BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang hidupnya tidak bisa sendiri atauhidupnya
bergantung satu sama lain. Hal itu disebabkan oleh adanya dorongan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya, tunduk pada aturan dan norma yang berlaku, selalu memiliki kebutuhan untuk bantuan dari manusia lainnya, dan potensi manusia akan benar-benar hidup jika berada di antara manusia lainnya (Setiadi, 2005). Untuk bersosialisasi, manusia membutuhkan agen sosialisasi. Menurut Jaeger (dalam Andersen dan Taylor, 2007: 34), ada 4 macam agen sosialisasi, yaitu keluarga, teman, media massa, dan lembaga pendidikan. Keluarga adalah perantara sosialisasi pertama yang paling penting untuk tumbuh berkembang sebagai seorang anak. Di dalam bahasa Jepang, keluarga disebut sebagai kazoku (家族). Nakane (dalam Tobing, 2006 : 74) menjelaskan bahwa kazoku adalah “badan alamiah dari kehidupan”, yaitu hubungan yang bukan hanya karena adanya ikatan pertalian darah dan pertalian keturunan, tetapi juga karena adanya ikatan dalam hubungan kerjasama perekonomian. Di sini, pengertian kazoku hampir sama dengan pengertian family yang ada pada keluarga Barat. Befu (dalam Tobing, 2006 : 74) mendefinisikan kekerabatan keluarga ataukazoku yang diatur dalam Undang-Undang Perdata Meiji yakni “unit domestik dari orang-orang yang mempunyai hubungan darah ataupun juga ikatan perkawinan”. Befu lalu menjelaskan bahwa istilah kazoku jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi family namun, pengertiannya mendekati istilah Setai (rumah tangga) maupun Ie. Keluarga yang ideal adalah keluarga yang memiliki orang tua yang terdiri dari ayah serta ibu, dan satu anak atau lebih. Didalam keluarga yang ideal terdapat dua individu yang berperan penting yaitu peran ayah dan peran ibu. Peran ibu antara lain memenuhi kebutuhan biologis dan fisik, merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, kasih sayang dan konsistensi, mendidik, mengatur dan mengendalikan anak, dan menjadi contoh dan teladan bagi anak. Peran ayah antara lain sebagai pencari nafkah, sebagai suami yang penuh pengertian. Selain itu, peran ayah juga bisa 1
2
berpartisipasi dalam pendidikan anak, serta sebagai pelindung atau sosok yang bijaksana, pengasih, dan tegas (Gunarsa dalam Soekanto, 2003: 12). Umumnya, setiap keluarga memiliki latar belakang yang berbeda. Karena itu, pola asuh terhadap anak pun berbeda juga. Pola asuh adalah sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya (Kohn dalam DeLamater dan Ward, 2013: 98). Sikap orang tua yang dimaksud meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, dan cara orang tua menunjukkan otoritasnya juga memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Menurut Baumrind (dalam Widyarini, 2009 : 11) ada tiga bentuk pola asuh, yaitu pola asuh authoritarian (otoriter) yakni pola asuh orang tua yang kaku; pola asuh authoritative (demokratis) yaitu pola asuh dengan keterbukaan dan kebebasan berpendapat; dan pola asuh permissive (permisif) yakni kebebasan yang menyeluruh pada diri sang anak. Seorang anak dapat membentuk kepribadiannya sesuai dengan kondisi dan situasi keluarganya. Kepribadian dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi personality. Berasal dari bahasa latin “persona”, yang berarti kedok atau topeng. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepribadian adalah sifat hakiki yg tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yg membedakannya dari orang atau bangsa lain. Menurut Kartono dan Gulo (2003: 140), pengertian kepribadian adalah tingkah laku khas dan sifat seseorang seseorang yang membuatnya berbeda dengan orang lain. Kemudian, kepribadian dapat juga berarti integrasi karakteristik dari pola, minat, tingkah laku, potensi, minat, pendirian, kemampuan dan strukturstruktur yang dimiliki seseorang. Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Bahkan pada anak-anak atau orang dewasa yang kembar identik sekalipun, tidak ada kepribadian yang persis sama. Kepribadian seseorang bisa saja mirip, namun pasti memiliki perbedaan satu sama lain (Adiyanto, 2010: 105). Menurut Robbins dan Judge (2015:127), kepribadian merupakan keseluruhan cara dimana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Istilah sifat yang dapat diukur yang ditunjukkan oleh seseorang merupakan kepribadian. Kepribadian dapat terbentuk sesuai dengan lingkungannya, hal yang paling dasar dan yang paling utama yaitu dibentuk dan terbentuk oleh keluarga. Seorang anak akan tinggal dan tumbuh di tengah lingkungan keluarga tersebut. Sehingga, media pertama yang menjadi tempat seseorang untuk latihan berinteraksi dengan
3
orang lain tidak lain merupakan keluarganya sendiri. Sebagai seorang anak, ia akan tumbuh dan berkembang ditengah keluarganya mengikuti pola asuh yang diterapkan oleh kedua orangtuanya. Setelah remaja, barulah ia mulai keluar dari keluarga yang sempit untuk mengenal faktor lain diluar keluarga. Meskipun berbeda, kepribadian seorang anak tidak akan jauh dari orang tuanya. Namun, tetaplah anak itu menjadi individu yang pribadi, yang orang lain tidak akan bisa menggantikannya, bahkan pada anak kembar sekalipun (Surbakti, 2009 : 30). Pola asuh orang tua memiliki dampak positif dan negatif bagi anaknya, terutama pola asuh otoriter. Pola asuh yang otoriter akan memberi tekanan psikologis bagi sang anak. Dengan tidak menerapkan sistem demokratif dan pemberian kontrol yang ketat, orang tua cenderung menerapkan konsep hukuman kepada anak. Anak yang diterapkan pola asuh otoriter mengalami tekanan psikologis yang mendalam, namun tidak disadari oleh orang tua. Orang tua otoriter tidak menyadari pentingnya pendapat anak. Penyebab orang tua otoriter biasanya adalah orang tua masih berpegang teguh dengan tradisi lama, yaitu bahwa orang tua berpegang teguh pada prinsip merekalah yang memegang kuasa penuh atas anak. Alasan lainnya adalah bahwa orang tua menaruh harapan besar kepada anak. Selain itu bisa juga karena depresi orang tua yang mendalam sehingga anak menjadi pelampiasan orang tua (Widyarini, 2009 : 12). Takanishi (dalam Santrock, 2003 : 14)
mengatakan bahwa dewasa ini,
banyak yang menilai mental anak muda mudah tergoncang. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya dukungan dari lingkungan. Misalnya perceraian membuat seorang anak trauma. Bisa juga karena orang tua yang tidak pernah hadir membuat seorang anak bebas untuk berperilaku. Merasa tidak ada yang pernah mengoreksi, mentalnya jatuh karena tidak pernah dimarahi atau dikoreksi. Dampak pola asuh otoriter kepada anak ada berbagai macam dan menghasilkan kepribadian yang berbeda. Anak menunjukkan pribadi yang takut, cemas, kurang percaya diri, dan tidak bahagia. Gejala-gejala ini jika dibiarkan bisa mengacu kepada Antisocial Personality Disorder, atau kelainan kepribadian antisosial. Antisocial Personality Disorder (ASPD)adalah suatu kelainan di mana seseorang merasa kesulitan untuk mengikuti norma-norma sosial yang ada, dan melakukan banyak hal yang melanggar norma tanpa merasa menyesal. Kelainan ini juga mengacu kepada kepribadian seseorang yang menunjukkan keacuhan,
4
ketidakpedulian, dan/atau permusuhan kepada orang lain, terutama yang berkaitan dengan norma sosial dan budaya (Setiadi and Kolip, 2013 : 229). Meskipun dikatakan antisosial, seseorang yang mengidap ASPD bukan berarti menghindar dari segala macam bentuk interaksi dengan orang lain. Orang itu akan terus berinteraksi sebagaimana orang lain pada umunya, namun merasa kesulitan atau sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk merasakan empati, hingga tidak mengikuti norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat. Perilaku antisosial disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kegagalan pada tahap awal kehidupan (tahap anak-anak) untuk mengenal moral dan etika. Kegagalan ini biasanya diakibatkan karena pola asuh yang