1
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Di negara seperti Indonesia, bank memegang peranan penting dalam
pembangunan karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan untuk kredit investasi kecil, menengah dan besar, tetapi juga mampu mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. “Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya” (Kasmir, 2006:12). Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memilki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17). Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya di bank dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan bentuk lainnya yang di persamakan dengan itu sesuai kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak ketiga. Sementara bagi masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana dapat mengajukan pinjaman atau kredit pada bank.
1
2
Penyaluran kredit merupakan kegiatan yang mendominasi usaha bank dalam fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Selain untuk mensejahterakan masyarakat, kredit yang dilaksanakan oleh bank juga bertujuan untuk memperoleh laba, yang berasal dari selisih bunga tabungan yang diberikan pada nasabah penabung dengan bunga yang diperoleh dari nasabah debitor dan merupakan sumber utama pendapatan bank. Kredit yang diberikan oleh bank merupakan bagian terbesar dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Oleh karena itu, kegiatan perkreditan merupakan tulang punggung dari kegiatan utama bank pemerintah dan perbankan harus menerapkan kebijakan yang tepat dalam mengatur keseimbangan kredit nasional.
Kredit menjadi sumber pendapatan dan keuntungan bank yang terbesar. Disamping itu kredit juga merupakan jenis kegiatan penanaman dana yang sering menjadi penyebab utama suatu bank dalam menghadapi masalah besar. Maka tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa usaha bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka mengelola kredit. Usaha bank yang berhasil mengelola kreditnya akan berkembang, sedangkan usaha bank yang selalu dirong-rong kredit bermasalah akan mundur. Pada dasarnya semua bisnis tidak terlepas dari resiko kegagalan. Demikian pula dengan dunia perbankan. Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank mengandung resiko yaitu berupa tidak lancarnya pembayaran kredit atau dengan kata lain kredit bermasalah (Non Performing Loan) sehingga akan mempengaruhi kinerja bank. Non Performing Loan (NPL) adalah salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank, karena
3
NPL yang tinggi adalah indikator gagalnya bank dalam mengelola bisnis antara lain timbulnya masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (utang tidak bisa tagih), solvabilitas (modal berkurang) dan berimbas pada penurunan profitabilitas bagi bank. Menurut Warjiyo (2005:435) “perilaku penawaran atau penyaluran kredit perbankan dipengaruhi oleh suku bunga, persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan faktor lain seperti karakteristik internal bank yang meliputi sumber dana pihak ketiga, permodalan yang dapat diukur dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) dan jumlah kredit bermasalah (non performing loan)”. Banyaknya kredit yang bermasalah dapat mengakibatkan terkikisnya permodalan bank yang dapat dilihat dari Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurunnya Capital Adequacy Ratio (CAR) tentu saja berakibat menurunnya kemampuan bank dalam menyalurkan kredit. Yang pada akhirnya bank kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan laba yang optimum dari kegiatan pokoknya tersebut. Capital Adequacy Ratio (CAR) yang rendah juga mengakibatkan kemampuan bank untuk survive pada saat mengalami kerugian juga rendah, selain itu Capital Adequacy Ratio (CAR) yang rendah juga mengakibatkan turunnya kepercayaan nasabah yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank. Tidak hanya itu, Rasio Return On Asset (ROA) merupakan salah satu indikator yang menunjukkan tingkat profitabilitas. Rasio Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba yang diperoleh dengan total asset yang dimiliki bank. Rasio ini menunjukkan
4
kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba (profit) dari pengelolaan asset yang dimiliki. Pengelolaan dana oleh bank tidak hanya berupa penyaluran kredit, kepada masyarakat akan tetapi bisa juga dilakukan dengan investasi atau penanaman dana ke dalam aktiva produktif lainnya, yaitu surat-surat berharga, seperti obligasi, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dalam rangka memperkuat likuiditas bank. Salah satu yang mempengaruhi profitabilitas bank adalah tingkat likuiditas pada perbankan. Likuiditas adalah tingkat kemampuan bank memenuhi kewajiban keuangan yang harus dibayar. Tingkat likuiditas dapat diukur antara lain dengan rasio keuangan yaitu Loan To Deposit Ratio (LDR) yang merupakan rasio untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana oleh pihak ketiga. Rasio Loan To Deposit Ratio (LDR) juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan suatu bank. Mengingat bahwa Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Return On Asset (ROA) mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan maka peneliti akan melakukan pengujian kembali untuk mengkaji pengaruh Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Return On Asset (ROA) terhadap jumlah kredit yang disalurkan pada perusahaan perbankan.
5
Berkaitan dengan uraian tersebut diatas, maka judul yang diambil untuk penelitian ini adalah: ”PENGARUH NON PERFORMING LOAN (NPL), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LOAN TO DEPOST RATIO (LDR) DAN RETURN ON ASSET (ROA) TERHADAP JUMLAH KREDIT YANG DISALURKAN PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang menjadi dasar penelitian bagi penulis di dalam menyusun skripsi ini yaitu : 1.
Apakah non performing loan (NPL), capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR) dan return on asset (ROA) berpengaruh serentak terhadap jumlah kredit yang disalurkan pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2010?
2. Apakah non performing loan (NPL), capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR) dan return on asset (ROA) berpengaruh parsial terhadap jumlah kredit disalurkan pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2010?
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh non performing loan (NPL), capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR) dan return on asset (ROA) secara serentak maupun parsial terhadap jumlah kredit yang disalurkan pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2010. Kegunaan Penelitian a.
Sebagai bahan masukan bagi bank untuk merencanakan perbaikan kinerja bank, khususnya dalam usaha meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan.
b.
Sebagai sarana bagi penulis
untuk menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama menempuh perkuliahan ke dalam situasi yang sebenarnya dan sekaligus memperluas wawasan peneliti tentang perbankan, khususnya jumlah kredit yang disalurkan oleh bank. c.
Sebagai referensi untuk menyempurnakan penelitian yang sejenis.
d.
Penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengembangkan penelitian lanjutan dengan pengamatan yang lebih mendalam.