BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Anak berusia 0-6 tahun (golden age) perlu mendapat perhatian khusus, pada
masa tersebut merupakan masa terjadinya perkembangan dan pertumbuhan yang pesat sekaligus kritis karena merupakan langkah awal masa depan anak. Masa ini adalah suatu proses menuju kematangan fisik dan mental sehingga mereka siap menerima dan memberi respon terhadap stimulasi yang didapatkan dari lingkungan. Menurut Laurens (2004), lingkungan fisik sekitar seseorang sangat mempengaruhi mental dan perilakunya. Segala informasi dan stimulasi dari lingkungan akan langsung diterima sehingga memberikan pengaruh yang besar di kehidupan mereka (Suyadi, 2013). Dengan kata lain, lingkungan fisik memberi pengaruh penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Lingkungan awal yang mempengaruhi perkembangan anak tergolong menjadi dua yaitu: lingkungan rumah dan lingkungan luar rumah, lingkungan rumah terdiri dari aspek orang tua dan fisik dari rumah. Sedangkan lingkungan luar rumah adalah masyarakat, dan lembaga formal pendidikan yaitu taman kanak-kanak (TK). Definisi TK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun. Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan untuk mendidik anakanak menjadi generasi yang memiliki kualitas fisik, mental-spiritual, kecerdasan dan kepribadian yang sehat dan tangguh. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran merupakan salah satu dari hak anak, yang merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia sebagaimana yang termuat dalam UUD 1945 maupun Konvensi Hak-Hak Anak PBB yang telah diatur oleh undang-undang Indonesia di dalam Keppres No.36/1990. Namun pada penerapannya di indonesia hak anak belum sepenuhnya terjamin, terlindungi dan terpenuhi baik oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Pemenuhan hak-hak anak dapat dilaksanakan melalui empat prinsip: (a) non diskrimisasi, (b) kepentingan terbaik untuk anak, (c) hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan anak, serta (d) menghargai pendapat anak. Kondisi anak Indonesia sampai saat ini masih sangat memprihatinkan, masih terdapat banyak anak Indonesia yang hidup tanpa hak dan perlindungan yang layak.
1
2 Berdasarkan penelitian yang didukung oleh Badan Perserikatan BangsaBangsa (PBB) untuk Masalah Anak (Unicef), terdapat banyak anak-anak di Indonesia yang mendapatkan perlakukan buruk dan jumlah tidak kekerasan terhadap anak di Indonesia sangat tinggi. Pusat data dan Informasi Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Perlindungan Anak, 2005), melaporkan bahwa dalam tiga tahun (2004-2006) terjadi peningkatan kekerasan terhadap anak, baik kekerasan fisik, psikis maupun kekerasan seksual. Sementara itu, tempat terjadinya tidak kekerasan paling banyak adalah di lingkungan sosial 35,03%, rumah tangga 32,70% dan sekolah 32,27%. Tahun
Kekerasan fisik
Kekerasan Psikhis
Kekerasan seksual
2004
140
80
221
2005
233
176
327
1.
2006
247
451
426
Bent
T abel
uk dan jumlah kekerasan terhadap anak indonesia Sumber: Pusat data dan informasi Komisi Nasional Perlindungan Anak (2005)
Berdasarkan tabel tersebut diketahui pula bahwa setiap tahun terjadi peningkatan kekerasan terhadap anak lebih dari 50%. Alasan perlakuan kekerasan bisa karena unsur ketidaksengajaan, kecelakaan, maupun kesengajaan yang mengarah pada kriminal. Dampak kekerasan pada anak dapat terjadi pada jangka pendek maupun panjang, dari luka ringan hingga depresi mental maupun kematian (Gharini, 2004). Kekerasan terhadap anak dapat membawa dampak permanen bagi anak. Oleh karena itu, upaya mencegah dan menanggulanginya perlu dilaksanakan dengan segera. Secara yuridis formal, pemerintah melindungi anak-anak dari kekerasan sudah diamanatkan dalam UU Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak. Mengingat masih banyaknya terjadi kekerasan terhadap peserta didik, maka diperlukan pendekatan baru untuk menghindari maupun mengurangi kemungkinan terjadinya tindakan kekerasan terhadap peserta didik. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah penerapan sekolah ramah anak. Sekolah ramah anak adalah sekolah yang aman, bersih, sehat, hijau, inklusifdan
nyaman
bagi
perkembangan
fisik,
kognisi
dan
psikososial
anakperempuan dan anak laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus. Tujuan dari sekolah ramah anak adalah
3 pemenuhan Hak Pendidikan Anak (PHPA), agar semua anak tanpa terkecuali terpenuhi hak pendidikannya dan terhindar dari berbagai tindak kekerasan dan diskriminasi. Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam sekolah ramah anak, salah satunya adalah sarana dan prasarana di dalam sekolah. Bangunan pendidikan selama ini justru cenderung ikut memperlancar praktik-praktik kekerasan (wahono 2013) oleh karena itu dibutuhkan suatu desain khusus yang sesuai dengan standar sekolah ramah anak yang telah di tetapkan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang aman bagi anak.
4
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang terdapat
beberapa rumusan masalah yaitu: •
Bagaimana penerapan konsep sekolah ramah anak pada desain taman kanakkanak sehingga dapat menjamin keamanan, kesehatan dan berorientasi pada kebutuhan anak sesuai dengan standar sekolah ramah anak
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah untuk menghasilkan suatu desain yang sesuai
dengan konsep sekolah ramah anak dan dapat di terapkan kedalam desain taman kanak-kanak sehingga menghasilkan suatu desain taman kanak-kanak yang memenuhi aspek-aspek keamanan, kesehatan dan berorientasi pada kebutuhan anak.
1.4
Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam sinopsis ini adalah : 1.4.1 Ruang lingkup pembahasan •
Standar sarana dan prasarana bangunan Taman Kanak-kanak.
•
Konsep sekolah ramah anak
•
Standar bangunan taman kanak-kanak yang sesuai dengan konsep sekolah ramah anak
1.4.2 Ruang lingkup lokasi
Lokasi tapak
Gambar 1. Lokasi tapak
5 Sumber: Google earth
Alamat
: JL. Chandraca 1 Kel. Baru, Kec. Pasar rebo
Luas tapak
: 2000m2
KDB
: 40%
KLB
: 1.8
Maksimal tinggi bangunan
: 4 lantai
Peruntukan bangunan
: Suka sarana pendidikan
1.5
State of the art Menurut carrie green dalam jurnal Designing and building healthy places for
children 338 Int. J. Environment and Health, Vol. 2, Nos. 3/4, 2008. Desain dan konstruksi dari lingkungan binaan memiliki implikasi yang luas bagi kesehatan anakanak. Tempat yang sehat harus melindungi anak-anak dari cedera, polusi dan penyakit, memberikan anak-anak dengan tempat untuk menjadi aktif secara fisik, bermain dan berhubungan langsung dengan alam, dan memberikan proyeksi masa depan yang berkelanjutan. Bangunan merupakan komponen penting dari lingkungan binaan, di mana banyak anak-anak menghabiskan banyak waktu mereka. Lingkungan yang dibangun aman dan sehat dapat membantu mencegah beberapa masalah kesehatan yang paling umum dari masa kanak-kanak dengan melindungi anak-anak dari cedera, mengurangi polutan dan paparan penyakit dan memberikan anak-anak tempat untuk bermain dan aktif. Memperbaiki lingkungan dibangun untuk anak-anak mengharuskan masyarakat dan profesional dari berbagai bidang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan International Journal of Early Childhood Environmrntal Education.Copiright North American Association for Environmental Education. EISSN: 2331-04064 A sense of autonomy in young childern’s special place pada usia dini, seorang anak memiliki hubungan yang unik dengan tempat yang dia anggap spesial. Seorang anak membedakan tempat berdasarkan pengalaman dan perasaan yang dia rasakan di tempat tersebut. Pada waktu anak berusia dini adalah waktu yang paling signifikan ketika aspek yang dari identitas anak-anak yang lebih stabil dikembangkan, aspek-aspek tersebut yaitu pikiran, perasaan dan keyakinan tentang lingkungan fisik (Chawla, 1992; Proshansky & Fabian, 1987). Temuan dalam studi ini bertujuan mengurangi koneksi anak-anak dengan alat-alat permainan elektronik yang dapat mengganggu kesehatan dan menimbulkan sifat individualis. Dengan
6 merancang ruang yang memungkinkan anak-anak untuk mengklaim tempat mereka sendiri, membuat aturan mereka sendiri, melatih kreativitas dan imajinasi, dan memungkinkan untuk pengembangan kompetensi lingkungan, orang dewasa dapat lebih mendukung anak-anak dalam membina identitas tempat mereka dan hubungan positif dengan alam. Menurut IOSR Journal Of Humanities And Social Science (JHSS). ISSN: 2279-0837, ISBN: 2279-0845. Volume 6, Issue 2 (Nov. - Dec. 2012), PP 01-05 www.Iosrjournals.Org Design Compatibility of Classroom furniture in Urban and Rural Preschools desain perabot Kelas dapat mempengaruhi kegiatan pendidikan karena merupakan komponen penting dalam setiap kelas yang membantu dalam menyediakan lingkungan kelas yang nyaman dan fungsional untuk anak-anak. Desain perabot yang tidak benar dapat mengakibatkan postur cacat yang dapat mempengaruhi prestasi akademik anak-anak. Menurut Jurnal pengaruh interior ruang belajar dan bermain terhadap kognitif afektif dan psikomotorik anak di taman kanak-kanak (Wulan Astrini) Perkembangan anak meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh lingkungan (interior) ruang belajar dan bermain di taman kanak-kanak (TK). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian antara teori dengan penerapan elemen-elemen interior ruang belajar dan bermain di TK Negeri Pembina Malang, serta menganalisa pengaruh elemen-elemen interior tersebut terhadap kognitif, afektif,dan psikomotorik anak didiknya. Bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang khas dari lingkungannya tadi (Mönks, 1999:11). Perilaku itu juga merupakan
perwujudan
dari
aspek
perkembangan
kognitif,afektif,
dan
psikomotoriknya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kesesuaian antara teori dengan penerapan elemen-elemen interior ruang belajar dan bermain di TK Negeri Pembina Malang menunjukkan bahwa 74,4 % sesuai dengan teori dan 87 % sesuai dengan pedoman Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Analisa pengaruh elemen-elemen interior ruang belajar dan bermain di TK Negeri Pembina Malang terhadap kognitif, afektif, dan psikomotorik anak didiknya menunjukkan bahwa kognitif, khususnya kreativitas, dipengaruhi oleh warna dan dekorasi dinding, tekstur lantai, tekstur dan dekorasi plafon, serta warna perabot.
7 Lingkungan Ramah Anak pada Sekolah Taman Kanak-Kanak. Ayu Oktira Diyanti, Chairil Budiarto Amiuza, Triandriani Mustikawati Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya membahas tentang lingkungan ramah anak pada sekolah Taman Kanak-Kanak. Lingkungan TK harus menyediakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang dan karakteristik anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kriteria lingkungan ramah anak pada sekolah TK. Dari penelitian ini diketahui bahwa kriteria lingkungan ramah anak pada sekolah TK meliputi tiga faktor, yaitu keamanan, kenyamanan, dan stimulasi pada elemen ruang luar dan ruang dalam sebuah TK. Penerapan faktor-faktor tersebut pada desain sekolah TK meliputi elemen ruang luar dan ruang dalam TK. Lingkungan ramah anak adalah konsep multidimensional yang kondusif untuk belajar, dan menyediakan sarana yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak. (UNICEF, 2009). Oleh karena itu, lingkungan yang ramah anak perlu diaplikasikan dalam bangunan sekolah, dalam hal ini adalah TK. Dari seluruh komponen pada ruang luar, yang mempengaruhi kegiatan belajar dan bermain anak adalah tata massa, bidang pembatas, sirkulasi, tata hijau, dan alat bermain (Olds, 2001).
8
9
9