Bab 1 Pendahuluan
I.1. Latar Belakang I.1.1.Pentingnya Pengembangan Skill Mahasiswa Desain Grafis Dewasa ini bidang jasa desain di Indonesia sedang mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik. Profesi sebagai seorang desainer grafis sudah mulai diperhitungkan, seorang pekerja profesional bidang desain di Indonesia semakin dibutuhkan belakangan ini, seiring dengan perkembangan teknologi dan pembuatan karya & desain yang semakin mudah. Dalam hal ini, perguruan tinggi memegang peran penting dalam perkembangan di bidang ini. Daerah Istimewa Yogyakarta, yang juga dikenal secara luas sebagai kota pelajar ini diperkuat oleh beberapa sekolah desain yang mumpuni. Sebut saja ISI (Institut Seni Indonesia), MSD (Modern School of Design) ,ADVY (Akademi Desain Visual Yogyakarta), dan lain sebagainya. Minat mahasiswa baru yang ingin menuntut ilmu desain memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya, baik yang berasal dari dalam region Yogyakarta sendiri, maupun yang berasal dari luar kota. Dengan jumlah peminat yang cenderung meningkat, otomatis jumlah lulusan dari sekolah dan perguruan tinggi desain juga meningkat. Dengan banyaknya lulusan yang mencari pekerjaan, mau tidak mau pasti terjadi persaingan yang ketat dalam industri desain grafis khususnya di Yogyakarta. Adapun faktor penentu kualitas lulusan sekolah desain grafis, salah satunya adalah skill. Skill disini meliputi Hardskill dan Softskill. Hardskill sendiri merupakan skill yang wajib dan sudah diberikan pada bangku kuliah. Sedangkan softskill meliputi kemampuan pengembangan diri seperti kepemimpinan,
kemampuan berbicara, kepercayaan diri dan sejenisnya, yang tidak sepenuhnya diberikan di dalam dunia perkuliahan. I.2. Permasalahan dan Kendala Dalam Perkembangan Desain Grafis di Yogyakarta Dengan pesatnya perkembangan desain grafis, baik di Indonesia maupun Yogyakarta bukan berarti tidak memiliki masalah dan kendala dalam perkembangannnya. Penulis mengambil sampel kendala yang terdapat di kota Yogyakarta. Berdasarkan kuisioner yang disebar penulis ke beberapa responden yang merupakan pekerja desain grafis di Yogyakarta. Beberapa responden menuliskan kendala yang dihadapi, yaitu :
Soffani Soffa (Illustrator) “Kurangnya Interaksi antar komunitas desain grafis, dikarenakan sangat jarang diadakan forum-forum serta acara yang dikhususkan untuk desain grafis.”
Galih Adityas (Mahasiswa, Pekerja
Seni) “Kurangnya wadah dan
dukungan dari lingkungan. Karena pekerja seni (termasuk desain grafis) masih dipandang sebelah mata
Dedy W.S (Advertiser) “Media dan Penjualannya (desain grafis) masing kurang, selain itu perusahaan yang bergerak di bidang tersebut masih kurang.
I.2.1.Akademi Desain Grafis MSD Yogyakarta
Gambar 1.1 Akademi Desain Grafis MSD Yogyakarta Sumber : www.yogyes.com; diakses pada tanggal 12/10/2013 1
Akademi Seni Rupa dan Disain MSD Yogyakarta yang ada sekarang ini
merupakan perluasan dari Lembaga Pendidikan Keterampilan Modern School of Design Yogyakarta (LPK MSD). Di bawah pengelolaan Yayasan Pakapti Mulia, LPK MSD Yogyakarta resmi berdiri pada tanggal 2 Oktober 1993 dengan ijin dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta menjadi anggota Himpunan Penyelenggara Pendidikan Luar Sekolah dan Masyarakat (HPPLSM) Yogyakarta Nomor 140/HP-PLSM/93. Kampus yang mengusung slogan “Kandang Jagoan, bukan Jago Kandang” ini memiliki 500 mahasiswa saat ini aktif di kampus untuk belajar, diskusi, mengerjakan tugas dan kegiatan kemahasiswaan lainnya. Slogan yang dibuat pun memang mencerminkan kemampuan dan prestasi dari mahasiswanya, terbukti dengan banyaknya mahasiswanya yang lulus kemudian membuka lapangan pekerjaan sendiri. Dengan segudang prestasi yang dimilikinya, maka tak heran Kampus MSD sering disebut sebut menjadi Akademi Desain Grafis terbaik seJawa Tengah. I.2.2. Redesain Akademi Seni Rupa dan Desain MSD Yogyakarta Kampus MSD ini sekarang terbagi menjadi 2 gedung yang berbeda, gedung utamanya adalah yang terletak di Jalan Taman Siswa, difungsikan untuk 1
http://msd.ac.id/sejarah-msd-yogya/ ; diakses pada tanggal 12 Oktober 2013
mewadahi kegiatan kegiatan praktek (studio cetak saring, studio illustrasi, laboratorium komputer). Sedangkan kampus yang satunya terletak di Ruko Code Square, difungsikan untuk kegiatan praktek yang tidak cukup untuk diletakkan di gedung utama (studio fotografi, studio airbrush) dan juga beberapa kelas kecil yang digunakan sebagai kelas teori. Pembagian gedung menjadi 2 bangunan ternyata memiliki beberapa alasan, salah satunya disebabkan oleh besarnya peminat dari kampus ini, sehingga kampus utamanya tidak mampu menampung semuanya dalam satu gedung, sehingga bebebapa kekurangan ruang dimasukkan ke dalam bangunan kampus 2.
