BAB 1. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian Model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) meyakini bahwa demokratisasi, partisipasi aktif masyarakat setempat dan akuntabilitas pendidikan merupakan satu-satunya pintu gerbang menuju peningkatan mutu dan relevansi pendidikan. Di dalam kerangka berpikir ini, berbagai keputusan yang menyangkut kebijakan dan penanganan masalah pendidikan di sekolah seyogyanya dibuat dan/atau dihasilkan oleh mereka yang berada di garis depan {line staff) pendidikan, yaitu kepala sekolah, guru dan masyarakat setempat. Kepala sekolah, guru dan masyarakat setempat adalah pelaku utama dan garda terdepan di dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Karena yang bertanggung jawab atas dan terkena langsung akibatakibat dari berbagai kebijakan pendidikan yang dijalankan di sekolah. Melalui pengalihan kewenangan pengambilan keputusan dari Departemen Pendidikan Nasional/ Propinsi/Kabupaten ke tingkat sekolah sangat diharapkan bahwa sekolah dan guru akan secara mandiri menetapkan dan mengembangkan suatu kurikulum pembelajaran yang lebih match and link dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat sekitarnya. Perubahan dan pengalihan kewenangan kepada daerah dan/atau sekolah di satu sisi mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang sudah lama mengharapkan adanya otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan yang selama ini
1
dijalankan secara sentralistik-birokratik. Penyelenggaraan pendidikan oleh daerah dan atau sekolah diyakini akan membawa manfaat yang sangat besar karena lebih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah dan atau sekolah setempat Tetapi di sisi lain, perubahan dan pengalihan ini tetap harus diwaspadai terutama menyangkut bagaimana menjaga standar mutu pendidikan dalam menjawab berbagai tantangan global. Pelibatan warga sekolah dan masyarakat setempat di dalam perencanaan dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dipercaya sebagai pintu gerbang menuju peningkatan mutu pendidikan. Kepercayaan ini dibangun di atas keyakinan bahwa semakin besar tingkat partisipasi warga sekolah dan masyarakat setempat, semakin besar pula sense of belonging terhadap sekolah. Semakin besar partisipasi dan sense of belonging warga sekolah dan masyarakat, semakin besar pula tanggung jawab dan dedikasi mereka terhadap sekolah yang bersangkutan. Sehubungan dengan pelibatan warga sekolah dan masyarakat setempat di dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, (Haryono, 2004) menjelaskan bahwa pelibatan itu harus mempertimbangkan skills batas kewenangan dan relevansinya terhadap tujuan pendidikan yang mau dicapai. Setiap ada isu tentang rendahnya mutu lulusan dari setiap jenjang pendidikan, tudingan cenderung diarahkan pertama kepada kemampuan guru sebagai penyebabnya (Joni, 1991). Guru sering kali dipandang sebagai awal dari semua kegagalan dan/ atau keterpurukan mutu pendidikan yang dilangsungkan di negeri ini. Realitas ini tidak bisa dielakkan mengingat
2
guru sebagai tenaga pendidikan yang menduduki posisi dan memegang peranan yang sangat menentukan (Suyanto, 2001). Dengan kata lain, kualitas pendidikan di sekolah tidak pernah lepas dari peranan guru. Kinerja guru dapat sangat berpengaruh terhadap kelangsungan seluruh proses pembelajaran di dalam kelas dan pada akhirnya akan mempengaruhi pula kualitas lulusan. (Bafadal, 2006) menegaskan bahwa semua
komponen
yang
ikut
berpengaruh
terhadap
pembentukan
pengalaman belajar seperti program pembelajaran, murid, sarana dan prasarana pembelajaran, dana, lingkungan masyarakat, kepemimpinan kepala sekolah, tidak akan berguna bagi peserta didik kalau tidak didukung oleh guru yang profesional. Guru yang profesional dituntut untuk menyusun program
pembelajaran,
melaksanakan
pembelajaran,
mengevaluasi
pembelajaran, menganalisa hasil evaluasi, menyusun program perbaikan dan pengayaan (Depdiknas, 1994). Kinerja guru merujuk kepada perilaku guru di dalam melaksanakan pekerjaan keguruannya. yaitu mengajar. (Gaynor, 1998) menegaskan sebagai berikut: "performance relates to what teachers do in the classroom and how that affects student learning" (kinerja bertalian erat dengan apa yang para guru lakukan di dalam kelas dan bagaimana hal itu berpengaruh kepada kegiatan belajar siswa). Berdasarkan pandangan ini, yang dimaksudkan dengan kinerja guru adalah perilaku yang terkait dengan dengan aktivitas mengajar yang dijalankan oleh seorang guru di dalam kelas. Pada umumnya, perilaku guru yang diharapkan adalah perilaku yang
3
mendatangkan prestasi belajar yang maksimal bagi siswa. Tidak mengherankan jika prestasi belajar siswa yang memuaskan dipandang sebagai cerminan prestasi kerja para guru. Guru diyakini sebagai komponen terpenting di dalam seluruh proses pembelajaran karena mampu menggerakkan dan menggunakan berbagai perangkat belajar seperti laboratorium dan alat peraga lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut (Sahertian, 2000), guru yang memiliki kinerja baik adalah guru yang selalu: a.
