1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi. Salah satu dari kista coklat yang paling memberikan dampak klinis adalah kista endometriosis atau sering disebut endometrioma. Prevalensi endometriosis pada ovarium masih belum pasti diketahui. Namun kasus endometriosis sendiri dikatakan sering terjadi pada sekitar 5–15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. Data penderita endometriosis di Indonesia yang diambil dari beberapa rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr. Muwardi Surakarta angka kejadian endometriosis pada temuan bedah ginekologis tahun 2000 menurut Danujo berkisar antara 13,6%; di RSUD dr. Sutomo Surabaya angka kejadian endometriosis tahun 1987-1991 sebesar 23,8% dan meningkat menjadi 37,2% pada tahun 1992-1993; dan di RSUP dr. Cipto Mangunkusumo menurut Yacob (1998) angka kejadian endometriosis berkisar 69,5%.1 Endometriosis selain dapat menyebabkan nyeri pelvis kronis atau dysmenorrhea, ia sering juga menyebabkan infertilitas. Selain daripada itu, sering kasus neoplasma ganas pada ovarium maupun ekstraovarium berawal dan berkembang dari lesi endometriosis itu sendiri.
2,3
Universitas Sumatera Utara
2
Seringkali tindakan operasi untuk penanganan kista endometriosis dianggap tidak cukup, bahkan diperlukan terapi medikamentosa yang memakan waktu cukup lama sehingga menyebabkan biaya yang dibutuhkan seringkali tidak murah. Juga adanya efek samping dari obatobatan yang tersedia untuk terapi kista endometriosis.
3
Tampilannya yang khas secara ultrasonografi dan tampilan makroskopik saat operasi sering kali begitu khas sehingga klinisi sering menjadi sangat yakin akan diagnosis kista endometriosis ini. Padahal kista coklat ovarium dalam terminologi histopatologi bukanlah semata hanya kista endometriosis. Kita masih mengenal jenis - jenis kista coklat lainnya seperti kista lutein berdarah dan kista hemoragis lainnya. 2,3 Tampilan mikroskopik histopatologi kista coklat ini sebenarnya cukup khas untuk bisa menegakkan jenis dari kista coklat tersebut. Seperti contoh,
untuk
menegakkan
diagnosis
endometrioma, diperlukan kriteria
kista
endometriosis
atau
identifikasi kelenjar dan stroma
endometrium ektopik di dalam ovarium. Namun sering sekali terjadi, dalam sebuah specimen histopatologi, gambaran kelenjar maupun stroma endometriosis tidaklah begitu spesifik. Begitu juga halnya dengan jenis kista ovarium hemoragis lainnya yang memberikan gambaran yang mirip
dengan
endometrioma.
Pemeriksaan
histopatologi
rutin
konvensional ini sering memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu. Karena terapi dari kondisi di atas sangat berbeda, maka penting sekali untuk
dapat
mengkonfirmasi
diagnosis
endometriosis
sehingga
Universitas Sumatera Utara
3
diperlukan metode yang lebih baik dan objektif dalam penegakan diagnosis endometriosis.4 Beberapa tahun belakangan ini, dunia telah melihat penggunaan marker antibodi-antibodi yang sangat luas dan bervariasi dalam pemeriksaan imunologi
terutama
penggunaannya
dalam
berhubungan
patologi dengan
ginekologi.
Kebanyakan
diagnosis
kasus-kasus
neoplasma ginekologi dan tidak jarang untuk menilai prognosis dan nilai prediktif.5 Perkembangan imunohistokimia membuka celah ketajaman diagnostik baru untuk kasus-kasus endometriosis, dimana menurut beberapa penelitian, sel-sel stroma endometrium akan menampilkan ekspresi positif terhadap CD 10. Chu dan Arber (2000) dalam penelitian mereka menyebutkan bahwa CD10 tertampil positif kuat pada 100% kasus sarkoma stroma endometrium, dan 89% dari 46 kasus karsinoma sel renal.6 Dengan pewarnaan imunohistokimia CD 10, sel-sel endometrium akan memberikan respon positif untuk pewarnaan ini. Kista endometriosis haruslah terwarnai positif karena secara per definisi harus mengandung sel-sel stroma endometrium, sedangkan kista-kista coklat lainnya tentunya harus memberikan pewarnaan imunohistokimia yang negatif. Untuk itulah penulis tertarik untuk apakah penilaian mikroskopik konvensional terhadap kista coklat dapat sebanding dengan pengujian imunohistokimia CD 10.
Universitas Sumatera Utara
4
Bila ternyata pembacaan mikroskopik dapat menunjukkan sensitifitas yang cukup baik, maka pewarnaan imunohistokimia tidak diperlukan untuk menegakkan jenis kista coklat. Namun bila ternyata pembacaan mikroskopik
konvensional
terpaut
jauh
sensitifitasnya
dengan
pemeriksaan imunohistokimia, maka seyogyanya setiap pemeriksaan preparat
kista
coklat
harus
diteruskan
dengan
pemeriksaan
imunohistokimia CD 10 sehingga penegakan diagnosis histopatologi dapat benar benar mendukung kerja para klinisi dan memberikan pelayanan pasien yang terbaik pada akhirnya.
