BAB 1 Pendahuluan 1.1
Latar Belakang Dunia teknologi sudah semakin berkembang dan bertumbuh di berbagai Negara termasuk
di Indonesia. Teknologi juga sangat bermanfaat untuk banyak orang, salah satunya adalah interaksi antara manusia dengan komputer yang dilengkapi dengan internet. Hal yang paling banyak dilakukan adalah interaksi antara manusia dengan media sosial contohnya seperti penggunaan Facebook dan Twitter. Facebook dan Twitter merupakan salah satu jaringan sosial internet yang gratis dimana kita dapat membentuk jaringan dengan menggundang pertemanan dengan orang lain. Dari jaringan tersebut maka pengguna Facebook dan Twitter dapat memperhatikan aktifitas orang lain, mengikuti permainan atau games, menambah pertemanan berdasarkan organisasi sekolah, dapat melihat keberadaan domisili teman yang sudah lama tidak melakukan pertemuan, dapat menulis pesan atau chatting. Banyak hal yang dapat kita peroleh ketika menggunakan situs jejaring sosial tersebut. Dari tahun 2008, Indonesia merupakan negara Asia Tenggara yang paling cepat perkembangan pengguna Facebook menjadi 831.000 pengguna Facebook dan tertinggi kelima di dunia setelah Amerika, Ingris, Prancis dan Italia, dan berpotensi meningkat dalam skala besar (The Jakarta Post, 22 Mei 2009). Perkembangan pengguna Facebook di Indonesia semakin meningkat, hingga sampai sekarang diketahui kembali bahwa terdapat 43.976.340 pengguna Facebook yang diambil pada tanggal 29 Juli 2012, data didapat dari Ad Manager Facebook. Ad Manager adalah suatu alat yang berfungsi untuk membuat iklan di Facebook, dimana dalam pengiklanan bisa mentargetkan user yang akan mendapatkan iklannya sehingga dapat memperoleh data pengguna Facebook di Indonesia (sumber : facebook.com/ ads/manage/ adscreator/). Hingga sampai pada bulan Agustus 2013 tercatat bahwa pengguna Facebook yang aktif di Indonesia mencapai 48.134.040. Peringkat pertama adalah Amerika mencapai 159.646.460 pengguna, kedua adalah Brazil mencapai 70.486.460 pengguna, ketiga adalah India mencapai 63.868.420 pengguna, dan yang keempat adalah Indonesia (socialbakers.com, 2013)
Tidak hanya untuk pengguna Facebook, tetapi juga untuk jumlah pengguna Twitter berdasarkan data grafik Google trends, terlihat jelas bahwa pencarian kata kunci Twitter yang melalui mesin Google Indonesia mulai ada peningkatan diawal tahun 2009 dan langsung menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Dalam jangka waktu 2 tahun saja Indonesia menempati urutan kelima dari seluruh negara di dunia dengan kategori jumlah pengguna Twitter terbanyak. Kemudian pengguna Twitter tahun 2012 di Indonesia mendapat peringkat kelima dengan jumlah 19,5 juta (Tempo.Co, 2 Februari 2012). Pada tahun 2013, pengguna Twitter di Indonesia berada pada urutan kelima. Di Indonesia, khususnya untuk kota Jakarta yang adalah ibukota Negara Indonesia, menduduki posisi pertama dalam memberikan tweet terbanyak di dunia (socialbakers.com, 2013). Berdasarkan data di atas maka membuktikan bahwa media sosial khususnya pada Facebook dan Twitter berkembang secara cepat dan menjadi bagian dari hidup kalangan remaja. Seperti yang dikatakan oleh Castiglione (dalam Diener, Oishi & Lucas, 2012) bahwa remaja memiliki kecenderungan mengikat diri kedalam dunia maya sebagai wujud eksistensi dunia nyata. Selain semakin meningkat pengguna Facebook, ternyata diketahui melalui penelitian oleh Needham & Company (2007) bahwa lebih dari 21 juta orang tiap hari melakukan registrasi untuk menjadi pengguna akun Facebook yang baru, 1,6 juta orang melihat halaman Facebook miliknya dan temannya tiap hari dan setiap hari pengguna Facebook meluangkan waktunya sampai 20 menit untuk mengakses akun Facebook miliknya pada para mahasiswa di Michigan State University. Dapat dianalisa bahwa waktu penggunaan dan jumlah pengguna semakin banyak akan memiliki hubungan dengan aktifitas individu dalam menggunakan Facebook atau Twitter. Kedua hal ini terkait pada problematic internet use dan subjective well-being. Dalam penggunaan situs jejaring sosial khususnya untuk Facebook dan Twitter, lebih banyak digunakan oleh mereka yang berusia antara usia remaja hingga dewasa awal (Kompas.com,1 November 2012), kemudian berdasarkan data dari socialbakers.com, 2013 juga diketahui bahwa pengguna Facebook dan Twitter terbanyak digunakan oleh usia antara 18-24 tahun dan jenis kelamin pria. Pada tahap remaja dan pemuda merupakan generasi yang dianggap sebagai generasi yang memang sudah terbiasa berinteraksi lewat internet (Amichai-Hamburger, 2013). Situs jejaring sosial termasuk Facebook dan Twitter memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi
kalangan remaja. Dampak positif yang dimaksud digolongkan menjadi empat kategori antara lain sebagai media komunikasi, media pertukaran data, media mencari informasi atau data, dan untuk manfaat komunitas (Herring, 1996). Dampak negatif yang dimaksud salah satunya adalah membuat sebagian besar mencakup kepribadian pasangan, keyakinan dan kalangan remaja menjadi sangat bergantung. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Putri (2013) pada kalangan mahasiswa di Surabaya dijelaskan kembali mengenai dampak positif dan negatif yang diperoleh melalui penelitiannya. Dampak postif dalam penggunaan internet antara lain untuk hiburan, mengurangi kesepian, memudahkan tugas atau pekerjaan, memudahkan bersosialisasi komunikasi, memudahkan mencari informasi. Dampak negatif dalam pengunaan internet antara lain mudah mengakses situs porno, menjadi boros, berdampak pada fisik (mata lelah, pusing, sering ngantuk), menjadi addict, acuh terhadap lingkungan sosial di dunia nyata, menjadi lupa waktu terhadap tugas yang harus diselesaikan. Berdasarkan hasil penelitian Putri (2013) pada kalangan mahasiswa di Surabaya juga menjelaskan bahwa hampir sebagian besar orang yang menggunakan internet diatas 5 jam tiap harinya, dan hal ini mengindikasikan adanya Problematic Internet Use. Problematic Internet Use (PIU) atau dalam penelitian ini disebut sebagai penggunaan internet bermasalah didefinisikan sebagai konstelasi dari pikiran, perilaku dan keluaran lainnya ketimbang suatu gangguan atau kecanduan (Caplan & High, 2011). Dijelaskan kembali oleh Caplan bahwa PIU mengarahkan individu untuk menggunakan internet secara berlebihan atau kompulsif dalam penggunaan internet sebagai media interaksi dengan komputer (Caplan,2003). Penggunaan internet yang berlebihan dimaksudkan adalah kuantitas atau derajat penggunaan internet yang sudah melebihi batasan jumlah waktu online yang normal atau yang mengendalikan aktivitasnya tanpa harus merasa bersalah saat tidak dapat mengendalikannya (Caplan, 2003). Maka dapat disimpulkan melalui penelitian Putri, 2013 dan berdasarkan teori (Caplan, 2003) bahwa seorang individu dikatakan mengalami Problematic Internet Use ketika menggunakan internet minimal 3 jam setiap harinya dan menunjukkan simptom-simptom problematic internet use pada kognisi dan perilaku individu yaitu mood alteration, perceived social benefits, perceived social control, withdrawl, compulsivity, exessive internet use dan negative outcomes. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Caplan (dalam Caplan, 2003) bahwa individu yang menggunakan internet secara berlebihan menganggap internet adalah cara untuk menghindar dari
permasalahan psikologis yang sedang dialaminya seperti masalah dengan teman, keluarga, relasi sosial, dan lain-lain. Seperti yang dikatakan oleh Young (2011) bahwa remaja mungkin menggunakan internet karena mereka ingin meringankan depresi, kecemasan, gangguan obsesifkompulsif, fobia, rasa bersalah, kesepian, perpecahan keluarga dan masalah lainnya. Sehingga permasalahan yang dihadapi tersebut, akan membentuk perilaku dalam penggunaan internet bermasalah atau Problematic Internet Use, seperti memiliki dorongan yang besar dalam melakukan aktifitas untuk berkomunikasi secara online dengan orang lain daripada tatap muka secara langsung (Davis, Flett & Besser, 2002). Selain penggunaan internet yang berlebihan membentuk perilaku yang bermasalah atau Problematic Internet Use, ternyata hasil penelitian oleh Stepanikova, et.al (dalam Putri, 2013) menunjukkan bahwa semakin lama individu menggunakan internet, maka semakin besar kemungkinan individu tidak puas akan kehidupannya. Dalam penelitiannya Valenzuela, et.al (dalam Kim & Lee 2011), mengemukakan bahwa pengguna Facebook memiliki motivasi yang bervariasi supaya mereka bisa memperoleh manfaat dari penggunaan Facebook tersebut. Setelah mereka memperoleh berbagai manfaat yang positif maka dapat dilihat bahwa ada kepuasan setiap penggunanya khususnya untuk pengguna Facebook di kalangan muda. Terlihat bahwa kepuasaan diri adalah bagian dalam subjective well-being, maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang positif antara penggunaan Facebook dengan subjective well-being. Myers (dalam Kim & Lee 2011) melihat kembali adanya hubungan antara Facebook dengan subjective well–being. Hal tersebut dijelaskan bahwa adanya kemungkinan bahwa pengguna Facebook akan memperoleh dukungan sosial dari temannya di Facebook dan hal ini memiliki hubungan yang positif dengan subjective well-being penggunanya, ketika mereka mendapatkan teman yang banyak dari Facebook maka mereka akan merasa bahwa dirinya memperoleh dukungan sosial yang banyak juga, sehingga membuat mereka merasa sangat bahagia. Subjective well-being mengarah pada kondisi psikologis seseorang yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam hal ini Caplan & High (2011) cenderung mengaitkan kondisi seseorang yang tidak memiliki subjective well-being dalam rutinitasnya bekerja sehingga memungkinkan orang tersebut harus mencari suatu kegiatan lain sebagai penggantinya. Bahkan pada tahapan ini biasanya anak-anak mulai menjadi dewasa dan akan meninggalkan rumah orang tua mereka, yang baik, maka orang tersebut akan lari kepada penggunaan internet yang berlebihan. Jika seorang remaja tersebut lari
pada penggunaan internet yang berlebihan maka mereka tidak akan berfungsi secara penuh terhadap kehidupannya dan berdampak pada subjective well-being yang rendah (Ryff & Singer, 1998). Berdasarkan hal diatas penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana subjective wellbeing (SWB) yang dikaitkan dengan problematic internet use (PIU) para remaja di Jakarta yang menggunakkan situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. 1.1
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah adalah apakah ada hubungan antara
problematic internet use dengan subjective well-being pada remaja pengguna Facebook atau Twitter di Jakarta ?
1.2
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan
antara problematic internet use dengan subjective well-being pada remaja pengguna Facebook atau Twitter di Jakarta