BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu hasil kebudayaan manusia yang sangat berarti dalam kehidupan manusia itu sendiri. Dalam www.wikipedia.com (9 Januari 2006), definisi bahasa antara lain adalah, suatu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan, suatu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain, suatu kesatuan sistem makna, suatu kode yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna, suatu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh :- Perkataan, kalimat, dan lain lain.), dan suatu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik. Ada banyak macam bahasa di dunia ini, salah satunya adalah Bahasa Jepang. Dalam www.wikipedia.com (9 Januari 2006) tercatat bahwa Bahasa Jepang (Nihongo) adalah bahasa resmi di Jepang dengan penutur 127 juta jiwa. Bahasa Jepang juga digunakan oleh sejumlah penduduk negara yang pernah ditaklukkannya seperti Korea dan Taiwan. Sebelum abad ke-4, Bangsa Jepang tidak mempunyai sistem tulisan milik mereka sendiri. Setelah masuk abad ke-4 mereka mulai mengimport dan mengadaptasi huruf China, bersamaan dengan bermacam-macam aspek kebudayaan China yang lain, kemungkinan kebudayaan China itu masuk ke Jepang melalui
1
Korea. (www.omniglot, 14 Januari 2006). Pertama-tama, Bangsa Jepang menulis dengan huruf klasik China atau dengan gabungan huruf antara China-Jepang. Salah satu bentuk contoh dari huruf gabungan China-Jepang adalah kojiki (Catatan Purba) ditulis pada tahun 712. Kemudian mereka mulai menggunakan huruf China untuk menulis Bahasa Jepang dalam gaya tulisan yang dikenal dengan man'yōgana, tercatat ada sepuluh ribu naskah yang menggunakan gaya penulisan ini sebagai simbol fonetisnya. (www.omniglot.com, 14 Januari 2006). Selama berabad-abad system penulisan ini berasimilasi dimana huruf China dipakai untuk menuliskan kata-kata yang dipinjam dari China maupun kata-kata Bahasa Jepang yang mempunyai arti yang sama. Huruf China juga digunakan untuk lambang fonetik mereka untuk menuliskan elemen gramatikal dan huruf-huruf ini kemudian terbagi menjadi dua yaitu hiragana dan katakana. Bahasa Jepang modern ditulis dengan gabungan dari hiragana, katakana dan kanji. Teks modern Jepang bahkan mengandung romaji (huruf roma), cara standar untuk menuliskan Bahasa Jepang dengan latin alphabet, eimoji (naskah Inggris), kosakata non-Japanese yang ditulis dalam bahasa asli dan bermacam-macam simbol yang dikenal sebagai kigo. Walau pun begitu, huruf dalam bahasa Jepang pada dasarnya adalah Kanji, hiragana, dan katakana. (www.omniglot.com, 14 Januari 2006). Kanji adalah huruf yang diambil oleh Jepang dari China. Antara 5.000 hingga 10.000 huruf China atau kanji, dipakai untuk menuliskan bahasa Jepang. Pada 1981 dalam usaha untuk memudahkan membaca dan menulis dalam bahasa Jepang, pemerintah Jepang memperkenalkan jōyō kanji hyō (Daftar huruf kanji untuk pemakaian sehari-hari), dimana didalamnya terdapat 1.945 huruf reguler, ditambah 166 huruf spesial yang digunakan dalam penulisan nama orang. Anak-anak Jepang 2
seharusnya mengetahui semua huruf dari buku jōyō kanji ini saat mereka tamat SMU, tetapi untuk dapat membaca terbitan special seperti koran atau majalah, dan karya sastra seperti novel, mereka perlu mempelajari sekitar 2.000 hingga 3.000 huruf kanji lagi. (www.coolest.com, 12 Januari 2006) Hiragana adalah pengembangan dari kanji. Hiragana dulunya disebut onnade atau 'tangan wanita' yang seperti namanya banyak digunakan oleh wanita sedangkan pria pada waktu itu menulis menggunakan kanji dan katakana. Pada abad 10, hiragana sudah digunakan oleh semua orang. Kata hiragana berarti "naskah suku kata biasa". Suku kata hiragana terdiri dari 46 suku kata dan biasanya digunakan untuk mengakhiti kata, yang disebut sebagai okurigana di Jepang. Hiragana juga biasa digunakan dalam berbagai material untuk anak-anak, seperti buku teks, animasi, dan buku komik untuk menuliskan kosakata bahasa Jepang yang tidak biasanya dituliskan dengan kanji, atau untuk menuliskan kosakata dimana kanji tidak begitu jelas menggambarkannya. (www.coolest.com, 12 Januari 2006). Katakana dulunya adalah suku kata yang digunakan untuk menyederhanakan kanji, digunakan oleh para pendeta Budha untuk mengindikasi pelafalan yang tepat dari naskah-naskah Budha pada abad 9. Kata katakana, berarti “bagian (dari kanji) naskah”. Hal ini berarti suku kata katakana mewakili sebagian dari kanji. Suku kata katakana berjumlah 46 suku kata, dulunya disebut sebagai “tulisan pria”. Sejak abad 20, katakana sudah dipakai secara luas untuk menuliskan kosakata non-kanji yang dipinjam (外来語/gairaigo), kata-kata onomatopoeia, nama asing, dan penulisan telegram. (www.coolest.com, 12 Januari 2006)
3
Katakana juga banyak dipakai dalam penulisan komik-komik Jepang dengan fungsi yang sama seperti diatas, tetapi saya juga sering melihat di dalam komik huruf katakana seringkali digunakan untuk menuliskan kata-kata yang seharusnya dituliskan dengan huruf hiragana atau huruf kanji. Contohnya kanji 僕 (boku), sering dituliskan ボ ク , lalu pada kata ば か yang seharusnya dituliskan dengan hiragana atau kanji sering juga dituliskan dengan バ カ. Hal ini terkadang menimbulkan salah pengertian bagi pemelajar Bahasa Jepang. Misalnya saja pada kata 僕 (boku), saat kata ini dituliskan dengan hiragana atau kanji, tentu saja para pemelajar Bahasa Jepang akan langsung tahu arti dari kata itu, akan tetapi jika kata tersebut dituliskan dalam katakana ボ ク, maka bisa saja mereka mengira bahwa ada kosakata lain yang memang dituliskan dengan ボ ク dan mempunyai arti yang lain dari kata 僕 (boku) yang ditulis dangan hiragana atau kanji. Karena hal ini lah, saya berminat untuk meneliti lebih jauh akan fungsi yang ada pada penulisan kosakata asli Bahasa Jepang yang dituliskan dengan huruf katakana.
