BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pencernaan disebabkan karena tertelannya mikroorganisme patogen yang dapat menimbulkan infeksi dan intoksikasi pada manusia dan menimbulkan penyakit misalnya disentri, diare dan demam tifoid (Gibson, 1996). Secara berturutturut penyebab bakteri patogen yaitu Shigella dysenteriae, Escherichia coli, dan Salmonella typhi (Afset et al, 2003). Penyakit disentri masih merupakan salah satu masalah kesehatan umum bagi masyarakat Indonesia. Salah satu penyebab disentri adalah Shigella dysenteriae (Lay, 1994). Escherichia coli adalah bagian flora normal saluran usus yang diduga apabila dalam jumlah yang abnormal sebagai penyebab diare. Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Pada umumnya ketiga bakteri ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi atau dari feces dan urin orang yang terinfeksi (Gibson, 1996). Menurut Jawetz et al (2001), pengendalian bakteri patogen penting dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi serta membasmi bakteri patogen pada inang yang terinfeksi. Bakteri patogen dapat dihambat pertumbuhannya atau dibunuh dengan proses fisik (misalnya dengan pemanasan) atau bahan kimia (misalnya dengan antibiotik). Terapi antibiotik dapat mengatasi penyebaran bakteri patogen. Akan tetapi, penggunaan antibiotik dengan dosis dan waktu terapi yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah tersendiri, yaitu resistensi bakteri. Menurut Heyne et al (1987), pemanfaatan bahan alam yang berasal dari tumbuhan sebagai obat tradisional telah lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia khususnya untuk menangani berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan bakunya mudah didapat atau dapat diramu sendiri di rumah bahkan jarang menimbulkan dampak negatif.
Ada banyak bahan pangan yang dapat menjadi sumber antibakteri alami misalnya dedaunan dan sayur-sayuran. Kebanyakan sumber antibakteri alami adalah tumbuhan dan umumnya merupakan senyawa fenolik yang tersebar di seluruh bagian tumbuhan (Sarastani et al, 2002). Salah satu tumbuhan yang telah dimanfaatkan sebagai antibakteri turun temurun oleh masyarakat Indonesia khususnya suku Batak, Sumatera Utara adalah daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour). Tanaman daun bangun-bangun ini termasuk dalam famili Lamiaceae, genus Coleus yang bermanfaat untuk menu sayuran sehari-hari terutama disajikan untuk ibu-ibu yang baru melahirkan (Heyne et al, 1987). Kumpulan dari tanaman daun bangun-bangun menghasilkan susunan bahan alam yang berbeda jenis dengan berat molekul yang tinggi dan rendah yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Menurut Andersen et al (2006), metabolit sekunder dari tanaman daun bangun-bangun
mengandung golongan senyawa kimia seperti fenol yang
menunjukkan sifat antibakteri. Beberapa golongan fenol seperti flavonoid, tanin dan senyawa fenol lainnya berfungsi sebagai alat pertahanan bagi tumbuhan untuk melawan mikroorganisme patogen. Senyawa fenol yang terdapat pada flavonoid dapat menyebabkan penghambatan terhadap sintesis dinding sel (Mojab et al, 2008) dan bersifat koagulator protein (Dwijoseputro, 1994). Protein yang menggumpal tidak akan dapat berfungsi lagi sehingga akan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri (Jawetz et al, 2001). Sementara tanin mempunyai sifat sebagai pengelat berefek spasmolitik, yang dapat mengerutkan membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel akibatnya sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Ajizah, 2004). Menurut Trease dan Evan (1983), senyawa flavonoid dan tanin terdapat dalam satu tumbuhan secara bersamaan oleh sebab itu kedua senyawa ini memiliki sifat yang sama yaitu bersifat polar dan memberikan reaksi positif terhadap FeCl3 yang bila ditetesi akan memberikan warna hijau gelap atau biru gelap sehingga sangat penting dilakukan pemisahan antara tanin dan flavonoid dimana pemisahan tersebut dilakukan berdasarkan perbedaan sifat kelarutannya dalam pelarut protik dan aprotik.
Tanin hanya larut dalam pelarut protik yaitu metanol yang bersifat polar dan tidak larut dalam aprotik yaitu etilasetat yang bersifat semi polar. Berdasarkan persamaan kedua sifat inilah maka dilakukan pemisahan. Seham et al (2012), menemukan ekstrak alkohol dari daun bangun-bangun menunjukkan aktivitas antioksidan dengan metode Beutler, aktivitas anti-inflamasi, dan memiliki aktivitas analgesik. Naiborhu P (2013), menemukan bahwa hasil analisis dengan spektrofotometer UV-Vis, FT-IR dan H-NMR menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi dari daun bangun-bangun adalah senyawa flavonoid golongan flavonon. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud untuk menguji aktivitas antibakteri flavonoid total dan tanin total daun bangun-bangun terhadap bakteri Shigella dysenteriae, Escherichia coli, dan Salmonella typhi. dengan metode difusi agar. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat melengkapi data ilmiah mengenai aktivitas bakteri dan nilai kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC).
1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Berapakah kadar flavonoid total dan tanin total dari daun bangun-bangun kering? b. Bagaimanakah aktivitas antibakteri flavonoid total dan tanin total daun bangunbangun terhadap bakteri Shigella dysenteriae, Escherichia coli, dan Salmonella typhi ?
1.3. Tujuan Penelitian Sebagaimana uraian di atas, maka dapatlah dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk menentukan berapa kadar flavonoid total dan tanin total daun bagun-bangun kering.
2. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari flavonoid total dan tanin total daun bangun-bangun terhadap bakteri Shigella dysenteriae, Escherichia coli, dan Salmonella typhi.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai : a. Sumber informasi tentang aktivitas antibakteri flavonoid total dan tanin total dari daun bangun-bangun terhadap bakteri Shigella dysenteriae, Escherichia coli, dan Salmonella typhi. b. Pemanfaatan daun bangun-bangun sebagai obat diharapkan dapat membantu usaha pemerintah/kalangan industri dalam pengembangan obat dari bahan alam yang dapat mendukung kemajuan bidang IPTEK dan kesehatan.
1.5. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, ekstraksi senyawa flavonoid dan tanin dilakukan terhadap serbuk daun bangun-bangun kering. Tahap penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Ekstraksi Ekstraksi dengan menggunakan Metode Maserasi. 2. Pemisahan Flavonoid Total Pemisahan flavonoid total dengan menggunakan pelarut etilasetat 3. Pemisahan Tanin Total Pemisahan tanin total dengan menggunakan pelarut metanol 4. Uji antibakteri Uji antibakteri dengan menggunakan Metode Difusi Agar.
1.6. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama empat bulan yaitu mulai Januari sampai dengan April 2015 sedangkan tempat penelitian ini dilakukan sebagai berikut : 1. Tempat pengambilan sampel Pengambilan bahan dilakukan secara purposif yaitu diambil dari satu daerah saja tanpa membandingkan dengan tanaman yang sama di daerah lain dengan asumsi tanaman yang sama di tempat lain adalah satu spesies tetapi kadarnya yang berbeda. Bahan penelitian ini adalah daun bangun-bangun yang diambil langsung di daerah jalan Gendang Pasar II, Padang Bulan, Sumatera Utara 2. Tempat melakukan penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam Hayati Universitas Sumatera Utara 3. Uji antibakteri Uji antibakteri senyawa hasil ekstraksi serbuk daun bangun-bangun kering terhadap bakteri Shigella dysenteriae, Escherichia coli dan Salmonella typhi yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Badan Riset dan Standarisasi Pangan (BARISTAND) Sumatera Utara.