Bab 1 Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Bahasa adalah alat yang ampuh untuk menghubungkan dunia seseorang dengan
dunia di luar diri kita, dunia seseorang dengan lingkungannya, dunia seseorang dengan alamnya bahkan dunia seseorang dengan Tuhannya. Bahasa merupakan hal penting bagi kehidupan manusia. Bahasa tidak terpisahkan dari manusia dan mengikuti setiap pekerjaannya. Dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi melalui percakapan sehari-hari dan sebagai alat untuk menyampaikan ide, pikiran, serta perasaannya kepada orang lain baik itu secara lisan maupun tertulis agar manusia saling memahami satu sama lain. Komunikasi dapat berjalan dengan efektif apabila kedua belah pihak baik penutur dan petutur saling memahami makna yang dituangkan melalui bahasa. Ada berbagai macam bahasa di dunia, diantaranya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jepang dan lain-lain. Kondisi saling ketergantungan antara satu negara dengan negara lainnya serta adanya tuntutan globalisasi dan perkembangan IPTEK yang semakin pesat menjadikan penguasaan bahasa asing sangat penting. Menurut Theresia (2006:28) mendefinisikan bahasa kedua yang dimiliki seseorang ialah sesudah ia menguasai bahasa pertamanya, dan bahasa tersebut digunakan sebagai alat komunikasi berdampingan dengan bahasa pertama. Dengan hal itu, bahasa asing seperti bahasa Jepang yang kita pelajari merupakan sebagai bahasa kedua, bahasa ketiga atau seterusnya setelah memperoleh bahasa pertamanya. Kesulitan dan hambatan dalam berkomunikasi dapat terjadi, terutama berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing misal bahasa Jepang yang disebabkan kurangnya penguasaan dan pemilihan kosakata yang kurang tepat. Selain itu kesulitan dalam mempelajari bahasa asing yaitu disebabkan terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara bahasa asing yang ingin dikuasai dengan bahasa pertama si pembelajar bahasa yaitu seperti huruf, tata bahasa dan lain sebagainya.
1
2
Kosakata merupakan salah satu unsur-unsur penunjang komunikasi untuk menyampaikan makna yang tepat. Kosakata bahasa Jepang dilihat dari aspek kebahasaannya memiliki karakteristik tertentu. Kosakata bahasa Jepang dibagi menjadi sepuluh kelompok, yaitu doushi (verba), i-keiyoushi (kata sifat –i), nakeiyoushi
(kata sifat –na), meishi (nomina),
fukushi (adverbial), rentaishi
(prenomina), setsuzokushi (konjungsi), kandoushi (interjeksi), jodoushi (verba bantu), dan jooshi (partikel). Kata kerja bahasa Jepang disebut doushi. Kelas kata doushi (verba) ini merupakan kata yang sering digunakan dalam bahasa Jepang untuk menyatakan aktivitas, keadaan sesuatu, dan keterangan informasi mengenai subjek. Ciri utamanya ialah posisi berada di akhir kalimat. Dalam mempelajari bahasa Jepang, pembelajar pastinya pernah mengalami kesulitan yang dirasakan dalam menggunakan dan memahami verba disebabkan ada beberapa verba di dalam suatu kalimat memiliki arti yang sama. Arti yang sama dalam verba tersebut sering ditemukan di dalam koran, majalah, buku-buku dan sebagainya. Sebagai contoh salah satu verba yang mempunyai arti yang sama yaitu verba agaru dan noboru. Kedua verba tersebut memiliki arti yang sama yaitu naik. Meskipun kedua verba ini memiliki arti yang sama, namun ada perbedaan nuansa makna ketika berada dalam satu kalimat. Verba
「上がる、挙がる」 sedangkan verba noboru dapat ditulis dengan kanji 「上る、登る、昇る」. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan verba agaru dan noboru yang akan digunakan yaitu 「上がる dan 上 る」dengan arti suatu gerakan perpindahan ke arah atas berdasarkan karakteristik
agaru dapat ditulis dengan kanji
ketentuan arah, pelaku yang bergerak, dan benda yang bergerak sebagian dan seluruh. Selain itu penulis menggunakan kedua verba tersebut karena dibangun dengan kanji yang sama. Berikut ini adalah contoh penggunaan verba agaru dan noboru dalam kalimat bahasa Jepang yaitu: 1.
