Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang sebagai negara Asia yang penting. Begitu juga dengan kebudayaannya. Jepang merupakan negara maju yang produk serta budayanya sudah dikenal luas. Anime, manga, J-pop dan dorama merupakan budaya populer Jepang yang sudah dikenal banyak orang. Melalui anime, manga, J-pop maupun doramanya kita secara tidak langsung dapat mengetahui kehidupan dan perilaku orang Jepang. Drama bila kita bandingkan dengan cerita pendek, novel atau roman mempunyai perbedaan yang sangat jelas yaitu bentuknya. Drama terdiri dari dialog, tapi semuanya mempunyai dasar yang sama yaitu cerita yang disuguhkan berasal dari kehidupan. Drama juga dapat mencerminkan kehidupan atau watak seseorang, serta karakter dan tokoh yang dimainkan biasanya mewakili keadaan yang sedang terjadi di masyarakat, seperti yang dikatakan oleh Djokosujanto dalam Moesono (2003:62) “Sebagaimana diketahui, tokoh-tokoh dalam film, khususnya yang realis, memang harus diasumsikan mewakili kenyataan.” Menurut Mustopo (1989:23) dalam kesusasteraan dikenal pula bentuk drama sebagai wujud fiksi karya yang prosais. Apabila drama digunakan sebagai sumber pengajaran ilmu budaya dasar, tentulah bukan suatu hal yang aneh, karena dalam batas-batas tertentu unsur-unsur drama, terutama jika drama dilihat sebagai karya sastra dapat disajikan lewat materi fiksi. Drama pada dasarnya dapat disikapi sebagai karya pentas dan karya sastra.
Saat ini, serial televisi Jepang kembali menarik minat masyarakat Jepang karena tema-tema yang diangkat berupa permasalahan sosial dan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat, seperti konflik dalam keluarga. Masalah kekerasan dalam rumah tangga, percintaan sesama jenis maupun tentang fenomena transgender yang kian marak terjadi. Melalui sarana film, penonton secara tidak langsung dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang disuguhkan. Tingginya respon masyarakat terhadap penayangan serial televisi tersebut ditandai dengan rating yang tinggi serta didukung oleh artis dan aktor yang sedang naik daun. Salah satu drama yang menceritakan tentang permasalahan sosial yang sering terjadi dalam masyarakat Jepang adalah Freeter, Ie wo Kau. Drama Freeter, Ie wo Kau merupakan drama yang ditayangkan oleh Fuji TV dan mendapatkan rating yang tinggi. Drama ini juga mendapatkan penghargaan sebagai Drama TV terbaik pada 67th Television Drama Academy Awards. Dalam drama tersebut terdapat tokoh ibu, yaitu Take Sumiko yang mengalami gangguan depresi karena mengalami ijime yang dilakukan tetangganya, serta memikirkan masa depan anaknya yang gagal masuk ke universitas ternama dan bekerja pada sebuah perusahaan hanya selama tiga bulan sebelum akhirnya berhenti dan selalu disalahkan oleh sang suami karena dianggap tidak dapat mendidik anak. Setiap anggota keluarga di Jepang sibuk dengan urusan dan kegiatanya masingmasing. Dalam keluarga modern ayah bertanggung jawab terhadap kebutuhan ekonomi keluarganya dan ibu bertanggung jawab mengatur rumah tangga dan pendidikan anakanaknya. Menurut pandangan umum di Jepang perkembangan dan masa depan anakanak berada di tangan ibu yang berkualitas, yang dikenal dengan istilah kyouiku mama. Seorang ibu tidak akan pernah berhenti mendorong anak-anaknya untuk belajar
sekaligus menciptakan keseimbangan pendidikan yang baik dalam hal fisik, emosional, maupun sosial. Dengan dimasukkannya anak-anak ke sekolah, bukan berarti tanggung jawab ibu dalam hal pendidikan lepas begitu saja. Ibu-ibu di Jepang akan terus-menerus berusaha supaya
pencapaian anaknya optimal dan dapat masuk ke sekolah hingga
perguruan tinggi unggulan di Jepang. Kesuksesan seseorang di Jepang seringkali dinilai dari berhasil tidaknya mereka masuk ke perguruan tinggi terkemuka. Terkait dengan hal ini, keluarga terutama ibu akan berusaha sekuat tenaga agar anaknya tidak berhenti belajar dan selalu tercukupi kebutuhannya agar konsentrasi belajar tidak terganggu. Hal yang biasa dilakukan seorang ibu di Jepang adalah melakukan pengawasan ketat terhadap pelajaran anaknya dan memfokuskan perhatian sepenuhnya pada urusan keluarga. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar bahwa banyak perempuan di Jepang memilih untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga ketika telah mempunyai anak. Tugas seorang ibu rumah tangga di Jepang tidaklah mudah. Selain harus mengurus rumah, ia juga bertanggung jawab dalam pendidikan anak-anaknya. Hal itu sangat berat dan seringkali menjadi beban yang harus dipikul seorang diri. Peran itu dipandang sebagai penentu bagi kehidupan masyarakat. Tugas seorang ibu dikatakan berhasil apabila anak-anaknya berhasil masuk perguruan tinggi ternama dan mendapatkan pekerjaan yang baik, namun apabila anaknya gagal masuk perguruan tinggi ternama atau tidak dapat mendapatkan pekerjaan yang baik, sosok ibu-lah yang biasanya akan disalahkan karena dianggap tidak dapat mengasuh, mendidik anak dengan baik, sekaligus dianggap gagal menjalankan perannya sebagai pendidik. Pendidikan keluarga yang gagal akan beresiko sangat luas misalnya, mengakibatkan seseorang tidak memiliki karakter atau kepribadian yang diharapkan. Bila hal itu terjadi,
maka akan merugikan bahkan merusak, tidak saja keluarga yang bersangkutan, tetapi juga bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, pendidikan keluarga dipandang sangat strategis dan utama. Beratnya tugas tersebut dapat memicu terjadinya stres, yang apabila stres itu tidak ditangani dengan baik akan menjadi depresi. Gangguan depresi adalah salah satu jenis gangguan kesehatan yang paling sering terjadi. Prevalensi gangguan depresi pada populasi dunia adalah 3-8 % dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. World Health Organization menyatakan bahwa gangguan depresi berada pada urutan ke-empat penyakit di dunia. Gangguan depresi mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penderita gangguan depresi semakin meningkat dan akan menempati urutan ke-dua penyakit di dunia. Depresi dalam penggunaan istilah sehari-hari biasanya dikaitkan dengan perasaan sedih, murung, putus asa, merana dan lain-lain. Depresi merupakan kondisi yang sangat umum dalam kehidupan sehari-hari, tapi penyebab dan manifestasi klinisnya sangat beraneka ragam, maka diagnosisnya seringkali tidak mudah. Depresi perlu dibedakan dengan kesedihan biasa, karena depresi adalah salah satu gangguan jiwa sedangkan kesedihan adalah fenomena sosial yang dapat dialami oleh semua orang. Dua hal itu dapat dibedakan secara kuantitatif. Pada depresi episode lebih lama, gejala lebih intensif dibandingkan kesedihan biasa. Orang yang menderita depresi mengalami ketidakberdayaan yang berlebih-lebihan dan tidak mampu mengambil keputusan memulai suatu kegiatan atau memusatkan perhatian pada sesuatu yang menarik. Seseorang baru dikatakan mengalami gangguan depresi apabila orang tersebut mengalami gangguan di bidang fisik maupun psikis
sedemikian rupa sehingga mengganggu fungsi dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, sekolah, tempat kerja maupun di pergaulan lingkungan sosialnya. Menurut seorang ilmuwan, Phillip L. Rice (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental seseorang. Proses mental itu sendiri meliputi kegiatan berpikir, berperasaan dan cara berperilaku seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Depresi merupakan bentuk gangguan alam perasaan. Menurut Santrock (1991:490) : Mood disorder are psychological disorder characterized by wide emotional swings, ranging from deep depression to great euphoria and agitation. Depression can occur alone, as in major depression, or it can alternate with mania, as in bipolar disorder. Terjemahan : Gangguan alam perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan (euphoria), dan gerak yang berlebihan (agitation). Depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk lain seperti mania sebagai gangguan tipe bipolar. Barry (1998:302) mengatakan : The affective mental disorders include those mental conditions that cause a change in a person’s mood (also known as affect) or emotional state for prolonged period of time. The changed emotional state may be depression, elation, or combination occuring in alternate cycles. Terjemahan : Gangguan mental afektif (gangguan alam perasaan) meliputi kondisi mental yang menyebabkan perubahan alam perasaan seseorang (yang dikenal dengan afek) atau keadaan emosional dalam periode waktu yang panjang. Perubahan keadaan emosional tersebut dapat berupa depresi, kegembiraan atau kombinasi dari berbagai siklus (tipe). Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun orang dengan gangguan depresi yang luar biasa
