Dengan adanya penelitian ini diharapkan bagi perusahaan khususnya BUMN
yang belum menerapkan corporate governance, agar segera menerapkannya dikarenakan efek positif yang ditimbulkan dari penerapan good corporate governance.
10
Bagi perusahaan yang telah menerapkan corporate governance diharapkan perusahaan tersebut dapat lebih terpacu untuk meningkatkan corporate governance perusahaannya dan menjadikannya sebagai kesadaran dan budaya perusahaan. 2. Bagi Pihak Lain Penelitian ini dapat menjadi informasi untuk sesama mahasiswa dalam penelitian lebih lanjut tentang Good Corporate Governance. 3. Bagi Penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah, khususnya tentang Good Corporate Governance.