BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak dibidang kesehatan yang selayaknya mempertimbangkan bahwa asuhan di rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan yang berfokus pada standar pelayanan pasien. Kelompok Standar Pelayanan yang berfokus pada pasien salah satunya adalah Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO) (Bina Upaya Kesehatan, KEMENKES RI, KARS, 2011). Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO) merupakan sistem dan proses yang digunakan di rumah sakit dalam memberikan farmakoterapi pada pasien.Salah satu upaya dalam MPO adalah pemberian obat (BUK, KEMENKES RI, KARS, 2011). Pemberian obat pada pasien merupakan tanggung jawab perawat. Perawat berkewajiban untuk mematuhi standar prosedur tetap dalam pemberian obat sehingga kesalahan dalam pemberian obat tidak terjadi (Potter dan Perry, 2005). Kesalahan dalam pemberian obat dapat menimbulkan kecacatan bahkan kematian pada pasien (Anief, 2007). Kesalahan dalam pemberian obat sering ditemukan meliputi kekeliruan dalam mengidentifikasi pasien, menetapkan jenis obat, order dosis yang salah, rute yang salah, waktu pemberian yang tidak tepat, obat yang menimbulkan alergi, atau kombinasi yang bertentangan (Pujiastuti, 2007).
1 Universitas Sumatera Utara
2
Kesalahan pemberian obat merupakan kejadian yang dapat dicegah agar tidak terjadi.Peran perawat dalam pemberian obat sangat penting untuk terciptanya penggunaan obat yang aman bagi pasien (Searl, 2009). Perawat harus mempunyai pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pemberian obat untukmemberikan obat dengan cara yang aman dan efektif pada pasien (Potter dan Perry, 2005). Perawat perlu memperhatikan prinsip enam benar dalam pemberian obat yang meliputi: benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute, dan benar dokumentasi(Kee dan Hayes, 1996). Hughes dan Blegan (2008) menyatakan bahwa 40% kesalahan dalam pemberian obat dilakukan oleh perawat. Pada laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI, 2007) kesalahan dalam pemberian obat berada pada tingkat pertama 24,8%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Auburn University di 36 rumah sakit dan nursing home di Colorado dan Georgia, USA pada tahun 2002, dari 3216 jenis pemberian obat, 43% diberikan pada waktu yang salah dan 4% diberikan obat yang salah Joint Commission on Accreditiation of Health Organization (JCAHO, 2002). Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwiprahasto (2006) menyatakan bahwa 11% medication error di rumah sakit berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan obat ke pasien dalam bentuk dosis atau obat yang keliru. Penelitian Kuntarti (2005) menunjukkan bahwa secara umum penerapan ketepatan prinsip “enam tepat” dalam pemberian obat oleh81 perawat di RSCM Jakarta berada pada tingkatsedang sampai tinggi. Hasil
Universitas Sumatera Utara
3
penelitan menunjukkanpenerapan pemberian obat yang tepat 75,3%,tepat dosis 19.8%,
tepat
waktu sebanyak 63%, tepat cara 51,9%, dantepat
dokumentasi sebanyak 59,3%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalahan dalam pemberian obat terkait benar obat, benar pasien, benar dosis, benar waktu, benar rute, dan benar dokumentasi masih sering terjadi dengan berbagai macam persentasi kejadian kesalahan pemberian obat di rumah sakit. Pemberian obat yang efektif oleh perawat pelaksana dapat dipengaruhi oleh supervisi yang dilakukankepala ruangan (Searl, 2009). Pada penelitian Kuntarti (2005) menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan prinsip “enam benar” pemberian obat dan salah satunya adalah faktor eksternal yaitu supervisi atasan. Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwatujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efisien, peningkatan efisiensi kerja yang erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan danpeningkatan efektifitas kerja erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahansehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan. Supervisi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu cara langsung dan cara tidak langsung (Nursing & Midwifery Board of Australia, 2013).
Universitas Sumatera Utara
4
Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan/ permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan (Suarli dan Bahtiar, 2009). Cara tidak langsung dapat dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan, supervisor tidak melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan
bawahan (Arwani dan
Supriyatno, 2005). Berdasarkan uraian tersebut dan fenomena yang terjadi dilapangan, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan prinsip “enam benar” pemberian obat yang dilakukan perawatdi RSUD Dr. Pirngadi Medan. 1.2. Pertanyaan Penelitian 1.2.1. Bagaimana gambaran supervisi kepala ruangan di RSUD Dr. Pirngadi Medan? 1.2.2. Bagaimana gambaran pelaksanaan prinsip “enam benar” pemberian obat yang dilakukan perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan? 1.2.3. Apakah ada hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan prinsip “enam benar” pemberian obat yang dilakukan perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan prinsip “enam benar” pemberian obat yang dilakukan perawat di ruang rawat inap RSUD Pirngadi Medan.
Universitas Sumatera Utara
5
1.3.2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Mengidentifikasi supervisikepala ruangan di RSUD Dr. Pirngadi Medan b. Mengidentifikasi pelaksanaan prinsip “enam benar” pemberian obat yang dilakukan perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan c. Mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan denganpelaksanaan prinsip “enam benar” pemberian obat yang dilakukan perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada berbagai pihak yang terkait yakni : 1.4.1. Manajemen Rumah Sakit Sebagai
masukan
RS
dalam
menyusun
program
peningkatan
kompetensi supervisi kepala ruangan melalui pembinaan, pelatihan supervisibagi kepala ruangan di RSUD Dr. Pirngadi Medan. 1.4.2. Profesi Keperawatan Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan pemberian obat yang dilakukan perawat serta pertimbangan untuk meningkatkan kualitas perawat dalam melaksanakan pemberian obat dengan melakukan pelatihan khusus di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Universitas Sumatera Utara
6
1.4.3. Peneliti Selanjutnya Sebagai informasi dan data tambahan dalam penelitian berikutnya terutama yang berhubungan dengan penelitian supervisi kepala ruangan dan
pelaksanaan
prinsip
enam
benar
pemberian
obat
.
Universitas Sumatera Utara