BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di DKI Jakarta bertambah tiap tahunnya. Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kepadatan penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010 adalah 14.518, sedangkan pada tahun 2013 angka kepadatan penduduk DKI Jakarta menjadi 15.015. Terjadi peningkatan selama tiga tahun terakhir. Menurut Eny Endang Surtiani (2006:1), tingginya jumlah penduduk di pusat kota mengharuskan terpenuhinya kebutuhan akan permukiman yang layak huni. Tempat tinggal adalah salah satu hal yang manusia butuhkan. Di Jakarta tempat tinggal bukanlah hal yang mudah didapat dan menjadi salah satu Hal mewah yang sulit didapatkan bagi masyarakat ekonomi rendah. Masyarakat ekonomi rendah ini memilih untuk membangun sendiri tempat tinggalnya di tanah kosong yang bukan milik mereka (illegal). hal ini mengakibatkan lahan kosong tersebut tumbuh menjadi kawasan yang tidak tertata dan menjadi kawasan kumuh yang tidak layak huni. Data yang didapat dari Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2014, masih terdapat 264 RW Kumuh di DKI Jakarta. Hal ini sangatlah tidak baik mengingat DKI Jakarta adalah ibu kota yang seharusnya memberikan kawasan tempat tinggal yang layak huni untuk masyarakat. Salah satu permukiman kumuh yang ada di Jakarta Selatan berada di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Permukiman ini masuk dalam kategori kumuh karena menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) permukiman kumuh memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Kondisi perumahan kepadatan tinggi dan ukuran relatif kecil. 2. Atap rumah di permukiman kumuh biasanya dari bahan yang sama dengan dinding. 3. Kualitas rumah ada yang tidak permanen. 4. Kerapatan bangunan tinggi dan tidak teratur. 5.
Prasarana jalan yang sangat terbatas kalaupun ada berupa gang-gang sempit yang berliku-liku.
6. Tidak ada saluran drainase dan penampungan sampah. 1
2 Dari teori di atas, permukiman yang berada di Jl. Simprug Golf 2 ini masuk dalam kategori permukiman kumuh. Hal ini dikarenakan tempat tinggal di permukiman tersebut berukuran relatif kecil, atap rumah dan dinding menggunakan material yang sama, kualitas rumah ada yang tidak permanen, kerapatan bangunan tinggi dan tidak teratur, banyaknya gang-gang sempit. Tabel 1 Keadaan Permukiman
No
Gambar
1
Keterangan Ukuran rumah relatif kecil sehingga tangga rumah diletakkan di luar dan berukuran kecil (tidak sesuai dengan ukuran standar tangga).
Sumber: Hasil Olah Pribadi
2
Atap rumah dan dinding menggunakan material yang sama.
Atap terbuat dari seng. Dinding terbuat dari triplek dan seng yang tidak permanen. Sumber: Hasil Olah Pribadi
3
Kepadatan bangunan tinggi dan tidak teratur sehingga ada bangunan yang terletak di beakang hanya memiliki akses gang kecil.
Sumber: Hasil Olah Pribadi
3 No
Gambar
Keterangan
4
Banyaknya gang-gang sempit.
Sumber: Hasil Olah Pribadi Sumber: Hasil Olah Pribadi
Menurut Undang – Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman Bab III Pasal 5 Ayat 1 bahwa setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW) permukiman kumuh ini berdiri di lokasi di mana peruntukan sesungguhnya adalah untuk jalan raya. Upaya yang tepat untuk diterapkan pada permukiman kumuh di Kebayoran Lama yaitu relokasi. Menurut Pedoman Pedoman Pelaksanaan Peremajaan Di Atas Tanah Negara; Instruksi President Republik Indonesia, Nomer 5 Tahun 1990, relokasi adalah pemindahan suatu kawasan permukiman dari suatu lokasi ke lokasi lain dengan melakukan pembongkaran sebagian atau seluruh permukiman yang ada di atas tanah negara atau tanah perorangan untuk dibangun kembali dengan prasarana dan fasilitas lingkungannya bertujuan mendorong penggunaan tanah yang lebih efisien, meningkatkan tertib bangunan memudahkan penyediaan prasarana dan fasilitas lingkungan permukiman yang diperlukan serta mewujudkan kawasan kota yang ditata secara lebih baik sesuai dengan fungsinya sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang kotanya. Sehingga permukiman kumuh tersebut dipindahkan ke lokasi yang peruntukannya sesuai untuk tempat tinggal.
