BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Secara sadar atau tanpa kita sadari, kita dapat menghitung dari waktu ke waktu, selalu terlibat dalam komunikasi yang bersifat rutinitas, beberapa jam waktu yang kita gunakan dalam berbicara, menonton televisi, dan belajar, Seberapa jauh komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia dan waktu yang diluangkan dalam proses komunikasi sangat besar, timbul pertanyaan berapa banyak waktu yang digunakan dalam proses komunikasi di dalam keseharian. Adapun bentuk kegiatan komunikasi yang digunakan untuk menulis, untuk membaca, dan untuk berbicara serta untuk mendengarkan orang lain berbicara, Hal tersebut membuktikan bahwa komunikasi sangat memiliki peran yang penting dalam kehidupan sosial manusia, dengan kata lain komunikasi telah menjadi jantung dari kehidupan kita. Komunikasi amat berperan penting dalam menjelaskan segala sesuatunya, banyak orang yang salah memahami makna pesan yang di sampaikan akibat pola komunikasi yang salah. Keluarga adalah lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu. Melalui keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilainilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar anak dapat menjalani hidupnya ketika berada dalam lingkungan masyarakat, apa yang terjadi jika sebuah pola komunikasi keluarga tidak terjadi secara harmonis tentu akan mempengaruhi perkembangan anak. Sering ditemui didalam keluarga inti dimana didalamnya terdapat ayah, ibu, kakak dan adik tentu terdapat berbagai macam perbedaan dalam pola komunikasi Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. (Djamarah, 2004:1). Dalam keseharian kita merasa banyak terjadi perbedaan pendapat antara ayah, kakak, atau pun saudara- saudara lainya di dalam keluarga kita hal ini dapat disebabkan komunikasi antarpribadi yang terjalin tidak berlangsung harmonis dan kecenderungan di salah satu pihak merasa superior antara pihak lainya oleh sebab itu diperlukan pola komunikasi keluarga dan komunikasi antar pribadi yang mendalam Alasan peneliti untuk memlih judul ini adalah permasalahan, pola komunikasi keluarga dan gender belum pernah ada di fisip usu, dan peneliti tertarik untuk meneliti pola komunikasi keluarga Selain itu penulis ingin mengetahui tentang pola komuikasi keluarga dalam menanamkan nilai gender pada remaja khususnya, di kalangan siswa STM Teladan dan di kalangan siswa SMK Negeri 8 Medan. Penulis memilih STM Teladan dan SMK Negeri 8 Medan sebagai lokasi penelitian karena, kedua sekolah tersebut memiliki bidang keahlian yang bertolak belakang, yang mana SMK Negeri 8 Medan memiliki bidang keahlian tata boga, yang
Universitas Sumatera Utara
oleh kebanyakan orang bidang keahlian tersebut dikatakan lebih cocok untuk perempuan sedangkan STM Teladan Medan memiliki bidang keahlian otomotif yang sering orang bilang sebagai dunianya laki-laki. Atas perbedaan bidang keahlian itulah penulis menganggap bahwa penelitian mengenai gender cocok untuk dilakukan di kedua sekolah tersebut, sebab lingkungan sekolah akan mempengaruhi pandangan mereka terhadap lawan jenis, yang mana STM Teladan mewakili populasi laki-laki dan SMK Negeri 8 Medan. Mewakili populasi perempuan. Gender adalah pembagian peran, kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan sifat laki-laki yang dianggap pantas menurut norma-nrma, adat istiadat kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. (Djohani, 1996 : 7). Namun masih ada masyarakat yang belum paham menenai konsep Gender sehingga hal tersebut mempengaruhi terhadap pola komunikasi keluarga, seperti adanya dominasi salah satu pihak dalam keluarga. Komunikasi di masyarakat perkotaan, menjadi pusat perhatian ketika membahas masalah gender. Gender berasal dari bahasa Latin, yaitu “genus”, berarti tipe atau jenis Gender merupakan kajian tentang tingkah laku perempuan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Karena dibentuk oleh sosial dan budaya setempat, maka gender tidak berlaku selamanya tergantung kepada waktu dan tempatnya. Gender juga sangat tergantung kepada tempat atau wilayah. Gender berbeda dari seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Ini disebabkan yang dianggap maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminim dalam budaya lain.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain, ciri maskulin atau feminim itu tergantung dari konteks sosial-budaya bukan semata-mata pada perbedaan jenis kelamin. Dalam terminologi feminis, gender sendiri didefinisikan sebagai perbedaan perilaku (behavioral differences) atau sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan kultural. Karena itu, gender juga sering disebut sebagai ‘jenis kelamin sosial’. Dari definisi ini, dalam persepsi feminisme, gender hanya merupakan produk budaya (nurture), bukan alami (nature), yakni sekadar ‘hasil persepsi’ suatu masyarakat atau bahkan bisa jadi hanya mitos atas apa yang disebut dengan sifat paten (kodrat) laki-laki dan sifat paten (kodrat) perempuan.