GED 1
GED 2
Gambar 1.2 Letak Gedung 1 dan Gedung 2 Sumber : Analisa Penulis(2013)
Pembagian bangunan tersebut dinilai tidak mengoptimalkan interaksi yang ada lingkungan kampus MSD. Bisa dilihat dari pembagian ruangan yang terdapat di kedua gedung tersebut. area kelas praktek dan akademik diletakkan di Gedung 1 , sedangkan area seperti auditorium yang digunakan untuk acara acara seminar/workshop/dsb diletakkan di Gedung 2. Hal ini menyebabkan beberapa permasalahan, diantaranya : Tabel 1.1 Kondisi dan Permasalahan Pada Eksisting Gedung
No 1.
2.
Kondisi Gedung 1 Proses interaksi hampir seluruhnya dilakukan di Gedung 1 Mayoritas pengguna kampus berkumpul di Gedung 1
Gedung 2 Proses interaksi Gedung 2 minim, hanya pada saat perkuliahan
Letak stategis
Letak kurang strategis
3.
4.
Letak ruang auditorium di Gedung 2
Letak Gedung 1 & Gedung 2 terpisah
Permasalahan Gedung1 terasa lebih hidup dibandingkan Gedung 2 Misscomunication ketika diadakan workshop/seminar kreatif (letak gedung terpisah) Pengunjung/ tamu hanya mengetahui keberadaan Gedung 1 saja Menyebakan ketidak praktisan pada saat perpindahan matakuliah (praktek ke teori, dan sebaliknya)
Sumber : Analisa Penulis(2013)
Dari analisa yang dilakukan penulis di atas, jelas bahwa Akademi Seni Rupa dan Desain MSD Yogyakarta membutuhkan sebuah redesain dimana semua kebutuhan berbeda yang terdapat di kedua gedung tersebut bisa gabung dalam 1 bangunan sekaligus. Dengan penggabungan menjadi 1 gedung tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan interaksi yang terdapat di kampus ini. I.3. Perumusan Masalah I.3.1.Permasalahan Umum
Redesain akademi desain grafis Modern School Of Design (MSD) dengan cara bagaimana menciptakan bangunan kampus yang efisien, sehingga mampu mengakomodasi kegiatan di dalamnya dengan optimal.
I.3.2.Permasalahan Khusus
Issue peningkatan kualitas softskill mahasiswa yang belum terasah dengan baik.
Penggabungan 2 bangunan gedung kampus menjadi 1 bangunan untuk mengoptimalkan interaksi yang terdapat didalamnya
Keterbatasan lahan eksiting, sedangkan kebutuhan sebuah akademi desain grafis akan space cukup besar, namun harus tetap efisien.
I.4. Tujuan dan Sasaran I.4.1.Tujuan
Memadukan antara aspek standarisasi bengunan kampus desain grafis dengan aspek arsitektural, sehingga dengan adanya redesain, bangunan kampus dapat memenuhui fungsi, sehingga mampu mengakomodasi kegiatan di dalamnya dengan optimal walapun lahan yang tersedia terbatas.
Menghasilkan citra kampus MSD yang baru dan tepat sebagai sebuah kampus desain grafis dengan melakukan pengoptimalan interaksi di dalamnya. Sehingga mampu mengakomodasi kegiatan dengan optimal.