Melayani peserta didik secara individual dan kelompok;
b.
Membuat persiapan/perencanaan pengajaran;
c.
Mampu menggunakan alat bantu pembelajaran yang diperlukan;
d.
Mengikutsertakan peserta didik di dalam berbagai pengalaman belajar; dan
e.
Menempatkan diri sebagai pemimpin yang aktif bagi peserta didik.
Sistem pengelolaan (manajemen) sekolah yang efektif dan efisien bertendensi kepada peningkatan kualitas pendidikan, demikian juga sebaliknya. Kepala sekolah merupakan salah satu instrumental process yang mengemban tugas dan tangggung jawab yang sangat menentukan keberlangsungan proses pendidikan di sekolah (Idris, 2005). Dalam kerangka berpikir ini, kepemimpinan kepala sekolah harus segera dikembangkan karena merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
4
prestasi sekolah (Suryadi dan Tilaar, 1994) atau faktor yang menentukan mutu pendidikan (Kummerer dan Lynch, 1990). Salah satu peranan dan tanggung jawab kepala sekolah adalah sebagai manejer pendidikan. Seorang pemimpin pendidikan dituntut memiliki keterampilan manajerial yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada lingkup lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah, yaitu ketuntasan belajar para anak didik. Sebagai manejer pendidikan, kepala sekolah bertanggungjawab untuk merencanakan {planning), mengorganisasikan (organizing), melaksanakan {actuating), memimpin {leading) dan mengendalikan {controlling) seluruh kegiatan sekolah dan mendayagunakan semua sumber daya (manusia dan material) yang ada di sekolahnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Keterampilan dan kemampuan manejer dalam menjalankan fungsi-fungsi manajerial tersebut akan berdampak kepada keefektifan kerja organisasi sekolah. Kepala sekolah yang profesional memiliki visi dan harapan yang kokoh tentang masa depan sekolah, guru dan anak didiknya. Kepala sekolah yang profesional tidak berpuas diri dengan berbagai pencapaian pada masa lampau, tetapi sebaliknya selalu memandang ke masa depan, ke 'tempat' di mana sekolah, guru dan anak didiknya dibawa. Kepala sekolah yang profesional akan menemani dan mengawasi penampilan guru dan anak didiknya di sekolah (di kelas), memberikan masukan yang positif dan konstruktif untuk perbaikan dan pengembangan sistim dan metode
5
pembelajaran, mendorong pemanfaatan waktu dan semua fasilitas belajar secara efektif dan kreatif (Scheerens & Bosker, 1997). Kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sekolah akan dipersepsi oleh guru-guru, dan selanjutnya akan membentuk perasaan dan/atau sikap tentang bagaimana harus berperilaku dalam melaksanakan tugas mengajar sehari-hari. Kepala sekolah yang selalu mendorong dan mengarahkan guruguru untuk mengembangkan diri dan kemampuannya akan membangkitkan semangat juang dalam diri guru-guru dan pada gilirannya akan membuat guru-guru merasa senang dan betah berada di sekolah dan berusaha untuk bekerja dan mengabdikan diri-nya secara maksimal (Mantja, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh (Khasanah, 2005), terhadap guru-guru SMA Negeri di Kabupaten Gresik, menemukan adanya kontribusi yang signifikan antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan kinerja guru. Hal senada ditemukan juga oleh (Sion, 2005) yang, dalam penelitiannya terhadap guru- guru SD Negeri pada daerah terpencil di Kabupaten Gunung Mas Propinsi Kalimantan Selatan, mengungkapkan bahwa semakin baik keterampilan manajerial kepala sekolah, semakin baik performansi mengajar guru. Hal yang sama diungkapkan juga oleh (Kempa, 2009) yang, dalam penelitiannya terhadap guru-guru SD Negeri di kota Ambon, mengungkapkan bahwa semakin baik keterampilan manajerial kepala sekolah, semakin baik kinerja guru. Faktor lain yang turut meramaikan pembincangan tentang carutmarutnya mutu pendidikan di Indonesia adalah status sosial-ekonomi guru.