Gender dapat dipertukarkan dan bersifat tidak permanen, yakni dapat berubah sejalan dengan perubahan paradigma berpikir yang menjadi landasan budaya masyarakat tersebut. Berdasarkan kerangka berpikir ini, para pemujanya kemudian menolak konsep pembagian peran sosial yang dikaitkan dengan perbedaan biologis. Tidak boleh, misalnya, hanya karena secara biologis perempuan punya rahim dan payudara, kemudian dipersepsikan bahwa hanya perempuan yang memiliki sifat-sifat keperempuanan (feminitas) seperti sifat lembut, keibuan, dan emosional sehingga secara
kodrati
perempuan
harus
menjalani
fungsi-fungsi
keibuan
dan
kerumahtanggaan. Tidak boleh pula, laki-laki yang dianggap lahir dengan sifat-sifat maskulinitasnya, lalu diarahkan untuk menjadi pemimpin atas kaum perempuan.
Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. (Djamarah, 2004:1). Pola komunikasi keluarga merupakan salah satu faktor yang penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal anak selama proses sosialisasinya. Menurut Devito (1986) ada
Universitas Sumatera Utara
empat pola komunikasi keluarga yang umum pada keluarga inti ( Primari relationship ), yaitu Equality Pattern, Balance Split Pattern, Unbalanced Split Pattern, dan Monopoly Pattern. Pembedaan pola komunikasi ini menggambarkan pembagian peran dan kedudukan masing-masing individu dalam sebuah keluarga.
Pola komunikasi keluarga turut berperan dalam penerimaan pesan dan umpan balik yang terjadi antar anggota keluarga. Sebagai contoh dalam pola komunikasi monopoli, hanya satu orang yang berhak mengambil keputusan dalam keluarga. Hal ini menyebabkan anggota keluarga yang lain tidak berhak menyuarakan pendapat atau turut berperan dalam pengambilan keputusan, yang mengakibatkan komunikasi keluarga cenderung menjadi komunikasi satu arah saja. Demikian juga dalam penanaman dan pengembangan nilai, nilai-nilai yang ditanamkan oleh pemegang kekuasaan mutlak diikuti oleh anggota keluarga yang lainnya karena komunikasi yang berlangsung hanya bersifat instruksi atau suruhan. Keluarga sangat besar peranannya dalam mengajarkan, membimbing, menentukan perilaku, dan membentuk cara pandang anak terhadap nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Keluarga layaknya memberikan penanaman nilai-nilai yang dibutuhkan anak melalui suatu pola komunikasi yang sesuai sehingga komunikasi berjalan dengan baik, tercipta hubungan yang harmonis, serta pesan dan nilai-nilai yang ingin disampaikan dapat diterima dan diamalkan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut, “Bagaimanakah pola komunikasi keluarga dalam menanamkan nilai gender pada Remaja di SMK 8 dan STM Teladan Medan” ?
1.3 Pembatasan Masalah 1. Bagaimana pola komunikasi Equality (pola persamaan) dalam menanamkan nilai gender pada remaja? 2. Bagaimana
pola
komunikasi Balanced
Split
(seimbang
terpisah)
dalam
menanamkan nilai gender pada remaja? 3. Bagaimana pola komunikasi Unbalanced Split (tak sembang terpisah) dalam menanamkan nilai gender pada remaja? 4. Bagaimana pola komunikasi Monopoly (monopoli) dalam menanamkan nilai gender pada remaja?