kurang tepat dari orang tua. Orang tua Fenomena ini dituang ke dalam salah satu sudut pandang dalam Anime dan Manga Jepang yakni Mirai Nikki. Dalam skripsi ini, penulis akan membahas anime yang berjudul Mirai Nikki (未来日記), yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berjudul “Buku Harian Masa Depan”. Anime ini bercerita tentang seorang anak laki-laki yang harus memenangkan survival game dengan bantuan seorang gadis untuk melindunginya. Anime ini berawal dari seorang anak laki-laki yang pemalu dan lemah bernama Yukiteru Amano (天野 雪輝).Yukki adalah anak yang canggung dan sulit bersosialisasi. Selesai sekolah, ia lebih memilih untuk berdiam di kamarnya dan berbicara dengan apa yang ia sebut “teman-teman imajinasinya”, yaitu Deus ExMachina (デウス エクス マキナ) dan Murmur (ムルムル). Perlahan-lahan, Yukki menyadari bahwa Deus dan Murmur bukanlah teman imajinasi Yukki, melainkan kenyataan. Deus adalah dewa ruang dan waktu dan Murmur adalah asistennya. Deus memberitahu Yukki bahwa ia adalah salah satu kontestan dari sebuah survival game. Awalnya Yukki mengira bahwa pertemuan dengan kontestan lain adalah sebuah mimpi. Namun keesokan harinya, ia mendapati ponselnya penuh dengan kejadian yang akan terjadi di masa depan. Itu adalah jurnal masa depan Yukki, yaitu jurnal acak ( 無 差 別 日 記 ), yang ditulis berdasarkan sudut pandangnya. Jurnal ini memberikan penjelasan berdasarkan sekeliling Yukki secara akurat, masa kini ataupun masa depan. Awalnya, jurnal ini memberi keuntungan bagi Yukki. Ia bisa mengetahui apa yang akan terjadi seperti apa yang akan ditayangkan di televisi, hingga jawaban dari
5
soal ujiannya. Namun tiba-tiba ada sebuah pesan yang mengatakan bahwa Yukki akan mati secepatnya. Sesegera mungkin, seorang teman sekelas Yukki bernama Yuno Gasai (我妻 由乃) datang menyelamatkannya. Yuno, yang ternyata seorang kontestan, menunjukkan jurnal masa depannya, yaitu Jurnal Yukiteru (雪輝日記). Jurnal ini membuat Yuno mengetahui apa yang akan Yukki lakukan 10 menit ke depan. Yuno memiliki sifat introvert, yaitu tertutup. Namun, Yuno hanya ingin berinteraksi dengan Yukki karena Yukki pernah bersikap baik padanya, yaitu berjanji untuk menikahinya. Maka dari itu, menyelamatkan Yukki menjadi tujuan utama Yuno, meskipun dia harus membunuh, berbohong, dan melakukan tindakan lainnya. Meski begitu, selain terhadap Yukki, Yuno tidak memiliki perasaan menyesal karena sudah melakukan tindakan menyimpang tersebut. Yuno adalah anak angkat dari pasangan bankir yang hidupnya berkecukupan. Awalnya mereka hidup bahagia. Namun lama kelamaan, ibu Yuno mengalami depresi, dan ayahnya tidak pernah ada di rumah dan sibuk bekerja. Tidak punya siapapun untuk melampiaskan amarahnya, ibunya selalu melampiaskannya kepada Yuno. Jika ia tidak pulang tepat waktu, ibunya akan menguncinya di kandang, tidak boleh keluar, dan kadang tidak diberi makan. Ibunya juga sering memanggilnya dengan kata-kata yang tidak pantas. Terkadang, karena kelaparan, Yuno harus makan jerami tatami, buang air kecil di kandang, dan muntah di dalam kandang. Suatu hari, Yuno menyisipkan obat tidur di dalam minuman kedua orang tuanya. Ketika mereka bangun, mereka sudah ada di dalam kandang dan meminta Yuno untuk membukakan pintu kandang. Yuno melakukan itu hanya untuk orang tuanya bisa merasakan apa yang ia rasakan. Pada akhirnya Yuno membiarkan mereka mati di dalam kandang sampai kelaparan. Selama ini, Yuno mengasingkan dirinya dan menganggap Yukki adalah satusatunya orang yang baik padanya, dan berjanji untuk melakukan sesuatu yang bahagia bersamanya. Karena itu, bagaimanapun caranya, termasuk membunuh orang sekalipun, Yuno akan berusaha untuk melindungi Yuki dan berusaha untuk menepati janjinya, yaitu menjadi pengantinnya ketika mereka dewasa. Melihat latar belakang karakter di atas, penulis tertarik untuk menganalisis adanya pengaruh dari pola asuh yang dilakukan oleh orang tua terhadap perilaku antisosial yang diakukan Yuno Gasai.