うちの二階に上がると富士山がよく見えます。(Kawamura,1990:4) Uchi no ni kai ni agaru to Fujisan ga yoku miemasu. Kalau Saya naik ke lantai dua, gunung Fuji terlihat lebih jelas.
3
2. *うちの二階に上ると富士山がよく見えます。 Uchi no ni kai ni noboru to Fujisan ga yoku miemasu. Kalau Saya naik ke lantai dua, gunung Fuji terlihat lebih jelas. Berdasarkan Izuhara et.all (2007:14) dan Koizumi et.all (1985:5) makna verba agaru adalah suatu gerakan yang dilakukan subjek seperti manusia, makhluk hidup, kendaraan berpindah dari bawah ke atas dan posisi menjadi lebih tinggi. Kemudian menekankan pada tempat tujuan atau titik akhir. Selain itu, verba noboru adalah suatu gerakan berpindah mencapai ke tempat yang tinggi, berfokus pada rute. Kalimat (1) menjelaskan verba agaru yaitu adanya perpindahan posisi dari bawah menuju ke atas lantai 2. Keadaan tersebut menjelaskan adanya perpindahan posisi menjadi lebih tinggi. Lantai 2 juga menunjukkan sebagai tempat tujuan atau titik akhir si subjek “Saya” dengan diperkuat bahwa jika naik ke lantai 2 gunung Fuji akan terlihat jelas. Kalimat (2) tidak sesuai menggunakan verba noboru karena tidak adanya nuansa proses kegiatannya mengenai rute atau jalur yang dilalui atau proses dari aktivitas naiknya (keiro). 3.
ボートで川を上っていきました。(Yoshida,1995:368) Booto de kawa o nobotte ikimashita. Saya menyusuri sungai sampai hulu dengan kapal.
4.
* ボートで川を上がっていきました。 Booto de kawa o nobotte ikimashita Saya menyusuri sungai sampai hulu dengan kapal. Kalimat (3) menjelaskan verba noboru menekankan perjalanan atau rute yang
dilakukan oleh subjek yaitu dengan menyusuri sungai. Hulu sungai berada lebih tinggi dari hilir sungai. Kalimat (4) verba agaru tidak sesuai karena tidak diketahuinya titik awal dan titik akhirnya pada konteks kalimat. Selain itu keadaan seperti ini bukan menitik beratkan kepada posisi perpindahannya ke arah atas. Melainkan proses melajunya pencapaian ke arah atas. Melihat keempat contoh kalimat di atas, terlihat jelas mengenai perbedaan kedua verba tersebut. Verba yang memiliki arti yang sama sering menimbulkan masalah dan kerancuan pada pemelajar bahasa asing. Pemahaman dalam pemakaian
4
verba yang memiliki arti yang sama sangat diperlukan khususnya untuk pemelajar bahasa asing, agar dapat menggunakan suatu kata dalam sebuah kalimat dengan nuansa yang tepat, guna menghindari potensi kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Hal tersebut tentunya tidak bisa dipahami dengan mudah oleh pembelajar bahasa asing. Dalam proses kegiatan belajar, pembelajar bahasa berusaha menguasai bahasa target (bahasa asing) dan secara idealnya dapat menyamai seperti halnya penutur asli. Namun kenyataannya tidak selalu demikian, khususnya dalam belajar bahasa asing dapat dipastikan pernah membuat kesalahan. Kesalahan sering terjadi meliputi tataran bahasa, seperti tataran morfologi, sintaksis, fonologi, semantik, dan lain sebagainya. Kesalahan tersebut tidak dapat dihindari karena hal ini merupakan salah satu bagian penting dalam memperoleh bahasa. Penyimpangan bisa saja terjadi ketika pembelajar bahasa ingin mempelajari bahasa apapun, demikian juga halnya seperti jika pembelajar berkeinginan menguasai bahasa Jepang sebagai bahasa target atau sasaran. Kesalahan dalam proses belajar bahasa asing bukan sesuatu yang memalukan, justru merupakan hal yang positif dengan kesalahan kita dapat belajar untuk mengetahui penggunaan bahasa dan kosakata yang benar. Dengan berlatar belakang uraian di atas, penulis tertarik meneliti kesalahan yang dilakukan pembelajar bahasa Jepang dalam menggunakan verba agaru dan noboru.