1.4 Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian Dalam kaitannya dengan penelitian, adapun tujuan yang utama dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pola komunikasi Equality dalam menanamkan nilai gender pada remaja 2. Untuk mengetahui pola komunikasi Balanced Split dalam menanamkan nilai gender pada remaja 3. Untuk mengetahui pola komunikasi Unbalanced Split dalam menanamkan nilai
Universitas Sumatera Utara
gender pada remaja 4. Untuk mengetahui pola komunikasi Monopoly dalam menanamkan nilai gender pada remaja
1.4.2 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan, dapat memberikan masukan kepada penulis khususnya dan pihak lain pada umumnya mengenai pola komunikasi keluarga dalam menanamkan nilai gender pada remaja. 2. Memberikan informasi khususnya kepada responden mengenai pola komunikasi keluarga dalam menanamkan nilai gender pada remaja, sehingga diharapkan responden memahami tentang arti dan nilai gender yang sebenarnya.
1.5 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disususn kerengka teori yang memuat pokok - pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian tersebut disoroti ( Nawawi, 1995:40). Menurut kerlinger ( Rakhmat, 2004:6 ) teori merupakan himpunan konstruk atau konsep, yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut .Dengan adanya kerangka teori, akan membantu peneliti dalam menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1.5.1 Pola Komunikasi Keluarga Pola komunikasi keluarga merupakan salah satu faktor yang penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal anak selama proses sosialisasinya. Menurut Devito (1986) ada empat pola komunikasi keluarga yang umum pada keluarga inti komunikasi keluarga yang terdiri dari pola persamaan (Equality Pattern), pola seimbang-terpisah (Balance Split Patern), pola tak seimbangterpisah (Unbalance Split Pattern) pola monopoli (Monopoly Pattern), 1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern) Dalam pola ini, tiap individu berbagi hak yang sama dalam kesempatan berkomunikasi. Peran tiap orang dijalankan secara merata. Komunikasi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pembagian kekuasaan. Semua orang memiliki hak yang sama dalam proses pengambilan keputusan. Keluarga mendapatkan kepuasan tertinggi bila ada kesetaraan. 2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern) Kesetaraan hubungan tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap orang memiliki daerah kekuasaan yang berbeda dari yang lainnya. Tiap orang dilihat sebagai ahli dalam bidang yang berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga normal / tradisional, suami dipercaya dalam urusan bisnis atau politik. Istri dipercaya untuk urusan perawatan anak dan memasak. Namun pembagian peran berdasarkan jenis kelamin ini masih bersifat fleksibel. Konflik yang terjadi dalam keluarga tidak dipandang sebagai ancaman karena tiap individu memiliki area masing-masing dan keahlian sendiri-sendiri.
Universitas Sumatera Utara
3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern) Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari yang lainnya. Satu orang inilah yang memegang kontrol, seseorang ini biasanya memiliki kecerdasan intelektual lebih tinggi, lebih bijaksana, atau berpenghasilan lebih tinggi. Anggota keluarga yang lain berkompensasi dengan cara tunduk pada seseorang tersebut, membiarkan orang yang mendominasi itu untuk memenangkan argumen dan pengambilan keputusan sendiri. 4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern) Satu orang dipandang sebagai pemegang kekuasaan. Satu orang ini lebih bersifat memberi perintah dari pada berkomunikasi. la memiliki hak penuh untuk mengambil keputusan sehingga jarang atau tidak pernah bertanya atau meminta pendapat dari orang lain. Pemegang kuasa memerintahkan kepada yang lain apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Maka anggota keluarga yang lainnya meminta izin, meminta pendapat, dan membuat keputusan berdasarkan keputusan dari orang tersebut. Pembedaan pola komunikasi ini menggambarkan pembagian peran dan kedudukan masing-masing individu dalam sebuah keluarga. Pola komunikasi keluarga turut berperan dalam penerimaan pesan dan umpan balik yang terjadi antar anggota keluarga. Sebagai contoh dalam pola komunikasi monopoli, hanya satu orang yang berhak mengambil keputusan dalam keluarga. Hal ini menyebabkan anggota keluarga yang lain tidak berhak menyuarakan pendapat atau turut berperan dalam pengambilan keputusan,
yang
mengakibatkan
komunikasi
keluarga
cenderung
menjadi
komunikasi satu arah saja. Demikian juga dalam penanaman dan pengembangan nilai, nilai-nilai yang ditanamkan oleh pemegang kekuasaan mutlak diikuti oleh
Universitas Sumatera Utara
anggota keluarga yang lainnya karena komunikasi yang berlangsung hanya bersifat instruksi atau suruhan. Keluarga
sangat
besar
peranannya dalam mengajarkan,
membimbing,
menentukan perilaku, dan membentuk cara pandang anak terhadap nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Keluarga layaknya memberikan penanaman nilai-nilai yang dibutuhkan anak melalui suatu pola komunikasi yang sesuai sehingga komunikasi berjalan dengan baik, tercipta hubungan yang harmonis, serta pesan dan nilai-nilai yang ingin disampaikan dapat diterima dan diamalkan dengan baik.