4
Gambar 1 Lokasi Permukiman Kumuh Sumber: www.maps.google.com pada 5 Maret 2015
Gambar 2 Peta Tata Kota di Kebayoran Lama Sumber: www.sosialisasirdtrdkijakarta.com pada 5 Maret 2015
Permukiman kumuh ini akan dipindahkan ke daerah yang peruntukannya untuk hunian yang berada di Jl. Teuku Nyak Arief, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Luas lokasi ± 1.07 Ha dan pemukikan sebelumnya, jarak antara lokasi permukiman kumuh dan lokasi yang akan digunakan untuk relokasi permukiman tersebut adalah ± 800 m. Tapak baru ini memiliki karakteristik yang mirip dengan tapak lama, di mana lokasi tapak berdekatan dengan mall dan perkantoran, dan berada di pinggir jalan.
Gambar 3 Peta Lokasi Sumber: Hasil Olah Pribadi
5 Menurut Bapak Djauhari Sumintardja, desain relokasi permukiman haruslah memiliki kelebihan dibanding dengan pemuiman sebelumya, agar kualitas hidupan penduduk permukiman kumuh tersebut meningkat sesuai dengan Undang – Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman Bab III Pasal 5 Ayat 1 bahwa setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur.
Gambar 4 Tata Kota di Kebayoran Lama Sumber: www.sosialisasirdtrdkijakarta.com pada 5 Maret 2015
Jumlah penduduk yang bertempat tinggal di permukiman kumuh ini adalah sebanyak 1.082 jiwa dalam luas wilayah ± 1.6 Ha. Dalam peraturan Tata Cara Perencanaan Lingkungan, jumlah penduduk per-Ha dalam permukiman kumuh tersebut tergolong sangat padat, sehingga disyaratkan untuk dibangun rumah susun. Tabel 2 Kebutuhan Rumah Susun Berdasarkan Kepadatan Penduduk
Sumber: SNI 03-1733-2004 pada 16 Maret 2015
Adi Purnomo dalam bukunya yang berjudul Relativitas menyataan bahwa dari hasil survei pengadaan rumah susun sebagai suatu pilihan untuk meniadakan permukiman kumuh belumlah tepat sasaran. Penghuni rumah susun selalu beralih ke
6 stara sosial ekonomi yang lebih tinggi.
Hal ini dikarenakan karena penghuni
permukiman kumuh tersebut tidak mampu dan tidak ingin pindah ke rumah susun tersebut. Salah satu kriteria yang tertera dalam SNI bahwa untuk merencanakan bangunan rumah yang memenuhi persyaratan teknis kesehatan, keamanan, dan kenyamanan adalah mengetahui karakteristik nilai sosial budaya yang membentuk kegiatan berkeluarga dan kemasyarakatan. Sehingga dalam perancangan bangunan rumah susun diperlukan karakteristik penduduk yang akan meninggali rumah susun tersebut. Sehingga dari hasil penjelasan di atas bahwa demi meningkatkan kualitas hidup manusia maka permukiman kumuh yang tidak layak huni akan dan berada di tempat yang peruntukannya tidak untuk hunian akan dilakukan relokasi dengan membangun rumah susun di tempat yang peruntukannya untuk hunian yang memperhatikan karakteristik penduduk di permukiman kumuh tersebut untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka.
1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah desain relokasi permukiman kumuh yang memperhatikan karakteristik penduduk?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan desain relokasi permukiman kumuh yang memperhatikan karakteristik penduduk.