6
(Eggen & Kauchak, 2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa status sosial-ekonomi merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja sekolah. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) guru hanya mempunyai arti apabila diarahkan juga kepada upaya untuk mewujudkan pembangunan ekonomi guru. Apabila keuangan rumah tangga guru tidak tercukupi, guru tidak akan bisa bekerja dengan tenang. Pikirannya sangat kacau karena banyak urusan ekonomi rumah tangga yang belum terselesaikan. Akibatnya, kinerja guru di sekolah dan, terutama, di dalam kelas menjadi sangat terganggu. Ada banyak peristiwa yang menimbulkan masalah bisa saja terjadi karena kondisi kejiwaan guru yang tidak tenang (Sahertian, 2000). Untuk dapat merealisasikan maksud mulia pendidikan, yaitu mengantarkan anak-anak bangsa meraih kesuksesan hidup di masa yang akan datang dibutuhkan guru yang profesional dan berdedikasi tinggi. Namun, beban kehidupan yang semakin berat disebabkan oleh gaji guru yang relatif kecil dan terus meningkatnya biaya transportasi dan harga barang-barang kebutuhan pokok di Yogyakarta, maksud mulia tersebut seringkali terhambat oleh guru-guru yang sibuk berusaha mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, entah dengan menjadi guru les privat ataupun dengan bertani, beternak dan/atau berdagang kecilkecilan. Dalam penelitiannya (Kummerer dan Lynch, 1990) menyimpulkan bahwa para guru tidak memiliki cukup waktu untuk merencanakan,
7
menganalisa dan mengevaluasi pekerjaan siswa karena harus mencari uang tambahan untuk kebutuhannya.
B.
Motivasi Penelitian Penelitian ini termotivasi oleh alasan-alasan sebagai berikut, Pertama,
penelitian ini menarik untuk diteliti, karena penelitian ini diadakan di Kota Yogyakarta, alasannya bahwa peneliti menduga adanya perbedaan tentang pengaruh keterampilan manajerial kepala sekolah dan status sosisal ekonomi guru terhadap kinerja guru di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta , seperti perilaku dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian penelitian ini diharapakan dapat mencerminkan hasil yang memuaskan.
C.
Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah keterampilan manajerial kepala sekolah dan status sosial ekonomi guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Dalam penelitian ini SMK yang dijadikan sampel penelitian adalah SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
8
D.
Rumusan Masalah Dari uraian pendahuluan daiatas maka rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah keterampilan manajerial kepala sekolah berpengaruh posisitif signifikan terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta? 2. Apakah status sosial ekonomi guru berpengaruh posisitif signifikan terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta? 3. Apakah
keterampilan
manajerial kepala sekolah dan status sosial
ekonomi guru secara bersama-sama berpengaruh posisitif signifikan terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta?
E.
Maksud dan Tujuan 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui adanya pengaruh Status sosial ekonomi guru terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui adanya pengaruh Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Status Sosial Ekonomi Guru secara bersama-sama Terhadap Kinerja Guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
9
F.
Manfaat Penelitian Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut; 1.
Memberikan tambahan bukti empiris pada literatur di Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, khususnya mengenai pengaruh keterampilan manajerial kepala sekolah dan status sosial ekonomi guru terhadap kinerja guru di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
2.
Memberikan tambahan gambaran tentang dinamika yang terjadi sekolah tingkat SMU/SMK di Kota Yogyakarta.
3.
Memberikan kontribusi dalam menambah pengetahuan di bidang Kinerja Guru dan untuk menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya,
4.
Memberikan kontribusi untuk SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta agar menjadi lebih baik lagi dalam hal kinerja guru.
10