1.5.2 Komunikasi Keluarga Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya, (Kurniadi, 2001: 271). Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan pengertian. Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi dalam keluarga juga dapat
diartikan sebagai kesiapan
membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan halhal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik
1.5.3 Gender Kata Gender dalam bahasa Indonesia dipinjam dari bahasa Inggris. Untuk memahami konsep Gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan persifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Secara biologis, alat reproduksi yang melekat pada laki-laki dan perempuan tidak bisa dipertukarkan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat. Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap; kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri-ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan
Universitas Sumatera Utara
yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Misalnya saja zaman dahulu di suatu suku tertentu perempuan lebih kuat daripada laki-laki, tetapi pada zaman yang lain dan di tempat yang berbeda laki-laki yang lebih kuat. Juga, perubahan bisa terjadi dari kelas ke kelas masyarakat yang berbeda. Di suku tertentu, perempuan kelas bawah dipedesaan lebih kuat dibandingkan laki-laki. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat yang lainnya, maupun berbeda dari suatu kelas ke kelas yang lain, itulah yang dikenal dengan konsep gender. Teori yang mendukung penelitian ini adalah Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial). Teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura ini memberikan gambaran yang komprehensif yang dapat diaplikasikan untuk memecahkan atau meneliti perubahan perilaku remaja. Anak-anak memilih untuk meniru model dari jenis kelamin yang sama (orang tua mereka, anak lain, orang dewasa lainnya, bahkan karakter dari buku atau media cetak). Mengamati dan meniru model dilihat sebagai usaha yang penuh kuasa pada anak-anak dalam menyerap nilai gender. Anggapan yang umum adalah orang tua memperlakukan anak laki-laki dan anak perempuan secara berbeda dari awal kelahiran. Pembedaan perlakuan ini dimulai dari masa kanak-kanak dan terus berlanjut sampai dewasa. Pembedaan perlakuan tersebut dilakukan secara terus menerus dengan suatu cara yang khas, yang akhirnya membentuk suatu konsep gender. Pengembangan nilai gender yang dialami remaja berkaitan dengan pola komunikasi yang terjadi dalam keluarganya, karena konsep gender itu sendiri dipahami oleh anak melalui suatu pola komunikasi. Karena pola
komunikasi
pada
tiap
keluarga
berbeda,
maka
penanaman
dan
pengembangan nilai gender pada remaja tentunya akan berlainan pula cara dan
Universitas Sumatera Utara
penerimaannya, tergantung pola komunikasi yang terjadi dalam keluarga tersebut.
1.5.4 Komunikasi keluarga Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. (Kurniadi, 2001: 271). Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan pengertian. Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif. Komunikasi dalam keluarga juga dapat
diartikan sebagai kesiapan
membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan halhal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota
Universitas Sumatera Utara
keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik 1.6
Kerangka konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai ( Nawawi, 1995:33) Konsep adalah pengambaran fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social ( Singarimbun, 1995:33) Agar konsep tersebut dapat diteliti, maka harus dioprasionalkan dengan mengubahnya menjadi variable . variable adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, variable dalam penelitian ini adalah Peneliti menguraikan variabel-variabel dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Variabel I : Pola Komunikasi Keluarga Sub Variabel : Pola Komunikasi Equality berdasarkan gender Indikator : Kesetaraan antar anggota keluarga→ Pembagian tugas yang sama pada tiap anggota keluarga →
Pengambilan keputusan melibatkan semua anggota
keluarga.→ Tiap anggota keluarga dipandang setara satu sama lain→ Keleluasaan dan keterbukaan topik yang dibicarakan dalam komunikasi keluarga. Sub Variabel : Pola Komunikasi Balance Split berdasarkan gender Indikator : Pemisahan tugas→ Pembagian tugas berdasaarkan bidang masing-masing → Pengambilan keputusan dilakukan sendiri-sendiri → Masalah yang ada diselesaikan sendiri-sendiri → Sifat anggota keluarga lebih individualis Sub Variabel : Pola Komunikasi Unbalanced Split
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan gender Indikator : Dominasi oleh satu orang anggota keluarga→ Satu orang dipandang memiliki nilai lebih dari yang lainnya.→ Kontrol seringkali dipegang oleh orang tersebut→ Pengambilan keputusan dilakukan oleh satu orang yang mendominasi.