1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup materi studi yang akan dikaji dalam penyusunan laporan ini dibatasi mengenai identifikasi dan analisa aspek-aspek sebagai berikut: 1. Karakteristik penduduk di permukiman kumuh Menganalisa kondisi sosial dan ekonomi dengan mengidentifikasi kegiatan penduduk, serta jenis pekerjaan mereka yang mempengaruhi kondisi tempat tinggal. Serta melihat kepadatan penduduk dan jumlah penghuni yang tinggal di kawasan tersebut yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan.
7 2. Karakteristik hunian di permukiman kumuh Menganalisa dan mengidentifikasi fungsi dan kegiatan yang terjadi di dalam hunian dan sekitar hunian yang nantinya akan berpengaruh terhadap desain bangunan. 3. Studi lokasi lama di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Menganalisa dan mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh Kebayoran Lama unutk mengetahui kondisi permukiman baik aktifitas yang terjadi di dalam lingkungan maupun di sekitar kawasan tersebut yang data mempengaruhi kondisi lingkungan permukiman. Serta melihat ketersediaan sarana dan prasarana dalam kawasan permukiman kumuh tersebut. 4. Studi lokasi baru di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Menganalisa dan mengidentifikasi karakteristik lokasi baru yang akan digunakan untuk relokasi untuk mengetahui kondisi di sekitar lokasi tersebut yang dapat mempengaruhi kondisi lokasi yang akan dibangun rumah susun nantinya. Ruang lingkup penelitian ini berdasarkan dari segi arsitektural yang bertujuan untuk menganalisa dan mengidentifikasi kawasan dan mencoba untuk memberikan solusi dari segi arsitektural dalam penataan kawasan permukiman kumuh tersebut.
1.5 State of The Art 1. Judul buku Judul jurnal
: Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 7, No. 2, Tahun 2007. : Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan Lingkungan Perumahan dan Permukiman yang Sehat.
Penulis
: Asep Hariyanto
Link
: http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/pwk/article/vie w/17761/17725
Tanggal akses 2. Judul jurnal
: 17 Desember 2014 : Peremajaan Permukiman Kumuh di DKI Jakarta
Penulis
: Agus Dharma
Link
: http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/7030 /1/PEREMAJAAN%20PERMUKIMAN%20KUMUH%20DI %20DKI%20JAKARTA.pdf
Tanggal akses
: 26 Oktober 2014
8 3. Judul buku Judul jurnal
: Slum, Urban Decline, and Revitalization Vol. 7, Hal. 83- 94 : Comparing Urban Revitaliza-tion In The United States and West Gemany
Penulis
: C. S. Yadav
Link
:
http://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=Z3TyE0 b_tqYC&oi=fnd&pg=PR5&dq=revitalization+slum&ots =sVh4Q0PIoJ&sig=kA7cbTgVKB7EVYNXBIHzgehllQ&redir_esc=y#v=onepage&q=revitalization%20sl um&f=false
Tanggal akses 4. Judul buku Judul jurnal
: 18 Desember 2014 : Human Ercology Vol. 28, No. 1-2, Hal. 55-58, Tahun 2010 : Growth and Residential Conditions of A Slum Community In Colombo, Sri Lanka
Penulis
: Shuji Sueyoshi, Ryutaro Ohtsuka
Link
: https://www.jstage.jst.go.jp/article/jhe1972/28/1-2/28_12_55/_article
Tanggal akses 5. Judul buku
: 26 Oktober 2014 : Informal Settlement and Affordable Housing Vol 1-3, Hal. 11-23, Tahun 2009
Judul jurnal
: Re-housing Slum Dwellers: A Conceptional Approach of Homes
Penulis Link Tanggal akses
: Gusti Ayu Made Suartika : http://www.irbnet.de/daten/iconda/CIB_DC25372.pdf : 18 Desember 2014