parah atau berlangsung lama akan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal (Semiun, 2006). Dalam teori psikoanalisis menurut Atkinson (1999:261) depresi ditafsirkan sebagai suatu reaksi terhadap kehilangan. Sifat kehilangan tersebut misalnya, hilangnya orang yang dicintai karena kematian, kehilangan kedudukan, kehilangan dukungan moral yang diberikan oleh sekelompok teman. Dari uraian dan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa depresi merupakan gangguan perasaan yang berlangsung cukup lama, disertai perubahan suasana hati, pemikiran yang negatif, hilangnya minat, hilangnya kegairahan pada aktivitas sehari-hari sebagai suatu reaksi yang berlebihan terhadap suatu kejadian yang menjadi pemicunya, sehingga dapat menggangu kewajaran sikap dan perilaku individu. Perasaan depresi dapat muncul karena seseorang hanya sedikit sekali menerima penguatan atau penghargaan positif dari lingkungan sosialnya. Pada dasarnya setiap individu memiliki perbedaan secara psikologis. Perbedaan psikologis inilah yang membuat mereka juga memiliki reaksi yang berbeda-beda terhadap peristiwa yang dialaminya. Oleh sebab itu, gejala yang ditunjukkan oleh tiap orang yang mengalami depresi tidaklah selalu sama. Dilihat dari tingginya angka penderita dan akibat dari gangguan depresi, maka gangguan ini perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Gangguan depresi bagi kebanyakan orang dipandang sebagai penyakit yang tidak serius dan disepelekan, namun gangguan tersebut seringkali merupakan penyebab meningkatnya angka bunuh diri. Markas besar kepolisian Jepang mengungkapkan, penyakit depresi menempati urutan pertama yang menyebabkan melonjaknya angka bunuh diri di Jepang pada tahun 2007. Beratnya tugas seorang ibu di Jepang dapat mengakibatkan stres yang berujung pada
depresi. Penulis tertarik untuk meneliti penyebab gangguan depresi dalam drama Freeter, Ie wo Kau karena penulis melihat adanya gangguan depresi pada tokoh ibu dalam drama tersebut.
1.2 Rumusan Permasalahan Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti mengenai penyebab gangguan depresi dalam drama Freeter, Ie wo Kau.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Sesuai dengan rumusan permasalahan, penulis akan menganalisis mengenai penyebab gangguan depresi yang dialami oleh tokoh ibu, yaitu Take Sumiko dalam drama Freeter, Ie wo Kau.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberi gambaran mengenai penyebab Take Sumiko mengalami gangguan depresi. Manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah agar para pembaca dapat semakin memperdalam pemahaman mengenai penyebab gangguan depresi, khususnya yang dialami oleh tokoh Take Sumiko dalam drama Freeter, Ie wo Kau.
1.5 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kepustakaan. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak
mengutamakan angka-angka, tapi menggunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antara konsep yang sedang dikaji secara empiris (Endraswara, 2004:5). Metode penelitian kepustakaan adalah metode penelitian dengan cara menyelusuri referensi-referensi yang terkait dengan tema permasalahan. Studi kepustakaan merupakan suatu aktifitas yang penting dalam kegiatan penelitian. Beberapa aspek yang perlu dicari dan diteliti meliputi masalah, teori, konsep dan penarikan kesimpulan (Nasution, 1996:14). Adapun teknik pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku, artikel, jurnal nasional maupun internasional yang berhubungan dengan penulisan ini, kemudian menganalisis masalah dengan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian. Penulis juga menggunakan media internet sebagai tambahan sumber kepustakaan. Untuk membatasi permasalahan yang akan diteliti penulis menggunakan drama Freeter, Ie wo Kau sebagai sumber utama penelitian.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab satu merupakan bab pendahuluan yang berisi enam sub bab. Masing-masing sub bab tersebut menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan. Bab dua yaitu landasan teori. Dalam bab ini berisi teori-teori yang penulis gunakan untuk menganalisis suatu data, khususnya teori mengenai depresi dan teori-teori lain yang dapat mendukung penelitian.
Bab tiga yaitu analisis data. Bab ini berisi analisis penulis mengenai penyebab depresi yang terdapat dalam drama Freeter, Ie wo Kau. Bab empat merupakan simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban dari permasalahan penelitian dan hasil dari analisis data yang dijelaskan secara singkat dan jelas. Sedangkan saran memuat saran yang bermanfaat bagi pembaca dan harapan semoga penelitian ini dapat dilanjutkan. Bab lima yaitu ringkasan. Dalam ringkasan, akan dibahas keseluruhan isi skripsi dari bab satu sampai empat secara singkat dan jelas.