1.2 Rumusan Permasalahan Dalam penulisan karya ilmiah ini, masalah yang akan saya bahas adalah “Fungsi penulisan kosakata Jepang yang dituliskan dengan huruf katakana dalam komik”. Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang, kadang para pemelajar Bahasa Jepang sering dipusingkan dan sering salah mengartikan kata-kata Bahasa Jepang dalam komik-komik yang sebenarnya dan seharusnya ditulis dengan huruf hiragana atau kanji, tetapi malah dituliskan dengan katakana. Hal inilah yang akan saya analisis dalam penulisan karya ilmiah ini. Karena dalam menganalisa tentang
4
penulisan katakana, harus mengacu pada situasi percakapan yang sedang terjadi dan kata-kata yang digunakan dalam percakapan itu sendiri, maka untuk menganalisis fungsi penulisan dengan huruf katakana ini, saya akan mencoba menghubungkannya dengan situasi percakapan yang sedang berlangsung dalam alur cerita komik yang akan saya jadikan korpus data, yaitu menggunakan konsep teks, konteks dan konteks situasi dari Schourup & Cauldwell (1991), dan dengan mengambil acuan konsep penggunaan katakana dari Mitamura (1988), Sudjianto & Dahidi (2004), dan beberapa konsep dari penulis lainnya, saya ingin meneliti fungsi-fungsi yang muncul dalam penulisan dengan katakana tersebut, apakah sesuai dengan konsep yang telah ada, atau ada penggunaan dan fungsi lain yang tidak ada dalam konsep yang telah ada, atau malah tidak sesuai dengan konsep
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penelitian ini dibatasi pada penulisan kosakata Bahasa Jepang yang ditulis dalam huruf katakana dalam komik Asari-Chan buku jilid ke-25, 26, 28 dan 30. Sedangkan penelitian kosakata Bahasa Jepang yang ditulis dengan katakana itu sendiri, lebih difokuskan pada penulisan kata-kata yang seharusnya ditulis dengan huruf hiragana atau kanji, tetapi pada komik Asari-chan jilid ke-25, 26, 28, dan 30 ditulis dengan huruf katakana.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Saya berharap hasil penelitian ini dapat membantu para pemelajar Bahasa Jepang dalam mengetahui fungsi-fungsi penulisan kosakata Bahasa Jepang dengan huruf katakana yang seharusnya ditulis dengan hiragana atau kanji yang digunakan 5
dalam komik. Sehingga dapat memudahkan mereka untuk mengetahui fungsi dari penulisan kosakata dalam katakana tersebut. 1.5 Metodologi Penelitian Metode yang saya ambil untuk menganalisis data adalah metode kepustakaan, yang sumber-sumbernya sebagian besar berasal dari perpustakaan Bina Nusantara dan perpustakaan Japan Foundation, juga melalui sumber-sumber data dari internet. Kemudian dengan metode deskriptif analitis, yaitu saya akan menganalisis data berdasarkan teori-teori yang telah saya dapatkan baik dari buku-buku maupun sumber-sumber referensi lainnya.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini adalah, sebagai berikut: Bab1: Pendahuluan Pada bab 1 saya menuliskan dalam latar belakang, penjelasan singkat mengenai bahasa, Bahasa Jepang dan aksara-aksara bahasa Jepang. Dalam rumusan masalah, saya menjelaskan mengenai permasalahan yang menjadi topik penelitian, sedangkan dalam ruang lingkup dijelaskan mengenai batasan penelitiannya. Dalam tujuan dan manfaat penelitian, dijelaskan pengembangan masalah dan langkahlangkah dalam menganalisa dan menjawab permasalahan. Sementara itu dalam metode penelitian menjelaskan tentang metode yang saya gunakan dalam penelitian.
Bab 2 : Landasan Teori
6
Dalam bagian ini diuraikan mengenai teori-teori yang akan saya gunakan untuk menganalisis permasalahan. Diantaranya adalah teori fungsi katakana yang saya ambil dari Mitamura (1988) dan beberapa penulis yang lainnya, juga teori context of situation yang saya ambil dari Schourup & Cauldwell (1991). Bab 3 : Analisis Bab ini berisikan analisa-analisa saya terhadap permasalahan berdasarkan topik yang ada. Cara saya menganalisis yaitu, setelah membaca komik yang saya jadikan bahan untuk dianalisis, menemukan dan mendata kasus-kasus mengenai penulisan dengan huruf katakana yang ada, kemudian menganalisis data-data tersebut dengan teori-teori yang saya ambil. Bab 4 : Simpulan Setelah menganalisis data-data yang ada dengan teori, saya menarik kesimpulan dari hasil-hasil penganalisisan yang ada. Bab ini memuat kesimpulan yang dapat saya ambil dari penganalisisan masalah pada bab 3. Bab 5 : Ringkasan Skripsi Bab 5 adalah ringkasan singkat dari keseluruhan isi dari skripsi yang telah saya buat. Apa yang telah saya tulis pada bab-bab sebelumnya saya ceritakan kembali secara singkat.
7