BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1215/ Menkes/SK/XI/2001
tentang pedoman kesehatan matra pasal 1 menyebutkan bahwa Kesehatan Matra adalah bentuk khusus upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah berpindahnya/perubahan dari satu tempat ke tempat lain yang tidak sama tempatnya dan berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan manusia dalam lingkungan tersebut. Upaya kesehatan berguna untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental terhadap lingkungan yang berubah baik di lingkungan darat, laut dan udara. Ruang lingkup kesehatan matra adalah kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, kesehatan kedirgantaraan. Kesehatan lapangan meliputi kesehatan haji, kesehatan transmigrasi, kesehatan dalam penanggulangan korban bencana, kesehatan di bumi perkemahan, kesehatan dalam situasi khusus, kesehatan lintas alam, kesehatan bawah tanah, kesehatan dalam penanggulangan keamanan dan ketertiban masyarakat, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat. Kesehatan kelautan dan bawah air meliputi kesehatan pelayaran dan lepas pantai, kesehatan penyelaman dan hiperbarik, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di laut. Sedangkan kesehatan kedirgantaraan meliputi kesehatan penerbangan dirgantara dan kesehatan dalam operasi dan latihan militer dirgantara. Salah satu bagian dari kesehatan lapangan tersebut adalah kesehatan haji.1,2
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan ibadah haji, sebagaimana dicantumkan dalam Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2008, bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan , dan perlindungan yang sebaik - baiknya bagi jemaah haji sehingga jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam. Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara menyeluruh meliputi upaya promotif, kuratif dan rehabilitatif dan dalam pelaksanaannya perlu kerjasama berbagai pihak terkait dan pemerintah daerah.3 Tuntunan pelayanan menyeluruh terhadap jemaah haji, dinamika pelayanan haji yang begitu tinggi, serta aktifitas jemaah yang cukup tinggi sejak dari tanah air , Arab Saudi sampai kembali lagi ke tanah air memerlukan kesiapan dan kemampuan fisik serta mental jemaah haji yang prima. Pelayanan kesehatan yang diberikan akan lebih baik lagi hasilnya jika di ikuti dengan peran serta seluruh jemaah haji.4 Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa kondisi kesehatan yang memadai, niscaya pencapaian ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatannya ke Arab Saudi. agar dapat memprediksi risiko kesakitan dan kematian saat melakukan ibadah haji..5 Tingginya angka kematian dan angka kesakitan pada jemaah haji selama berada di Arab Saudi sangat erat kaitannya dengan faktor usia jamaah (usia lanjut) dengan berbagai penyakit kronik yang diidap, iklim yang sangat jauh berbeda, penatalaksanaan kesehatan sebelum berangkat, pencatatan status kesehatan tidak
Universitas Sumatera Utara
akurat pada buku kesehatan jamaah, ketepatan dan kecepatan diagnosis pada keadaan emergensi, serta kecepatan dan ketepatan penanggulangan kasus gawat darurat.6 Setiap tahun, sekitar 200.000 jemaah haji Indonesia diberangkatkan ke Tanah Suci Makkah dan Madinah untuk melaksanakan ritual haji dengan kondisi kesehatan yang bervariasi, ada yang sehat tanpa penyakit dan ada yang sehat dengan faktor risiko. Penyakit kronik yang diidap jamaah, terutama yang lansia, menjadi catatan penting bagi petugas kesehatan yang mendampingi, seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru kronik, penyakit hati dan pencernaan, penyakit tulang dan sendi, serta penyakit saraf seperti post stroke Kelompok jamaah ini disebut sebagai risiko tinggi (risti). Sebab, komplikasi fatal
penyakit-penyakit ini dapat menimbulkan
seperti pingsan akibat panas (heat stroke) saat melaksanakan
aktifitas fisik pada cuaca yang sangat panas atau sangat dingin dengan kepadatan manusia dan polusi udara yang tinggi.7 Hipertensi merupakan merupakan salah satu faktor utama kematian karena gangguan kardiovaskuler yang mengakibatkan kematian 20-50% dari seluruh kematian. Terdapat pula hubungan langsung antara risiko kardiovaskuler dan tekanan darah dimana semakin tinggi tekanan darah semakin besar risiko terkena stroke dan jantung koroner. Pasien yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus rentan terhadap komplikasi kardiovaskuler dan ginjal. Sindroma resisten terhadap insulin ditandai dengan hipertensi, dislipidemia, hiperinsulinemia dan obesitas sentral. DM merupakan penyakit yang sangat mudah kerja sama dengan penyakit lainnya khususnya kolesterol dan hipertensi sehingga dapat membentuk segita penyakit DM-
Universitas Sumatera Utara