Dari kelima jurnal di atas didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Peremajaan kota (urban renewal) biasanya dimaksudkan untuk mengubah daerah permukiman kumuh dengan mengisi dan membangun prasarana dan sarana yang sesuai dengan peruntukan lahannya sehingga layak untuk dihuni penduduk maupun untuk menampung aktivitas lainnya dan sekaligus memperindah penampilan (wajah) kota. Prasarana dan sarana yang dimaksud bisa berupa perumahan, bangunan komersial, jaringan air bersih, drainase, persampahan, jaringan air limbah, dan prasarana lainnya. Bentuk kegiatan peremajaan kota tersebut antara lain :
9
1. Pembangunan Rumah Susun Pembangunan rumah susun ini diprioritaskan pada kawasn-kawasan kumuh yang tingkat kekumuhannya sudah sangat tinggi (K4) 2. Pembangunan Rumah Susun Sewa Pembangunan ini untuk kawasan kumuh dengan tingkat kekumuhan cukup kumuh sampai sangat kumuh (K2 – K4). 3. Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (RsH) Program ini dirasakan cocok untuk menangani kawasan kumuh (K2) 4. Program Perbaikan Kampung (KIP) Kawasan kumuh dengan tingkat kekumuhan kurang kumuh (K1) sampai Kumuh (K3) 5. Pembongkaran atau Penggusuran Rumah-Rumah Liar di Bantaran / Sempadan Kegiatan ini bertujuan untuk mengamankan bantaran / sempadan sebagai kawasan lindung (konservasi) dari bahaya banjir disamping menjaga keindahan kota. 6. Program Land Consolidation Program land consolidation adalah suatu program peremajaan kawasan permukiman di atas lahan yang selama ini telah dimanfaatkan sebagai lokasi permukiman. 7. Relokasi Relokasi adalah suatu program penataan kawasan permukiman kumuh melalui
pemindahan
penduduk.
Pemindahan
penduduk
dilakukan
dikarenakan kawasan tersebut berada pada kawasan tidak layak sehingga perlu direhabilitasi dan dapat memberikan nilai ekonomi, sosial, dan estetika serta fisik lingkungan bagi kehidupan kota. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam peremajaan, diantara lain: - Tersedianya lahan dan perumahan yang legal dan layak dengan waktu pembangunan yang relatif cepat - Tersedianya sarana & prasarana permukiman untuk para penghuni permukiman yang baru dibangun - Terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, dan teratur
10 - Kedekatan dengan tempat kerja dan adanya jasa transportasi yang terjangkau Pada bangunan baru yang akan dibuat harus memiliki stuktur yang kuat dan area permukiman kumuh tersebut haruslah ditunjang dengan jalan yang memudahkan transportasi menuju ke sana. Keadaan permukiman yang lebih tertata dan layak. Untuk mengatasi keterbatasan lahan yang ada, bangunan dibuat ruang yang multi fungsi sehingga dapat memperkecil penggunaan lahan. Dalam peremajaan permukiman kumuh seHaruhnya tidak hanya dari segi teknik saja tetapi juga mendengarkan aspirasi masyarakat permukiman kumuh tersebut. Dalam menata ulang permukiman kumuh gaya hidup, perilaku, hubungan sosial, sejarah masyarakat permukiman kumuh tersebut menjadi hal yang harus diperhatikan. Ada Sembilan unsur rumah yang harus diperhatikan: 1. Rumah dibuat untuk melindungi manusia dari alam seperti bencana, iklim, dan lain-lain. 2. Melindungi pemilik rumah dari bahaya luar seperti penjahat dan hal-hal yang tidak diinginkan. 3. Ada taman atau area hijau di tapak rumah tersebut. 4. Rumah memiliki tempat ibadah atau hal-hal yang sakral sesuai kepercayaan. 5. Rumah menjadi tempat pulang dan berlindung. 6. Rumah memiliki nilai seni. 7. Rumah erat kaitannya dengan fasade, hal ini dikarenakan fasade adalah bagian terluar bangunan yang menjadi muka bangunan. 8. Rumah terbentuk karena fungsinya. 9. Rumah erat kaitannya dengan industri.
11