1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perusahaan adalah suatu entitas yang di dalamnya terdapat sekelompok
orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut. Di tengah dunia bisnis yang semakin berkembang, setiap perusahaan berusaha untuk selalu dinamis mengikuti keinginan pasar dan tuntutan-tuntutan eksternal. Persaingan yang semakin tinggi membuat perusahaan bersaing untuk mendapat citra dan persepsi yang baik dari setiap pemegang kepentingan. Selain itu, keadaan lingkungan dan sosial yang buruk sekarang meningkatkan kesadaran masyarakat untuk secara aktif mengawasi kegiatan bisnis yang ada (Anugerah, 2011). Dengan adanya persaingan yang semakin tinggi diharap perusahaan mampu berjalan seimbang dengan memperhatikan Good Corporate Governance (tata kelola perusahaan yang baik) dan Corporate Social Responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan). Sutedi (2011) mendefinisikan Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk meningkatkan 1
2
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Forum for Good Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip utama yang terkandung dalam Good Corporate Governance yaitu kerterbukaan
(transparancy),
akuntabilitas
(accountability),
pertanggung
jawaban (responsibility), kewajaran (fairness), dan independensi (independency). Pelaksanaan Good Corporate Governance sangat diperlukan perusahaan untuk mendapat kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik dan sehat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) menyatakan bahwa penerapan Good Corporate Governance perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Mekanisme Good Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham (Agustin, 2012). Dalam penelitian ini
2
3
indikator mekanisme Good Corporate Governance yang digunakan adalah dewan komisaris, kepemilikan publik, dan kepemilikan manajemen. Dewan komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan memberi petunjuk serta arahan pada pengelola perusahaan (FCGI, 2001). Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi perusahaan. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan (Agustin, 2012). Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan principal (pemilik perusahaan) yang sering disebut agency problem. Pihak manajemen yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan principal ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict. Hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, dan sebaliknya principal juga mengutamakan kepentingan pribadinya sehingga tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan yang akan menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap
3
4
harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling dalam Permanasari, 2010). Dengan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, diharap manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Ross et al. (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen maka manajemen akan cenderung berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Dengan adanya kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen diharapkan hubungan antara principal dan agen dapat selaras, serta aktivitas perusahaan dapat berjalan seimbang sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Struktur kepemilikan perusahaan berikutnya adalah kepemilikan saham perusahaan oleh publik yang diduga dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Hal ini dapat ditinjau dari besarnya kepemilikan publik dibandingkan dengan kepemilikan pihak tertentu yang merupakan pihak insider. Semakin besar rasio kepemilikan insider maka akan semakin sedikit informasi yang diungkap dalam laporan tahunan karena insider memiliki akses yang luas terhadap informasi perusahaan tanpa harus melalui laporan tahunan yang dipublikasi. Sebaliknya semakin besar kepemilikan saham oleh publik, akan semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan,
4
5
sehingga semakin banyak pula informasi yang dituntut oleh publik untuk diungkap dalam laporan tahunan (Agustin, 2012). Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk kepedulian perusahaan yang didasari oleh tiga prinsip yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines, yaitu Profit (keuntungan), People (masyarakat), dan Planet (lingkungan). CSR dimaksudkan untuk mendorong perusahaan menjadi lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berdampak negatif pada masyarakat dan lingkungan hidup, sehingga perusahaan akan dapat bertahan secara berkelanjutan (sustainability) untuk memperoleh manfaat ekonomi yang menjadi tujuan perusahaan, tanpa harus merugikan masyarakat dan lingkungan hidup tempat perusahaan menjalankan usahanya. Pertanggungjawaban
sosial
perusahaan
atau
Corporate
Social
Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasi perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasi dan interaksinya dengan stakeholder, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin dalam Anggraini, 2006). Kesadaran tentang pentingnya CSR semakin berkembang di masyarakat. Beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini di Indonesia menyadarkan akan pentingnya penerapan CSR bagi seluruh perusahaan di dunia, khususnya di Indonesia, sebagai contoh pemanasan global (global warming), kasus PT. Freeport Indonesia di Papua, kasus PT. Newmont di Buyat, dan kasus PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo. Beberapa kasus tersebut paling tidak memberi
5
6
ilustrasi tentang potret lingkungan dan masyarakat di tengah perkembangan industrialisasi yang dapat merugikan perusahaan dan masyarakat sekitar. Perusahaan berharap, dengan menerapkan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan akan memperoleh legitimasi masyarakat dan akan memaksimalkan keuntungan untuk jangka waktu yang panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar seperti investor dan kreditur yang nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkap di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan, dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (Association of Chartered Certified Accountants dalam Anggraini, 2006). Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar (Rahayu, 2010). Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, seperti halnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008), karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang 6
7
saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Dengan adanya mekanisme Good Corporate Governace dalam hal ini dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajemen, dan Corporate Social Responsibility Disclosure diharap kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan seimbang sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
1.2
Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah Mekanisme Good Corporate Governance dalam hal ini dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajemen, dan Corporate Social Responsibility Disclosure mempunyai pengaruh secara simultan terhadap Nilai Perusahaan?
2.
Apakah Mekanisme Good Corporate Governance dalam hal ini dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajemen, dan Corporate Social Responsibility Disclosure mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Nilai Perusahaan?
7
8
1.3 1.
Tujuan Penelitian Untuk menguji pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dalam hal ini dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajemen, dan Corporate Social Responsibility Disclosure terhadap Nilai Perusahaan secara simultan.
2.
Untuk menguji pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dalam hal ini dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajemen, dan Corporate Social Responsibility Disclosure terhadap Nilai Perusahaan secara parsial.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada pihak-
pihak yang berkepentingan, yaitu: a.
Kontribusi Praktis
1.
Sebagai bahan masukan bagi pengguna laporan keuangan dan praktisi pengelola perusahaan dalam memahami mekanisme Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Disclosure sehingga dapat menjalankan perusahaan secara seimbang serta dapat meningkatkan nilai perusahaan.
b.
Kontribusi Teoretis
1.
Sebagai bahan masukan di dalam menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dibidang akuntansi keuangan, khususnya tentang
8
9
mekanisme
Good
Corporate
Governance
dan
Corporate
Social
Responsibility Disclosure. 2.
Sebagai bahan masukan bagi peneliti lanjutan di dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penulis perlu
melakukan pembatasan dalam bentuk ruang lingkup penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Peneliti
membahas
tentang
pengaruh
mekanisme
Good
Corporate
Governance dan Corporate Social Responsibility Disclosure terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini penulis membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme Good Corporate Governance yaitu meliputi dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajemen, dan Corporate Social Responsibility Disclosure terhadap nilai perusahaan. 2. Perusahaaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yaitu: perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sahamnya aktif diperdagangkan selama tahun 2009-2011, perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan selama tahun 2009-2011 secara berturut-turut, dan perusahaan yang mengungkapkan Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunan selama tahun 2009-2011. 9