1.2
Masalah Pokok Masalah pokok pada penelitian ini, penulis meneliti jenis-jenis kesalahan
berikut latar belakang penyebab yang menimbulkan terjadinya suatu kesalahan pada pembelajar bahasa Jepang mengenai penggunaan verba yang memiliki arti sama.
1.3
Formulasi Masalah Rumusan permasalahan dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti jenis-
jenis kesalahan berikut latar belakang yang menimbulkan terjadinya kesalahan yang
5
dilakukan pembelajar bahasa Jepang mengenai penggunaan verba agaru dan noboru yang memiliki arti yaitu naik.
1.4
Ruang Lingkup Permasalahan Penulis akan membatasi penelitian dengan hanya meneliti jenis-jenis kesalahan
yang dilakukan mengenai penggunaan verba agaru
「上がる」dan noboru「上
る」 yaitu dengan arti naik. Serta ingin mengetahui berikut latar belakang penyebab yang menimbulkan terjadinya kesalahan yang dilakukan pemelajar bahasa Jepang dalam menjawab soal angket yang disebarkan kepada mahasiswa/i semester IV Sastra Jepang Universitas Bina Nusantara. Soal angket terdiri dari 10 nomor yaitu 5 soal tentang penggunaan verba agaru
「上がる」dan 5 soal tentang penggunaan verba noboru「上る」. Penyebaran soal angket dilakukan secara acak kepada 34 responden. Responden tersebut terdiri dari kelas 04 LA62 sebanyak 14 orang. Lalu Kelas 04 LB62 sebanyak 20 orang.
1.5
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui jenis-jenis kesalahan
berikut latar belakang penyebab yang menimbulkan terjadinya kesalahan yang dilakukan mahasiswa/i Sastra Jepang Universitas Bina Nusantara mengenai penggunaan verba agaru
「上がる」 dan noboru 「上る」yang memiliki arti sama
yaitu naik. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada pemebaca agar dapat membedakan secara tepat dari verba agaru dan noboru. Sehingga ketika dituangkan dalam kalimat sehingga diharapkan tidak lagi melakukan kesalahan.
6
1.6
Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penulisan skripsi ini, penulis juga mempelajari
penelitian-penelitian terdahulu sebagai landasan penulisan ini, khususnya penelitian mengenai verba agaru dan noboru. Dalam jurnal Muroi (2003:151) membahas kontstruksi makna mengenai verba agaru dan noboru dalam arti menunjukan kondisi atau perpindahan gerakan dari bawah ke atas. Untuk skripsi ini, penulis juga mengambil dari sisi penggunaan verba agaru dan noboru yang memilik arti yaitu naik dengan berdasarkan karakteristik dari kedua verba tersebut. Namun penulis berbeda pembahasan karena yang akan diteliti adalah studi analisis eror dalam penggunaanya kedua verba tersebut kepada responden. Dalam pembahasannya, Muroi (2003:151) memberikan gambaran mengenai perbedaan verba agaru dan noboru berdasarkan tiga karakterisktik yaitu fokus kepada ketentuan arah, fokus mengenai pelaku yang bergerak, dan juga tentang keseluruhan atau sebagian benda yang bergerak. Verba agaru merupakan suatu gerakan berpindah dari bawah ke atas yang tidak membatasi pelaku yang bergerak, tidak membatasi benda yang akan bergerak, serta tidak ada batasan mengenai fokus arah yang ditentukan. Sedangkan verba noboru merupakan suatu gerakan yang berpindah dari bawah ke atas mewakili keseluruhan gerakan yang dilakukan pelaku aksi. Verba agaru diasumsikan lebih luas maknanya dibandingkan verba noboru. Secara umumnya verba agaru diartikan suatu gerakan perpindahan dari bawah ke atas yang terdapat patokan titik tolak/awal, sebaliknya verba noboru maknanya lebih sempit dibandingkan verba agaru yang dapat diartikan suatu gerakan biasanya terfokus pada proses kegiatannya, rute.