BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh Negara-negara yang telah maju dan juga oleh Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, baik dibidang transportasi perkotaan (urban transportation) maupun transportasi antar kota (rural transportation). Terciptanya suatu sistem transportasi yang menjamin pergerakan manusia, kendaraan dan atau barang secara lancar, aman, cepat, murah, nyaman dan sesuai dengan lingkungan sudah merupakan tujuan pembangunan dalam sektor transportasi. Lalu lintas adalah pergerakan dari sebuah objek dari titik awal (origination) ke titik tujuan (destination) secara acak (random). Pola pergerakan dalam sistem transportasi sering dijelaskan dalam bentuk arus pergerakan (kendaraan, penumpang, dan barang) yang bergerak dari zona asal ke zona tujuan didalam daerah tertentu dan selama periode waktu tertentu. Sistem transportasi yang stabil dan baik akan menyediakan sisi kompetitif dalam ekonomi global (Chen, 1998). Adanya gangguan pada jaringan jalan seperti kemacetan lalu lintas, perbaikan jalan, bencana alam akan menyebabkan jaringan jalan yang kurang baik karena kurang dapat menghubungkan dengan baik pengguna jalan dari suatu tempat asal ke tujuan tertentu. Hal seperti ini akan mengakibatkan waktu perjalanan semakin bertambah. Sehingga diperlukan rute tertentu yang bisa mempengaruhi pengguna dalam memilih rute untuk bisa meminimisasi waktu perjalanan. Faktor penentu pemilihan rute: 1. Waktu Tempuh yaitu total waktu (berhenti, tundaan, dlsb). 2. Nilai Waktu yaitu sejumlah uang yang harus disediakan atau dapat disimpan oleh pelaku perjalanan akibat pengurangan satu unit waktu perjalanan.
1 Universita Sumatera Utara
2 3. Biaya Perjalanan yaitu kombinasi jarak, waktu tempuh, uang. 4. Biaya Operasional Kendaraan yaitu BBM, Oli, sparepart, maintenance, dll. Transportasi adalah sarana dan prasarana dalam lalu lintas. Transportasi menjadi penghubung antar lalu lintas. Bila terjadi peningkatan pada suatu lalu lintas maka beban transportasi meningkat pula. Bila sistem lalu lintas tertutup maka akan terjadi kemacetan total. Beberapa tingkat kondisi keseimbangan pada sistem transportasi: 1. Keseimbangan jaringan jalan: setiap pelaku pergerakan mencoba mencari rute terbaik dengan meminimumkan biaya perjalanan 2. Keseimbangan jaringan multimoda: setiap pelaku pergerakan mencoba meminimumkan biaya perjalanan dengan memilih moda dan rute tertentu. 3. Keseimbangan sistem (moda, tujuan dan waktu): nilai biaya perjalanan konsisten dengan arus yang terjadi pada semua sistem jaringan. Dalam pendistribusian barang dari asal ke tujuan diperlukan pemilihan rute. Pemilihan rute model equilibrium yaitu pada kondisi tidak macet setiap pelaku perjalanan akan berusaha meminimumkan biaya perjalanannya dengan beralih menggunakan rute alternatif. Jika tidak satupun pelaku perjalanan dapat memperkecil biaya tersebut, maka sistem dikatakan telah mencapai kondisi keseimbangan (Carey, 2008). Pada model ini sistem jaringan jalan mencapai keseimbangan menurut persepsi pelaku perjalanan, sehingga model ini adalah salah satu model pemilihan rute yang terbaik untuk kondisi macet. Menurut prinsip pengguna equilibrium, waktu tempuh dari semua rute yang digunakan adalah kurang dari atau sama dengan yang akan dialami oleh driver tunggal pada setiap rute yang tidak digunakan. Kondisi ini dapat ditulis sebagai:
Xkr ≥ 0 ⇒ λrk = minλpk , r ∈ Rk , k ∈ K
(1.1)
Ketika waktu tempuh dan fungsi permintaan terpisah dan terintegral, kondisi ekuilibrium adalah solusi dari masalah optimasi (Patriksson, 1994). Traffic
Universita Sumatera Utara
3 assignment dengan permintaan lentur adalah jumlah total suplai sama dengan P P jumlah total permintaan ai = bj i
Dengan demikian jika
j
P i
ai =
P
bj maka semua suplai yang ada akan ter-
j
distribusi habis, dan semua permintaan tujuan terpenuhi. Maka kendala sumber dan kendala tujuan menjadi dalam bentuk persamaan. Jumlah sumber suplai dan tujuan permintaan tidak selalu sama. Jika kelebihan suplai maka tambahan tujuan semu yang akan menampung kelebihan suplai yang permintaannya = P P ai − bj . Jika kekurangan suplai maka tambahan tujuan semu yang akan P P menyuplai kekurangan tersebut yang kapasitasnya = bj − a i . Masalah transportasi membicarakan cara pendistribusian suatu komoditi dari sejumlah sumber (origin) ke sejumlah tujuan (destination).
Sasarannya
adalah mencari pola pendistribusian dan banyaknya komoditi yang diangkut dari masing-masing sumber ke masing-masing tujuan yang meminimalkan ongkos angkut secara keseluruhan, dengan kendala-kendala yang ada. Dengan persoalan lalu lintas yang terjadi diperlukan suatu metode yang dapat menyelesaikan persoalan kepadatan lalu lintas dengan mengalihkan beban pada suatu rute ke rute yang lain. Sehingga diperlukan metode yang dapat menemukan titik lokalisasi untuk mengalihkan kepadatan lalu lintas tersebut. Titik lokalisasi adalah titik yang dapat mengalihkan kepadatan lalu lintas pada rute alternatif yang dapat menghubungkan pengguna jalan dari asal ke tujuan dengan biaya yang dapat diminimalisasi. Traffic assignment problem dengan permintaan lentur adalah persoalan penugasan lalu lintas terhadap driver dengan mengalihkan suatu rute yang dianggap padat pada titik lokasi tertentu sehingga dapat menyalurkan komoditas dari daerah asal ke tujuan dimana akan ada permintaan yang berbeda-beda tetapi komoditi dapat terdistiribusi ke tujuan. Metode yang dapat menyelesaikan persoalan ini adalah metode ACCPM. Metode ini telah ditemukan oleh Babonneau pada penelitiannya dalam menghitung persoalan penugasan lalu lintas dengan permintaan lentur dan menghasilkan numerical result sebagai penyelesaian dalam persoalan lalu lintas dengan permintaan lentur. Dalam penelitian ini penulis mengembangkan metode ACCPM,
Universita Sumatera Utara
4 metode ACCPM merupakan metode lokalisasi dengan relaksasi Lagrangian variabel ganda dan disebut dengan relaksasi ganda akan merelaksasi kendala pada traffic assignment problem, sehingga dapat menemukan titik daerah yang dapat mengalihkan kepadatan lalu lintas yang terjadi dengan mengalihkan pengguna jalan pada rute alternatif. 1.2 Perumusan Masalah Lalu lintas adalah pergerakan dari sebuah objek dari titik awal (origination) ke titik tujuan (destination) secara acak (random). Dalam pendistribusian barang dari asal ke tujuan diperlukan pemilihan rute dengan equilibrium biaya perjalanan dapat diperkecil dalam menggunakan rute alternatif. Penugasan lalu lintas dengan permintaan lentur adalah penugasan lalu lintas pada titik lokalisasi tertentu dalam penyaluran barang dari asal ke tujuan dimana suplai akan terdistibusi habis. Pada penelitian sebelumnya Babonneau JP Vial menyelesaikan elastisitas dan suatu permintaan terhadap penugasan lalu lintas dan menemukan suatu metode penyelesaiannya yaitu metode ACCPM. Dalam hal ini metode ACCPM yang telah digunakan Babonneau dalam penelitiannya akan dikembangkan untuk menyelesaikan persoalan TAP dengan permintaan lentur dengan menggunakan titik lokalisasi. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan metode ACCPM yang telah ditemukan Babonneau dalam penelitiannya. Metode ACCPM dengan titik lokalisasi digunakan untuk menyelesaikan traffic assignment problem dengan permintaan lentur. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada masalah yang berhubungan dengan jaringan lalu lintas dalam menentukan jaringan sebagai rute alternatif dalam menghindari kemacetan lalu lintas. Dengan meminimumkan waktu pejalanan dan biaya.
Universita Sumatera Utara
5 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian ini bersifat literature dan kepustakaan dengan mengumpulkan informasi dari beberapa jurnal. Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari teori yang berhubungan dengan materi ini. 2. Menentukan model traffic assignment problem. 3. Membuat kendala traffic assignment problem dengan permintaan lentur. 4. Merelaksasikan kendala dengan relaksasi Lagrangian. 5. Menyelesaikan persoalan penugasan dengan metode ACCPM
Universita Sumatera Utara