BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Seks adalah topik yang sudah lama dianggap tabu untuk diperbincangkan oleh orang dewasa, banyak orang kurang mengetahui tentang seksualitas atau enggan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan seksualitas (Potter & Perry, 2005). Namun, seringkali masyarakat umum (awam) memiliki pengertian bahwa istilah seks lebih mengarah pada bagaimana masalah hubungan seksual antara dua orang yang berlainan jenis kelamin
(Dariyo, 2004).
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat tinggi dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri. Perubahan organ-organ reproduksi yang makin matang pada remaja menyebabkan dorongan dan gairah seksual remaja makin kuat dalam dirinya. Remaja yang tidak mampu
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan diri, sehingga terlibat dalam kehidupan seksual secara bebas (diluar aturan norma sosial) misalnya seks pranikah akan berakibat negatif (Dariyo, 2004). Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja
tidak mengetahui
dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut. Kurangnya informasi yang tepat tentang masalah seksual dan reproduksi bagi remaja dan kurangnya pengetahuan dan komitmen petugas kesehatan untuk menangani masalah remaja dan terbatasnya fasilitas, membuat remaja tidak pernah mendapat perlindungan dan pemeliharaan dengan tepat (Saifuddin, 2006). Perilaku seks remaja hasil penelitian pengamat masalah sosial remaja di beberapa kota besar, diantaranya Sarwono (1970 dikutip dari Yeni, 1996) dari 117 remaja di Jakarta 4,1% pernah melakukan hubungan seks. Eko (1983 dikutip dari Widjanarko, 1999) meneliti 401 remaja menemukan 8,2% pernah melakukan seks dan 10% menganggap hubungan seks pranikah wajar. Satoto 1992 (dikutip dari Yeni, 1996) melaporkan 4,1% (n = 1086) pelajar SMPSMU di Semarang pernah melakukan hubungan seks. Tjitarsa 1995 (dikutip dari Hidayana dan Saifuddin, 1999) meneliti bahwa 50% (n = 2947) kasus kehamilan di sebuah klinik besar di Denpasar adalah wanita belum menikah dan sebagian besar berusia di bawah 25 tahun (Karota dan Ariani, 2005). Dilaporkan bahwa 80% laki-laki dan 70% perempuan melakukan hubungan seksual selama masa pubertas dan 20% dari mereka mempunyai
Universitas Sumatera Utara
empat atau lebih pasangan. Ada sekitar 53% perempuan berumur antara 15 19 tahun melakukan hubungan seksual pada masa remaja, sedangkan jumlah laki-laki melakukan hubungan seksual sebanyak dua kali lipat dari pada perempuan (Pangkahila, 2004). Fakta terbaru menyebutkan bahwa 15% remaja sudah melakukan hubungan seks di luar nikah, 60% dari pekerja seks di Indonesia adalah perempuan berusia 24 tahun dan 30% remaja berusia 15 tahun , 20% dari 2,3 juta kasus aborsi setiap tahun di Indonesia dilakukan oleh remaja dan mereka mendapatkan tindakan aborsi tidak aman serta menyebabkan komplikasi yang dapat menyebabkan kematian pada remaja (Saifuddin, 2006). Dalam penelitian ini, penulis memilih remaja yang berada di SMA Negeri 6 Padangsidimpuan sebagai lokasi penelitian. Ini terkait dengan beredarnya video vulgar yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 6 Padangsidimpuan pada tahun 2011. Berdasarkan survey awal yang diperoleh jumlah siswa/siswi sebanyak 883 orang. Di SMA Negeri 6 Padangsidimpuan dekat dengan fasilitas-fasilitas yang menyediakan berbagai informasi khususnya tentang seks seperti dari internet, media cetak. Pergaulan dan lingkungan juga sangat besar pengaruhnya terhadap pemahaman remaja tentang seks. Lokasi SMA Negeri 6 juga dekat pondok-pondok sebagai tempat berpacaran bagi remaja. Dalam hal ini bisa saja informasi tentang masalah seksual diperoleh dari lingkungan pergaulan remaja. Oleh karena itu, hal ini menjadi latar belakang dari penelitian yang akan saya lakukan.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran pendidikan seksual pada remaja di SMA Negeri 6 Padangsidimpuan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana gambaran pendidikan seksual pada remaja di SMA Negeri 6 Padangsidimpuan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.41
Praktik Keperawatan Diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan perawat komunitas tentang pendidikan seks kepada remaja SMA.
1.41.1 Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini mennyediakan informasi mengenai gambaran pendidikan seksual pada remaja SMA sehingga institusi pendidikan keperawatan ikut terlibat dalam memberikan pendidikan seks sebagai salah satu wujud fungsi pengabdian masyarakat. 1.41.2 SMA Negeri 6 Padangsidimpuan Hasil penelitian ini menyediakan informasi sejauh mana gambaran pendidikan seksual remaja sehingga sekolah tersebut lebih termotivasi untuk memberikan pendidikan seks yang dapat dilakukan melalui program UKS atau dari berbagai mata pelajaran di SMA misalnya biologi, pendidikan agama, sosiologi dan lain-lain .
Universitas Sumatera Utara
1.4.4 Penelitian Keperawatan Dapat memberikan tambahan pengetahuan yang bermanfaat bagi peneliti, dan dapat digunakan menjadi data ilmiah untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara