Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang perlu berkomunikasi dengan sesama, salah satunya menggunakan media bahasa yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan suatu pesan. Bahasa telah diciptakan oleh manusia sejak zaman dahulu dan berkembang hingga sekarang ini dan pasti akan terus berkembang. Karena itu, banyak sekali manusia yang mempelajari bahasa. Menurut Parera (1991:19-20) : linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek pembicaraan dan penelitian ilmu dan ilmu yang memilih bahasa menjadi objek analilsis dan penelitiannya . Dan menurut Keraf (1997:1) bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol dan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dari dua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa itu terdiri dari beberapa jenis, bahasa dibagi menjadi dua yaitu bahasa lisan yang biasanya kita gunakan dalam percakapan sehari-hari dan kedua adalah bahasa tulisan seperti yang digunakan dalam karya sastra. Di dalam bahasa lisan, biasanya tidak terlalu ditekankan pada penyusunan gramatikal atau tata bahasa yang baik dan benar. Biasanya yang dibutuhkan adalah pendengar mampu memahami apa yang dimaksud oleh pembicara. Susunan gramatikal dalam bahasa lisan tidaklah sesuai dengan polanya, biasanya pendengar tetap mampu memahami maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara. Oleh karena itu, bahasa lisan lebih menekankan pada makna yang ingin disampaikan daripada penyusunan gramatikal yang benar. Berbeda dengan bahasa lisan, pemakaian gramatikal dalam bahasa tulisan yang baik dan benar sangatlah dibutuhkan. Sehingga makna yang ingin disampaikan pun dapat dipahami dengan benar. Parera (1997:108) menyebutkan bahwa orang yang belajar secara otodidak akan langsung melakukan kesalahan terjemahan, kesulitan dalam berbahasa, dan sisa kebiasaan dari bahasa pertama atau bahasa asli. Bahasa asli adalah bahasa yang telah kita dapatkan semenjak saat lahir, yang diajarkan oleh orang tua dalam kehidupan sehari – hari, pada saat kita mempelajari bahasa aslipun kita akan sering mengalami kesalahan terjemahan, kesalahan berbicara, dan kesalahan lainnya, begitu 1
2 pula dengan bahasa asing. Di zaman seperti ini kita harus mempelajari beberapa bahasa untuk berkomunikasi, bahkan lebih dari satu bahasa yang harus kita pelajari dizaman ini. Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Bahasa – bahasa yang mendunia saat ini adalah Inggris, Mandarin, dan Jepang salah satunya, oleh karena itu alangkah baiknya bila kita dapat menguasai bahasa – bahasa tersebut untuk berkomunikasi secara nasional dan internasional. Bahasa memiliki bunyi yang berbeda – beda dalam bahasa jepang disebut hatsuon (発音) tidak hanya itu, bahasa Jepang juga memiliki tiga penulisan yaitu hiragana, katakana, dan juga kanji, oleh karena itu bahasa Jepang menjadi bahasa yang cukup sulit untuk dipelajari. lisan, Menurut Sudjianto (2004:14), dilihat dari aspek kebahasaan, bahasa Jepang memiliki karakteristik tertentu yang dapat kita amati dari huruf yang digunakan, sistem pengucapan, gramatikal, ragam bahasa dan kosa kata. Dalam mempelajari bahasa Jepang, banyak sekali pelajar bahasa Jepang yang mengalami kesulitan dalam mengartikan dan membedakan suatu kalimat ini disebabkan oleh pola kalimat dalam bahasa indonesia selalu dimulai dengan subjek, objek dan predikat, sedangkan bahasa Jepang adalah kebalikannya dari bahasa Indonesia yaitu subjek, predikat dan objek. Menurut Matsuoka dan Takubo (1992:8) kelas kata dalam bahasa Jepang ada 11 yaitu: 1. Meishi (名詞) merupakan sekelompok kata yang menunjukkan nama suatu tempat, benda, orang, peristiwa, atau keadaan. Meishi tidak dapat berubah bentuk, namun dapat berdiri sendiri dan dapat menjadi objek. 2. Doushi (動詞) adalah kata kerja atau verba, yaitu kelompok kata yang dapat mengalami perubahan dan menempati posisi predikat pada kalimat. 3. Keiyoushi ( 形 容 詞 ) atau adjektiva adalah kata yang menunjukkan bermacam situasi atau kondisi, serta berfungsi untuk menerangkan sifat.