6
1.2
Masalah Pokok Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis dampak dari pola asuh dalam
animeMirai Nikki.
1.3 Formulasi Masalah Masalah yang akan diteliti di dalam skripsi ini adalah mengenai perilaku antisosial yang dilakukan tokoh Yuno Gasai dan hubungannya dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya.
1.4
Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup permasalahan dari penelitian ini akan dibatasi pada penyebab
dari tindakan antisosial yang dilakukan oleh Yuno Gasai, terkait dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya dalam animeMirai Nikki.
1.5
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perilaku antisosial yang
ditunjukkan oleh karakter Yuno Gasai yang terbentuk dari pola asuh yang diterapkan oleh kedua orang tua karakter di dalam animeMirai Nikki. Dengan penelitian ini, diharapkan pembaca dapat mengerti lebih dalam mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap karakter dan kepribadian tokoh Yuno Gasai.
1.6 Tinjauan Pustaka Untuk penunjang penelitian ini, penulis menggunakan jurnal yang ditulis oleh Ni Made Taganing (2008) yang berjudul Hubungan Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif pada Remaja. Di dalam jurnal tersebut, disebutkan bahwa perilaku otoriter menyebabkan anak menjadi urakan dan agresif. Taganing (2008) menjelaskan bahwa perilaku otoriter menegaskan pengaplikasian hukuman baik fisik dan mental, membuat anak gagal dalam mengaplikasikan moral pada tahap awal. Hal ini dapat memicu perilaku agresif dan kenakalan remaja pada umumnya. Menurut
7
penelitian yang dilakukan oleh Taganing (2008), pola asuh otoriter berperan besar dalam pembentukan agresi anak remaja pada umumnya. Kedua, penulis juga menggunakan jurnal yang ditulis oleh Atsushi Sato (2014) yang berjudul 反社会性人格障害傾向者における遅延ならびに確率によ る報酬の価値割引 (hanshakaiseijinkakushougai keikousha ni okeru chien narabi ni kokuritsu ni yoru hoshuu no kachi waribiki), yang berarti “Nilai Remunerasi bagi Orang yang Kemungkinan Cenderung Mengidap Antisocial Personality Disorder”. Di dalam jurnal ini, Atsushi (2014) mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terkena ASPD, juga beberapa bentuk tindakan dari antisosial yang banyak dilakukan oleh remaja. Ketiga, penulis menggunakan jurnal yang ditulis oleh Kitamura, Ohashi, Murakami dan Goto (2014) yang berjudul Anger and Perceived Parenting: a Study of Japanese Population. Di dalam jurnal ini, disimpulkan bahwa agresi yang dilakukan anak pada umunya disebabkan karena ketiadaan sosok ayah. Karena memungkinkan bahwa ayah mempengaruhi persepsi pola asuh yang berhubungan dengan agresi.