I.4.2.Sasaran Sasaran dari penulisan ini adalah melakukan redesain kampus MSD Yogyakarta yaitu dengan penggabungan 2 bangunan eksisting kampus menjadi 1 bangunan yang lebih besar (yaitu pada Gedung 1) sehingga kampus yang baru diharapkan mampu meengembangkan skill mahasiswanya, baik itu hardskill maupun softskill. Peningkatan softskill dilakukan dengan cara mengoptimalkan fungsi kampus sebagai wadah berinteraksi, baik itu interaksi internal (dari dalam kampus) maupun
eksternal
(dari
luar
kampus/komunitas)
I.5. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan yaitu perencanaan dan perancangan ulang serta penambahan beberapa fasilitas yang belum tersedia di bangunan yang sebelumnya dengan lebih menyorot pada pengoptimalan fungsi kampus sebagai wadah interaksi. I.6. Metode Pembahasan Beberapa metode yang digunakan dalam pembahasan materi meliputi : a) Studi Literatur Dilakukan untuk memperoleh data-data mengenai persyaratan dan standart perencanaan dan perancangan bangunan akademi desain grafis. Didapat melalui studi pustaka dan browsing internet. b) Observasi a. Pengumpulan data lapangan berupa studi banding ke institusi akademi grafis di Yogyakarta, yaitu Modern School of Design. Serta melakukan pencarian data mengenai sekolah desain maupun bangunan pada lahan terbatas dari buku, majalah, dan internet. b. Pencarian data-data kondisi eksisting lokasi di Jalan Taman Siswa 164 Yogyakarta c. Pengumpulan data-data dan isu yang seputar dunia desain grafis dari buku, majalah, wawancara dan internet. c) Analisa Mengolah dan menganalisa data yang telah diperoleh baik dari studi literatur maupun
dari
observasi,
yang
kemudian
diambil
prinsip-prinsip
perancangan,persayaratan bangunan, standart-standart, dan juga kesimpulan. I.7. Sistematika Penulisan Urutan sistematika penulisan, sebagai berikut : Bab I Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, sistematika penulisan, diagram pola pikir dan keaslian penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Berisi mengenai kajian akademi desain grafis secara teoritis, standart-standart mengenai bangunan akademi desain grafis. Bab III Studi Kasus Berisi mengenai studi kasus sebagai pembanding teori. Studi kasus yang diamati meliputi bangunan denga tipologi dan penekanan uang sama ( akademi/sekolah vokasi, desain grafis/non desain) Bab IV Analisa Site Berisi mengenai hasil analisa dari site yang akan digunakan, meliputi potensi dan keadaan yang ada dalam site tersebut dan juga analisa pasca huni dari bangunan eksisting yang akan di-redesain yaitu kampus MSD Bab V Pendekatan Konsep Berisi mengenai hasil analisa dari masalah dan mengungkapkan pendekatanpendekatan yang akan digunakan dalam menyusun konsep. Bab VI Konsep Perancangan Berisi mengenai hasil dari analisa yang sudah dilakukan sebelumya, kemudian dimasukkan kedalam perancangan bangunan.
I.8. Kerangka Pemikiran
I.9. Keaslian Penulisan Sudah ada karya tulis Pra-TA dengan tipologi yang sama dibuat , yitu bangunan sekolah desain grafis, adapun beberapa diantaranya, yaitu a) Dyah Cipta Purwa Nugrahini, 2003, Sekolah Desain Komunikasi Visual di Yogyakarta, Sebagai Perwujudan Ekspresi Seni Pada Bangunan, Tipologi bangunan yang digunakan sama yaitu bangunan sekolah desain grafis dengan tingkat strata 1 (S1). Fokus pembahasannya yaitu bangunan pendidikan komunukais dengan pencer minan ekspresi seni b) Fitri Prawitasari, 2005, Sekolah Desain Grafis Di Yogyakarta Fleksibilitas Desain Ruang Belajar Alternatid Sebagai Forum Refleksi, Diskusi Dan Pengembangan. Tipologi bangunan yang digunakan sama yaitu bangunan sekolah desain grafis dengan tingkat strata 1 (S1). Fokus pembahasannya pada desain
ruang
belajar
alternatif
sebagai
forum
relfleksi,diskusi,dan
pengembangan. c) Yumhaidir, 2005, Sekolah Desain Grafis Di Makassar Maksimalisasi Interaksi Dengan Pendekatan Fungsi Dan Perilaku. Tipologi bangunan yang digunakan sama yaitu bangunan sekolah desain grafis dengan tingkat strata 1 (S1). Fokus bahasan yang diambil hampir sama yaitu perancangan kampus desain grafis sebagai maksimalisasi interaksi, namun yang berbeda adalah letak bangunan berada di Makassar.