→
Komunikasi masih bersifat timbal balik namun diwarnai mendominasi. Sub Variabel : Pola Komunikasi Monopoly berdasarkan gender Indikator : Kekuasaan dipegang oleh satu orang anggota keluarga→ Satu orang dipandang
sebagai
pemegang
kekuasaan→
Komunikasi
lebih
bersifat
perintah/instruksi untuk dilakukan.→ Satu orang memiliki hak penuh untuk mengambil keputusan.→ Anggota keluarga yang lain meminta izin, pendapat, dan membuat keputusan berdasarkan pemegang kekuasaan.
2. Variable II: Nilai-Nilai Gender Pada Remaja Sub Variabel : Penerapan dalam kehidupan sehari-hari Indikator :- Pandangan terhadap lawan jenis→ Fleksibilitas dan kemampuan dalam mengerjakan tugas-tugas →Fleksibilitas dan kemampuan dalam menentukan karier atau pekerjaan Sub Variabel : Pemahaman tentang gender pada remaja Indikator
:- Mengetahui arti gender
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Responden a. Umur b. Jenis kelamin c. Agama d. Pendidikan orang tua e. Jumlah saudara f. Kedudukan di dalam keluarga
1.8
Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.8.1
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode desktiptif. Metode deskriptif
adalah suatu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta/karakteristik populasi tertentu / bidang tertentu secara faktual dan cermat (Rakhmat, 2001:24). Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian deskriptif ditujukan untuk : 1. mengumpulkan informasi masalah atau memeriksa secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. 3. membuat perbandingan atau evaluasi 4. menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
1.9 Teknik Pengumpulan Data Untuk melengkapi data dari penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Observasi Observasi
ialah
teknik
pengumpulan
data dengan
mengadakan
peninjauan secara langsung, yang mana observasi yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah memilih lokasi penelitian yang tepat dan sesuai dengan permasalahan. 2. Studi kepustakaan Studi kepustakaan ialah pengumpulan data dengan cara melakukan penelaah terhadap berbagai sumber informasi tertulis baik berupa buku-buku atau laporanlaporan yang ada hubungannya dengan permasalahan yang sedang diteliti. 3.Angket/Kuesioner Angket adalah suatu daftar pertanyaan yang disusun secara khusus untuk memperoleh data yang disampaikan kepada responden yang telah ditentukan. Angket tersebut desebarkan kepada siswa SMK Negeri 8 dan siswa STM Teladan Medan berdasarkan jumlah sampel yang telah ditentukan melalui teknik pengambilan sampel sebelumnya. 4.Wawancara Yaitu proses mendapatkan keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan responden. Metode ini hanya digunakan untuk melengkapi data yang sudah didapat dari metode pertama ( Rakhmat, 2004:83 )
Universitas Sumatera Utara
1.10 Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun & Effendi, 1987: 152). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 8 Medan dan siswa STM Teladan Medan. Dari populasi tersebut ditarik suatu sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan) yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang memilih siapa saja untuk dijadikan anggota sampel yang menurut pengumpul data sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. (Soehartono, 1995:63). Jumlah sampel yang diambil sebanyak 97 orang, dimana 57 orang berasal dari siswa STM Teladan dan 40 orang di ambil dari murid SMKN 8 Medan.
1.11 Teknik Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan table tunggal yang dilakukan dengan membagi-bagikan variable penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Table tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan presentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995 :237). Teknik analisa data yang akan peneliti lakukan adalah dengan cara menyusun, menguraikan, dan mengurutkan data yang akan di peroleh dengan membagi variable penelitian kedalm sejumlah
frekuensi den
presentasi untuk
kemudian di
interpretasikan dengan cara memaparkan data-data yang telah diperoleh dengan katakata secara jelas dan terperinci untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan secara jelas dan terperinci.
Universitas Sumatera Utara