kardiovaskuler dan stroke. Jumlah penderita yang sudah bergabung dalam segitiga penyakit ini mencapai 3 juta, tersebar di lebih 50 negara di dunia.8 Data penyelenggaraan kesehatan haji menunjukkan dalam sepuluh tahun terakhir angka kematian jemaah haji berkisar antara 2,0-3,9 per 1000 jemaah atau 0,50,9 per hari per 10.000 jemaah.5 Menurut penelitian Suprapto (2002) dengan desain cross sectional
pada
jemaah haji asal Embarkasi Adisumarsono Surakarta tahun 2001 diketahui jemaah haji usia lanjut (21,81%), hipertensi (14,67%) dan DM (3,75%). Dan yang menunjukkan hubungan keberadaan risiko tinggi terhadap kematian jemaah haji adalah usia lanjut dan hipertensi.9 Menurut Profil Kesehatan Haji Indonesia 2008, pada tahun 2005 jemaah wafat mencapai 2,3‰ (436 orang), tahun 2006 meningkat 3,15‰ ( 647 orang) , tahun 2007 sekitar 2,4‰ (462 orang) dan tahun 2008 menurun menjadi 2,0‰ (437 orang). Peyebab kematian terbanyak adalah penyakit sistem kardiovaskuler dan pernafasan. Penyakit Kardiovaskuler dibagi atas Atelosklerosis, Hipertensi, dan Penyakit Jantung Koroner. Hipertensi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Proporsi jemaah haji risiko tinggi tiap tahunnya berkisar 10-30 %, jemaah haji usia lanjut sekitar 28,78%, sedangkan hipertensi berkisar 25-37%.5 Menurut Penelitian Arsyad Ramli Ali (2009) di kabupaten Poliwali Mandar, dari 305 calon jemaah haji Poliwali Mandar penyakit hipertensi menempati urutan yang pertama sebesar 44,9% (137 orang).10,11,12 Berdasarkan Profil Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan tahun 2008, Proporsi jemaah haji hipertensi asal Sumatera Utara adalah 30,14 % (1189
Universitas Sumatera Utara
orang) dan terdapat 12,20 % (363 orang) jemaah haji hipertensi asal kota Medan, sedangkan tahun 2009 proporsi jemaah haji hipertensi asal Sumatera Utara adalah 12,1 % (974 orang) dan 41,3% (403 orang) jemaah haji asal kota Medan.13,14,15 Data yang diperoleh dari SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) Asrama Haji Medan dapat diketahui bahwa angka kematian jemaah haji pada tahun 2008 sebesar (1,6‰) atau 13 orang dari 8.090 orang jemaah haji, pada tahun 2009 sebesar (2,8‰) atau 23 orang dari 8.057 orang jemaah haji, sedangkan pada tahun 2010 sebesar (3,15‰) atau 26 orang dari 8.237 orang jemaah haji. Dari 26 orang jemaah haji yang meninggal, penyebab
kematian utama adalah penyakit
kardiovaskuler berjumlah 19 orang dan penyakit saluran pernafasan 7 orang, yang keseluruhan adalah jemaah haji risti.16 Menurut Laporan Pelaksanaan Pengamanan Kesehatan Haji Embarkasi Polonia Medan dan data SISKOHAT tahun 2010 , terdapat 959 orang jemaah haji (11,6 %) yang menderita hipertensi di Embarkasi Polonia Medan. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan diketahui bahwa jumlah jemaah haji yang menderita hipertensi asal kota Medan sebanyak 358 orang (37,3%). Dari semua data tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi pada jemaah haji asal kota Medan di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010..16,17
1.2. Perumusan masalah Belum diketahui karakteristik penderita hipertensi pada jemaah haji asal Kota Medan di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi pada jemaah haji asal Kota Medan di Embarkasi polonia Medan tahun 2010. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji berdasarkan sosiodemografi yang meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji berdasarkan derajat hipertensi. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji berdasarkan status risti. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji berdasarkan ada risti lain. e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji berdasarkan tanpa risti lain. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji berdasarkan keadaan pulang di Debarkasi. g. Untuk mengetahui distribusi proporsi kematian jemaah haji hipertensi berdasarkan jenis penyakit..
Universitas Sumatera Utara
h. Untuk mengetahui perbedaan distribusi
proporsi umur jemaah haji
hipertensi berdasarkan derajat hipertensi.
i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin jemaah haji hipertensi berdasarkan derajat hipertensi. j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi pekerjaan jemaah haji hipertensi berdasarkan derajat hipertensi. k. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi status risti
berdasarkan
derajat hipertensi. 1.4. Manfaat Penelitian a. Sebagai informasi dan masukan bagi Kantor kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan dan segala instansi yang terkait untuk menyusun perencanaan dan program kegiatan sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan haji. b. Sebagai bahan sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai hipertensi dan bahan informasi kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara