BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada dasarnya Indonesia memiliki kekayaan budaya yang berlimpah dan beragam. Namun dengan kekayaan budaya yang Indonesia miliki ternyata tidak memberikan bukti nyata bahwa masing-masing individual paham mengenai seni Indonesia khususnya masyarakat Jakarta terhadap seni Betawi. Banyak faktor yang mempengaruhi menurunnya keingintahuan masyarakat pada seni Betawi. Kembali lagi dengan topik yang sudah diketahui banyak kalangan yaitu semakin berkembangnya era globalisasi. Beberapa pihak memiliki keuntungan namun bagi Indonesia sendiri memilik kerugian yang berkepanjangan terhadap kemajuan era globalisasi. Saat ini banyak beberapa kalangan muda maupun kalangan dewasa yang lebih menggemari untuk menonton televisi atau menonton bioskop dengan tayangan yang mengangkat tema budaya luar dibandingkan dengan menjelajah ibu kota dan memperkaya pengetahuan dengan situs sejarah atau sarana budaya. Masyarakat Indonesia khususnya Jakarta kini semakin lebih tertarik dengan budaya luar daripada budaya masyarakat Betawi. Nantinya hal ini akan memiliki pengaruh buruk pada pelestarian seni Betawi yang semakin lama semakin ditinggalkan oleh tuan rumahnya. Dari penelitian secara garis besar, Betawi memiliki seni dan budaya sebanyak 30 kesenian namun yang dilestarikan hanya 3 kesenian yaitu Lenong, Gambang Kromong dan Rebana, 27 kesenian Betawi lainnya dikabarkan hampir punah. Pada dasarnya masyarakat Jakarta mulai berkurang untuk membiasakan diri untuk memanfaatkan seni dan budaya yang Indonesia miliki. Kurangnya minat masyarakat untuk menghadiri pameran atau pagelaran seni, mengunjungi museum atau mendatangi sarana budaya. Melemahnya sumber informasi yang memberikan wawasan kepada masyarakat secara jelas terhadap ragam kebudayaan dan informasi penting lainnya mengenai budaya Betawi. Perlunya menanam kebiasaan kepada masyarakat Jakarta terutama kepada generasi muda untuk memiliki kecintaan terhadap seni dan budaya yang terancam punah. Saat ini masih ada kesempatan untuk memberikan ruang dan kesempatan kepada generasi muda untuk mengapresiasikan seni dan budaya Betawi dan yang diharapkan adalah dibutuhkan 1
2 sarana budaya dan pusat informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat dalam segala umur dan profesi yang berpeluang untuk dapat melestarikan kebudayaan Betawi. Oleh karena alasan-alasan yang telah dipaparkan, salah satu melestarikan seni dan budaya Betawi dengan adanya pusat kebudayaan yang perlu dibangun dengan tampilan yang menarik terutama pada bagian interior. Pengertian Pusat Kebudayaan adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh suatu negara di negara yang lain untuk memperkenalkan,
memasyarakatkan
dan
memberikan
informasi
mengenai
kebudayaan negara pendirinya kepada masyarakat dimana berdirinya Pusat Kebudayaan tersebut. Adanya Pusat Kebudayaan perlu memiliki treatment interior yang mampu menarik perhatian masyarkat untuk berkunjung. Yang ingin disampaikan pada perancangan interior Pusat Kebudayaan Betawi ini adalah memberi rancangan interior dengan konsep yang tetap mengangkat kearifan budaya Betawi dengan treatment yang iconic dan kenyamanan sehingga masyarakat tertarik untuk mengunjungi sarana budaya Betawi ini nantinya. Kemudian Pusat Kebudayaan ini diharapkan dapat menyediakan informasi yang informatif, memberikan sarana budaya terhadap masyarakat, dan masyarakat mampu merasa lebih dekat untuk mempelajari nilai-nilai seni Betawi. Pada perancangan interior Pusat Kebudayaan Betawi adalah memberi ambience yang nyaman, pencahayaan yang hangat, aplikasi warna yang tepat dan tentu saja “pesan” dari Pusat Kebudayaan Betawi ini tersampaikan dengan baik dan salah satu konsep interior yang diinginkan adalah penyampaian antara seni dan budaya dengan interior Pusat Kebudayaan memiliki koneksi atau saling berkesinambungan.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam mengerjakan interior Pusat Kebudayaan Betawi adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana menciptakan interior yang sesuai kebutuhan ruang pada Pusat Kebudayaan sehingga pengguna dapat memanfaatkan ruang dengan baik? 2. Bagaimana menciptakan pencahayaan yang baik pada area khusus seperti area galeri pada Pusat Kebudayaan Betawi untuk memberikan suasana yang nyaman pada pengguna yang mengakses ruang khusus tersebut?