3 4. Shiijishi (指示詞) adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan tempat atau benda yang berada disekitar pembicara atau pendengar. 5. Hanteishi ( 判 定 詞 ) yaitu kata yang menggabungkan nimina untuk membentuk sebuah predikat. Hanteishi dibagi menjadi 3, yaitu 「だ」、「であ る」serta「です」. 6. Rentaishi (連体詞) atau prenomina adalah kata yang secara keseluruhan memiliki fungsi untuk memodifikasi nomina. 7. Fukushi (副詞) adalah adverbia, yaitu kata-kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbial lain. Fukushi tidak dapat berubah bentuk dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana atau perasaan penutur. 8. Setsuzokushi (接 続 詞 ) atau konjugasi adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan berfungsi untuk menyatakan hubungan antar kalimat atau bagian kalimat, atau menyatakan hubungan antara frase dengan frase lain. Setsuzokushi tidak bisa menajdi subjek, objek, predikat, ataupun kata yang menerangkan kata lain, serta tidak dapat mengalami perubahan bentuk. 9. Kandoushi ( 感 動 詞 ) atau interjeksi adalah kata yang pada umumnya menyatakan ekspresi, perasaan, cara memanggil, cara menjawab dan sebagainya. Kandoushi tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat menjadi subjek, serta tidak dapat mengalami perubahan bentuk. 10. Joshi (助詞) adalah partikel dalam bahasa Jepang dan merupakan kata yang tidak dapat berdiri sendiri serta tidak dapat mengalami perubahan bentuk. Joshi masuk ke dalam kelompok kata Fuzokugo,yaitu kata yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak memiliki makna saat berdiri sendiri. Joshi berfungsi untuk menyambung kata-kata Jiritsugo, yaitu kata yang dapat berdiri sendiri dan dapat memiliki makna tanpa memerlukan kata lain. Dalam pembentukan kalimat bahasa jepang dan juga berperan dalam menentukan makna kalimat tersebut. 11. Jodoushi (助動詞) adalah verba bantu yaitu kata yang tidak dapat berdiri sendiri dan dapat berubah bentuk serta banyak melekat pada doushi, keiyoushi, dan juga pada Jodoushi lain. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis memilih tema mada yang termasuk ke dalam fukushi, meneliti pengunaan fukushi mada, yang banyak terdapat drama Dragon Zakura tahun 2005
4 Drama Dragon Zakura ini Menceritakan mengenai seorang pengacara yang sangat miskin, dengan kondisi rumah yang sangat berantakan dan tidak memiliki cukup uang bernama Kenji Sakuragi dan ia memiliki ide untuk bangkit dari keterpurukan. Ia melihat lowongan guru di SMA Ryuuzan yang terkenal karena sekolahnya yang dicap sebagai “sekolah anak-anak bodoh”. Yang hanya memiliki nilai rata – rata 36, dan selalu di ejek oleh sekolah lainnya. Hampir tidak ada kemungkinan para murid di SMA Ryuuzan untuk masuk di Universitas ternama di jepang, terlebih lagi Universitas Tokyo yang sangat terkenal dan ketat sistem penerimaannya dan kebanyakan di isi oleh murid - murid yang pandai. Namun Kenji Sakuragi optimis bahwa ia bisa membuat murid di SMA Ryuuzan untuk masuk di Universitas tersebut. Tidak hanya satu murid tapi lima murid. Yaitu Yajima Yusuke, Mizuno Naomi, Kobayashi Maki, Ogata Hideki, Kosaka Yoshino. Masalah mulai muncul karena tidak ada murid yang tertarik untuk bergabung dalam proyek ambisius Kenji, mereka kebanyakan sudah pesimis sebelum memulai. Lalu Kenji berusaha keras dengan melakukan hal – hal agar ada murid yang berminat masuk keadalam kelas special yang ia buat, setelah beberapa minggu murid – murid itu mulai mencoba untuk masuk ke kelas itu, mereka tetap terlihat malas dan enggan untuk belajar, tetapi Kenji berusaha keras membangun semangat para muridnya untuk bertarung, setidaknya bertarung dengan diri mereka sendiri untuk bangkit dan meraih masa depan yang lebih baik dengan cara masuk ke universitas Tokyo atau disebut Todai.
