BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami gangguan kesehatan/dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam masyarakat apakah masyarakat sehat atau sakit (Efendy, 1998). Peran/tugas keluarga dalam kesehatan yang dikembangkan oleh ilmu keperawatan dalam hal ini adalah ilmu kesehatan keluarga sangatlah mempunyai arti dalam peningkatan dalam peran/tugas keluarga itu sendiri. Perawat diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga (Friedman, 1998). Peran keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mampu mengambil keputusan dalam kesehatan, Ikut merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada sangatlah penting dalam mengatasi kecemasan klien (Friedman, 1998). Keluarga mempunyai satu peran penting terkait dengan perawatan anak di Rumah Sakit yaitu peran pengasuhan (parenting role), di mana kelurga mempunyai tugas yang harus dijalankan yaitu menerima kondisi anak, mengelola kondisi anak, memenuhi kebutuhan perkembangan anak, memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga, menghadapi stressor dengan positif, membantu anggota keluarga untuk mengelola perasaan yang ada, mendidik anggota keluarga yang lain tentang kondisi anak yang sedang sakit, menggembangkan sistem dukungan sosial (Supartini, 2004).
Pada dasarnya tujuan dasar pengasuhan adalah mempertahankan kehidupan fisik anak, meningkatkan kehidupan anak, memfasilitasi anak untuk menggembangkan
kemampuan
sejalan
dengan
tahapan
pengembangan.
Kemampuan orang tua menjalankan peran pengasuhan ini tidak dipelajari melalui pendidikan secara formal melainkan berdasarkan pengalaman (Supartini, 2004). Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seseorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena : (1) Anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari, dan (2) Anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan. Reaksi anak akan mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap proses akibat sakit dan dirawat, sistem dukungan (support system) yang tersedia, serta ketrampilan koping dalam menangani stres (Nursalam, 2005). Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress dan kecemasan pada anak. Pada anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit akan muncul tantangan-tantangan yang harus dihadapinya seperti mengatasi suatu perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya, penyesuaian dengan banyak orang yang mengurusinya, dan kerapkali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan (Supartini, 2004).
Hospitalisasi bagi anak dan keluarga adalah suatu pengalaman yang mengancam dan stressor, keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Umumnya orangtua yang anaknya mengalami hospitalisasi akan bersikap penolakan, ketidakpercayaan akan penyakit anaknya, marah, dan rasa bersalah karena tidak mampu merawat anaknya, rasa takut, cemas, frustasi, dan depresi. Reaksi terhadap penyakit atau masalah diri yang dialami anak seperti perpisahan, tidak mengenal lingkungan atau lingkungan yang asing, kehilangan kontrol, menarik diri, serta lebih peka dan pasif seperti menolak makan (Alimul, 2005). Anak usia sekolah (6-12 tahun) yang dirawat di Rumah Sakit juga akan muncul perasaan tersebut karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman, dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasanya dialaminya, dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan (Supartini, 2004). Populasi anak yang dirawat di rumah sakit menurut Wong (2001), mengalami peningkatan yang sangat dramatis. Mc Cherty dan Kozak mengatakan hampir empat juta anak dalam satu tahun mengalami hospitalisasi (Lawrence J. cit Hikmawati, 2000). Rata-rata anak mendapat perawatan selama enam hari. Selain membutuhkan perawatan yang spesial dibanding pasien lain, anak sakit juga mempunyai keistimewaan dan karakteristik tersendiri karena anak-anak bukanlah miniatur dari orang dewasa atau dewasa kecil. Dan waktu yang dibutuhkan untuk merawat penderita anak-anak 20-45% lebih banyak daripada waktu untuk merawat orang dewasa (Speirs, cit Hikmawati 2000).
Seorang anak bila menghadapi lingkungan yang baru dikenal akan mengalami perasaan takut dan cemas apalagi bila harus menjalani rawat inap atau hospitalisasi. Tidaklah mengejutkan bila masuk rumah sakit dikaitkan dengan kecemasan dan ketakutan. Bukan hanya orang dewasa anak-anak pun punya rasa takut terhadap penyakit yang pada gilirannya berhubungan dengan ketakutan dan kecemasan akan rumah sakit. Bahkan untuk anak yang masih kecil kecemasan dan kegelisahan orang tua dapat dengan mudah menjangkitnya sehingga di sini orang tua harus bisa menyimpan ketakutan dan kecemasan dirinya sebisa mungkin dan tak kalah pentingnya peran orang tua sangat diperlukan dalam kondisi seperti ini.
2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berminat meneliti tentang hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah (6-12 tahun) yang mengalami hospitalisasi di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.
3. Pertanyaan Penelitian 3.1
Bagaimana
peran
keluarga selama
proses hospitalisasi anak usia
sekolah (6-12 tahun) di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan? 3.2
Bagaimana tingkat kecemasan anak usia sekolah (6-12 tahun) yang sedang dirawat di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan?
3.3
Bagaimana hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah (6-12 tahun) yang mengalami hospitalisasi di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan?
4. Tujuan Penelitian 4.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah (6-12 tahun) yang mengalami hospitalisasi di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan? 4.2 Tujuan Khusus 4.2.1 Mengidentifikasi peran keluarga selama proses hospitalisasi anak di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. 4.2.2 Mengidentifikasi tingkat kecemasan anak usia sekolah (6-12 tahun) yang sedang dirawat di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. 4.2.3 Mengidentifikasi hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah (6-12 tahun) yang mengalami hospitalisasi di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.
5. Hipotesa Penelitian Dalam penelitian ini hipotesa yang dibuat adalah hipotesa kerja (hipotesa alternatif) yaitu ada hubungan antara peran keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah (6-12 tahun) yang mengalami hospitalisasi di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan.
6. Manfaat Penelitian Sesuai dengan latar belakang perumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka manfaat yang dapat diharapakan dari penelitian ini adalah : 6.1 Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang berguna bagi para pembaca untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan anak sehingga masalah psikologis dapat teratasi yang dapat membantu proses penyembuhan. 6.2 Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi tingkat kecemasan pada anak dengan memfasilitasi keluarga dalam memberikan peran keluarga bagi anak selama menjalani hospitalisasi di rumah sakit. 6.3 Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dan juga sebagai acuan untuk menambah wawasan bagi peneliti sehingga menjadi masukan pentingnya peran keluarga dalam setiap intervensi keperawatan yang dilakukan pada anak selama menjalani hospitalisasi dan dapat mengurangi dampak hospitalisasi pada anak.