3 3. Bagaimana menerapkan kebutuhan interior terhadap material, warna, dan desain interior secara keseluruhan yang akan berkesinambungan dengan esensi cagar budaya Betawi? 4. Bagaimana merancang interior untuk Pusat Kebudayaan Betawi yang memiliki konsep budaya Betawi sebagai alternatif memberi informasi inovatif budaya Betawi kepada masyarakat?
1.3 Tujuan dan Manfaat Perencanaan Interior Tujuan perencanaan interior Pusat Kebudayaan Betawi adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan interior yang sesuai kebutuhan ruang pada Pusat Kebudayaan sehingga pengguna dapat memanfaatkan ruang dengan baik. 2. Menciptakan pencahayaan yang baik pada area khusus seperti area galeri pada Pusat Kebudayaan Betawi untuk memberikan suasana yang nyaman pada pengguna yang mengakses ruang khusus. 3. Merancang kebutuhan interior terhadap material, warna, dan desain interior secara keseluruhan yang akan berkesinambungan dengan esensi cagar budaya Betawi. 4. Merancang interior untuk Pusat Kebudayaan Betawi yang memiliki konsep budaya Betawi sebagai alternatif memberi informasi inovatif budaya Betawi kepada masyarakat.
Manfaat perencanaan interior Pusat Kebudayaan Betawi adalah sebagai berikut: 1. Desainer/Penulis dapat memberikan wawasan baru terhadap ruang interior Pusat Kebudayaan Betawi dan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan
yang
selama
ini
menghambat
perkembangan
Pusat
Kebudayaan Betawi. 2. Perancangan interior ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kreatif, inovatif dan imajinatif terhadap kebudayaan Betawi agar nantinya dapat memberikan inspirasi pada masyarakat terhadap budaya Betawi. 3. Desainer/Penulis diharapkan mampu membantu melestarikan kebudayaan Betawi dengan adanya perancangan interior Pusat Kebudayaan Betawi yang tetap terjaga.
4 4. Perancangan interior ini diharapkan dapat menjadi salah satu tujuan wisatawan lokal maupun wisatawan asing yang memperkenalkan kekayaan budaya Betawi.
1.4 Batasan 1.4.1 Kawasan Penelitian Untuk mengumpulkan data dalam perancangan interior Pusat Kebudayaan Betawi maka akan dilakukakan penelitian. Terdapat 3 studi banding yaitu Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, Japan Foundation, dan Pusat Kebudayaan Korea di Indonesia.
1.4.2 Batasan Penelitian Batasan penelitian dalam perancangan interior Pusat Kebudayaan Betawi adalah sebagai berikut: 1. Data profil pada Pusat Kebudayaan seperti visi dan misi, sejarah dan sistem yang digunakan pada Pusat Kebudayaan. 2. Struktur Organisasi yang terdapat dalam sistem Pusat Kebudayaan Betawi. 3. Aktivitas dan fasilitas yang dibutuhkan dalam Pusat Kebudayaan Betawi. 4. Zona dan area yang dibutuhkan dalam Pusat Kebudayaan Betawi. 5. Elemen desain yang harus diperhatikan dalam perancangan interior Pusat Kebudayaan Betawi.
1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Metode Pengumpulan Data Proses pengumpulan data pengerjaan perencanaan Pusat Kebudayaan adalah sebagai berikut. 1. Studi Literatur Berupa pengumpulan data meliputi artikel atau jurnal yang pernah mengadaptasi studi yang dilakukan, definisi dan tujuan terhadap perencanaan serta pengumpulan data untuk menunjang konsep perancangan secara matang dan memudahkan penulis dalam menyelesaikan karya tulis. 2. Survei Lapangan
5 Survei yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dalam perancangan Pusat Kebudayaan yang menjadi perbandingan dalam karya tulis sehingga menemukan permasalahan yang perlu adanya solusi dalam Desain Interior. Selain itu survei bertujuan sebagai sumber data dan informasi kebutuhan terhadap perancangan Pusat Kebudayaan Betawi. 3. Wawancara Bertujuan untuk berkomunikasi secara langsung kepada sumber-sumber yang dapat mempengaruhi karya tulis dan perancangan Pusat Kebudayaan sehingga karya yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
1.5.2 Metode Perancangan Setelah melakukan Metode Pengumpulan Data, tahap selanjutnya adalah proses Perancangan. Metode Perancangan untuk Pusat Kebudayaan Betawi adalah sebagai berikut. 1. Pengolahan Data dan Hipotesa Dari data yang telah dikumpulkan yang kemudian dianalisa mengenai hal yang berpengaruh pada perancangan seperti permasalahan dan solusi, melakukan perbandingan terhadap data yang dimiliki sehingga memiliki penyelesaian permasalahan yang lebih positif pada tahap perancangan. 2. Pengolahan Desain Penentuan konsep dan tema yang akan dibangun dalam perancangan dengan adanya pengolahan ide-ide untuk mengembangkan konsep desain secara matang. Diaplikasikan pada interior seperti warna, bentuk, estetika, fungsi ruang, esensi budaya yang diangkat, material, tekstur serta kebutuhan penunjang seperti mechanical electrical dan konstruksi pada interior. 3. Pengolahan Desain Akhir Konsep yang telah diolah kemudian dipresentasikan dalam bentuk sketsa, mood board, material board, gambar kerja dan gambar 3D yang dapat menggambarkan konsep desain dalam interior.
1.6 Tinjauan Pustaka Dalam kebudayaan Lokal penduduk kota Jakarta yaitu budaya Betawi sebagai budaya asli milik ibukota. Semakin meningkat pesat penduduk dengan perpaduan etnis dan pendatang di Jakarta lalu muncul Urbanisasi seiring
6 berjalannya waktu yang mengubah sudut pandang budaya terhadap penduduk Jakarta. Penduduk kota Jakarta hanya mengajarkan nilai dan moral budaya Betawi tetapi tidak mempelajari dan mengadaptasi budaya lokal yang dimiliki. Fenomena yang timbul dari hal tersebut mengakibatkan penduduk kota Jakarta kurang memiliki inisiatif untuk memiliki rasa bangga dan cinta terhadap kota Jakarta tanpa adanya kecintaan pada budaya lokal. Oleh sebab itu salah satu upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Betawi dengan adanya kegiatan yang dapat menunjang minat penduduk kota Jakarta pada budaya Betawi (Febi Aldila Putri Azana dan Yuni Maharani, 2014)
1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan adalah sebagai berikut: 1. BAB 1 – PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai dasar adanya perancangan interior seperti latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan (terbagi dua yaitu kawasan penelitian dan batasan penelitian), tinjauan pustak dan sistematika penulisan.
2. BAB 2 – LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan tentang garis besar yang membahas pusat kebudyaan dan budaya Betawi seperti penelitian sejarah dan perkembangan terhadap studi kasus dan penjelasan lainnya mengenai variable yang berkaitan dengan penelitian. Serta menjelaskan mengenai teori-teori perencanaan interior pada penelitian, konsep desain dan permasalahan yang ditemukan pada studi kasus.
3. BAB 3 – METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan secara spesifik data-data yang dibutuhkan dalam perancangan interior Pusat Kebudayaan. Hal tersebut terkait dengan visi dan misi, aktivitas dan fasilitas, zona dan area, struktur organisasi.
4. BAB 4 – HASIL DAN BAHASAN Bab ini menjelaskan tentang data-data yang telah terkumpul untuk perencanaan dan menemukan permasalahan dan solusi dalam perencanaan interior Pusat Kebudayaan yang mempertimbangkan aspek-aspek yang
7 dibutuhkan dalam perencanaan. Pembahasan mengenai konsep yang akan dibangun dalam perencanaan interior serta elemen-elemen desain yang akan mempengaruhi ruang.
5. BAB 5 – KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan mengenai perancangan interior Pusat Kebudayan enjelaskan hasil dari penilitian yang ditemukan serta memiliki pemecahan masalah bagi perencanaan interior. Memberikan saran sehubungan dengan permasalahan selama melakukan perancangan dan penelitian.