Peneliti juga berkeinginan untuk mengevaluasi hasil pemeriksaan histopatologi konvensional terhadap kista endometriosis dan kista lutein berdarah dengan membandingkannya terhadap hasil
pemeriksaan
ekspresi CD 10 secara imunohistokimia pada berbagai spektrum kista coklat ovarium. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, diagnosis kista berdarah pada ovarium akan menjadi lebih akurat, jelas dan memberi dampak pada usaha kuratif dan tata laksana lanjutan bagi penderita endometriosis.
1.2. Identifikasi Masalah Banyak kasus endometriosis menyebabkan masalah
infertilitas pada
wanita usia reproduktif umumnya dan nyeri pelvis kronis khususnya. Bahkan menurut beberapa penelitian, lesi endometriosis juga dikatakan sering berkembang menjadi kasus neoplasma ganas pada ovarium
Universitas Sumatera Utara
5
maupun ekstraovarium. Hal ini mengakibatkan penyakit endometriosis khususnya pada ovarium membutuhkan diagnosis yang akurat. Pada laboratorium kami, sering dijumpai diskrepansi antara diagnosis histopatologi kista berdarah dengan diagnosis klinis. Klinisi sering sekali merasa cukup yakin akan temuan mereka terhadap kista endometriosis dengan bantuan USG dan juga pada saat durante operasi. Padahal selain kista endometriosis, kista berdarah ovarium lainnya seperti kista lutein berdarah sering memberikan gambaran perdarahan yang cukup masif dan mengaburkan diagnosis. Untuk menegakkan diagnosis kista endometriosis, diperlukan kriteria identifikasi kelenjar dan stroma endometrium ektopik pada ovarium. Namun terkadang, kelenjar-kelenjar endometrium tidak begitu jelas terlihat pada sediaan histopatologi, dan stroma endometrium kadang tampak seperti stroma ovarium normal. Ditambah lagi massa perdarahan yang disertai makrofag hemosiderin-laden dapat dijumpai pada kedua jenis kista ini, menyebabkan diagnosis kista endometriosis bisa positif palsu atau negatif palsu. Hal ini berefek pada pengobatan kista endometriosis dimana tata laksana yang diberikan terhadapnya sangat kompleks karena seringkali tindakan operasi saja
dianggap tidak cukup. Endometriosis bahkan
perlu diterapi medikamentosa dalam waktu cukup lama
sehingga
menyebabkan biaya yang dibutuhkan seringkali tidak murah. Sedangkan kista lutein berdarah, setelah dilakukan pengangkatan kista, tidak perlu
Universitas Sumatera Utara
6
lagi diberikan pengobatan lanjutan. Karena terapi dari kondisi diatas berbeda, untuk itulah dalam penegakan diagnosis histopatologi kista berdarah ovarium, diperlukan diagnosis yang akurat. Maka dengan itu, penting sekali untuk bisa mengkonfirmasi diagnosis endometriosis yang ditegakkan dengan pemeriksaan sampel biopsi yang diwarnai dengan HE. Metode yang paling objektif
adalah dengan
menandai atau memberi marker terhadap stroma endometrium yang telah terbukti menurut literatur dapat memberikan ekspresi positif terhadap antibodi CD 10.
Sedangkan kista berdarah yang tidak
mengandung stroma endometrium (seperti kista lutein berdarah) tidak akan memberikan ekspresi terhadap CD 10.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui peranan imunohistokimia CD 10 dalam menentukan jenis kista endometriosis ovarium atau kista berdarah lainnya.
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Melihat gambaran karakteristik penderita lesi kista berdarah ovarium khususnya kista endometriosis ovarium dan kista lutein berdarah. 2. Mengevaluasi kembali diagnosis kista endometriosis dan kista lutein
berdarah
menurut
pemeriksaan
histopatologi
konvensional.
Universitas Sumatera Utara
7
3. Melihat perbandingan antara positivitas imunoekspresi CD 10 dengan diagnosis kista endometriosis berdasarkan histopatologi Hematoksilin Eosin konvensional.
1.4. Hipotesis Hipotesis kami adalah bahwa pemeriksaan imunohistokimia CD10 dapat
meningkatkan
sensitivitas
dari
penegakan
diagnosis
endometriosis secara histopatologi dengan pewarnaan HematoksilinEosin dengan mempertajam identifikasi sel stroma endometrium ektopik. Untuk menguji kemungkinan ini, maka kami membandingkan efikasi diagnostik dengan perwarnaan HE dengan atau tanpa bantuan pewarnaan imunohistokimia CD10 pada sampel biopsi surgikal kasus endometriosis.
1.5. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana indikator untuk mendiagnosis secara akurat lesi-lesi kista endometriosis ovarium dan menurunkan angka misdiagnosis/overdiagnosis kista ovarium berdarah lainnya. 2. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pemahaman ahli Patologi Anatomi
akan
peran
imunohistokimia
secara
umum
dan
imunohistokimia CD 10 secara khusus dalam mengevaluasi dan membantu penegakan diagnostik kista coklat endometriosis dapat menjadi lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
8
3. Pemahaman akan peranan antibodi CD 10 dalam menegakkan diagnosis kista coklat endometriosis diharapkan akan memberikan sumbangsih dalam usaha penanganan lanjut terhadap endometriosis dan
pencegahan
kista
endometriosis
berkembang
menjadi lesi
neoplasma traktus genitalia wanita lainnya.
Universitas Sumatera Utara