1.2 Masalah Pokok Permasalahan yang ingin penulis bahas dalam penelitian ini adalah penggunaan fukushi mada yang terdapat dalam drama Jepang.
1.3 Formulasi Masalah Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi, Makna fukushi mada dalam drama dan Situasi dan penggunaan fukushi mada yang berbeda dalam drama yang sesuai fungsi mada pada drama Dragon Zakura.
1.4 Ruang Lingkup permasalahan
5 Dalam penelitian ini penulis ingin meneliti penggunaan fukushi mada sebagai kata keterangan pendukung verba, yang terdapat dalam drama Dragon Zakura karya Renpei Tsukamoto tahun 2005
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk menjelaskan yang dimaksud fukushi, dan membahas fungsi dan cara penggunaan fukushi mada kepada pembaca, agar memudahkan pembaca untuk mempelajari fukushi mada dalam bahasa Jepang karena mada memiliki berbagai macam cara pemakaiannya, serta arti yang berbeda dalam setiap kalimat.
1.6 Tinjauan Pustaka Fukushi adalah adjektiva atau kalimat yang membantu menerangkan adverbia lain, Pengertian Fukushi (副詞) Adverbia adalah merupakan salah satu golongan kelas kata dalam bahasa Jepang. Kelas kata tersebut meliputi verba, nomina, adjektiva, adverbia dan sebagainya. Di dalam bahasa Jepang yang dimaksud dengan adverbia menurut Masuoka dan Takubo (1989:38) adalah kata yang pada prinsipnya berfungsi sebagai kata keterangan predikat. Berikut juga penjelasan tentang jenis adverbia menurut Masuoka dan Takubo (1989) Tensu-asupekuto no fukushi adalah, adverbia yang digunakan untuk menyatakan waktu terjadinya suatu kejadian atau peristiwa. Di dalam adverbia jenis ini terdapat tensu no fukushi yang dimaksudkan untuk menerangkan waktu terjadinya peristiwa tersebut sebagai dasar patokan waktu yang diujarkan. Adverbia yang termasuk pada kelompok ini antara lain katsute, izure, moosugu, korekara, sakihodo, nochihodo dan lain-lain. Jenis adverbia lainnya adalah asupekuto no fukushi yakni adverbia yang digunakan untuk menyatakan suatu hal atau perkara yang berhubungan dengan terjadinya serta berkembangnya suatu peristiwa, seperti tentang urutannya, permulaannya, kelanjutannya serta berakhirnya suatu peristiwa. Adverbia yang termasuk pada kelompok ini di antaranya adalah imanimo, sudeni, mou, tokkuni, choodo, mada, zutto, shidaini, dandan, masumasu, yatto, toriaezu, ikinari, futatabi, hajimete, shibaraku dan lain-lain. Tensu-asupekuto no fukushi adalah, adverbia jenis ini terdapat tensu no fukushi yang dimaksudkan untuk menerangkan waktu terjadinya peristiwa tersebut sebagai dasar patokan waktu yang diujarkan seperti fukushi mada
6 Fukushi mada termasuk fukushi yang rumit karena bisa berarti belum, juga bisa berarti masih, dan lainnya, dan sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Contoh: 1) 一年に日本語を勉強しましたがまだ詳しくわかりません Terjemahan : Sudah 1 tahun belajar bahasa jepang, tetapi belum terlalu mengerti mada ada dalam contoh tersebut menyatakan bahwa belum yang di ikuti dengan kata kerja negative 2) 私はまだその店が手伝いますから明日はいけません。 Terjemahan : Karena saya masih membantu toko itu, besok saya tidak bisa pergi Mada dalam kalimat tersebut menyatakan masih, dan di ikuti dengan kata kerja positif. Dengan banyaknya fungsi dan penggunaan dengan yang berbeda hal ini tentu saja menjadi salah satu kendala dalam mempelajari bahasa Jepang, karena kesalahan atau kekeurangan dalam merangkai suatu kata dapat berakibat fatal bagi pembelajar itu sendiri terlebih jika digunakan ketika berkomunikasi dengan orang Jepang akan terjadi kesalahpahaman.