BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Lagu merupakan media hiburan yang diminati oleh masyarakat di seluruh dunia. Bahkan tidak hanya sebagai hiburan, lagu juga digunakan sebagai identitas, penyampai pesan serta simbol dari upacara-upacara tertentu. Lirik lagu ditulis sesuai dengan bahasa yang dikuasai oleh si pembuat lagu. Perkembangan
bahasa
selalu
mengikuti
perkembangan
gaya
hidup
masyarakatnya. Di era globalisasi, masyarakat mulai berkembang menjadi masyarakat multilingual. Masyarakat multilingual menguasai paling tidak dua bahasa. Mereka dapat menggunakan bahasa asli mereka sendiri dan bahasa lainnya sebagai tambahan. Salah satu penyebab munculnya masyarakat multilingual adalah pengaruh dari budaya asing. Budaya asing tersebut tidak hanya mempengaruhi pola hidup masyarakat tetapi juga bahasanya. Jepang juga merupakan salah satu negara yang tidak luput dari pengaruh budaya asing. Sejak restorasi Meiji, pemerintah Jepang mulai membuka diri terhadap dunia luar. Pada saat inilah budaya asing mulai mempengaruhi pola hidup masyarakat Jepang, tidak terkecuali dalam bidang bahasa. Bahkan dalam bahasa Jepang terdapat tiga jenis kosakata, yaitu Wago(和語), Kango (漢語) , dan Gairaigo (外来語). Wago merupakan kosakata asli Jepang yang sudah ada sebelum Kango dan Gairaigo masuk ke Jepang, sedangkan Kango dan Gairaigo merupakan kosakata yang berasal dari luar Jepang. Kango adalah kosakata yang berasal dari Cina dan ditulis menggunakan huruf kanji, sedangkan Gairaigo merupakan kosakata yang umumnya dipinjam dari negara barat, seperti Inggris dan Jerman lalu dijadikan bahasa Jepang sesuai dengan pola pengucapan dalam bahasa Jepang. Gairaigo berbeda dengan Gaikokugo. Gaikokugo merupakan bahasa asing murni yang tidak mengalami perubahan bentuk maupun pengucapan. Dalam perkembangannya, lagu Jepang mulai mengadaptasi unsur-unsur asing. Mulai dari jenis musiknya, penampilan penyanyinya, maupun pemakaian bahasanya. J-Pop dan J-Rock adalah jenis musik yang paling banyak mengalami percampuran
1
2
budaya. Contohnya adalah One Ok Rock, band rock asal Jepang yang lagunya menjadi objek dari penelitian penulis. Penulis tertarik untuk memakai lagu dari One Ok Rock karena band ini sangat terkenal di kalangan anak muda baik di Jepang maupun di Indonesia. One Ok Rock melakukan tour concert ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dan tiketnya selalu habis terjual. Band ini dibentuk pada tahun 2005 dan beranggotakan 4 orang. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti 4 lagu One Ok Rock, yaitu Re:make, Kanzen Kankaku Dreamer, Answer is Near, dan Shake It Down. Keempat lagu tersebut, selain Shake It Down awalnya diluncurkan dalam tiga single yang berbeda dan ketiga lagu tersebut merupakan lagu utama sehingga judul single-nya pun menggunakan judul lagu tersebut. Namun tidak lama setelah peluncuran single tersebut, ketiga lagu itu kemudian dimasukkan ke dalam album. Re:make dan Answer is Near dimasukkan ke dalam album Zankyou Reference yang diluncurkan pada tahun 2011. Sedangkan Kanzen Kankaku Dreamer ( 完 全 感 覚 Dreamer) dimasukkan ke dalam album Niche Syndrome bersama dengan lagu Shake It Down yang diluncurkan pada tahun 2010. Ketiga lagu ini banyak menggunakan perpaduan dari bahasa Jepang dengan gaikokugo. Perpaduan bahasa Jepang dengan gaikokugo ini menyebabkan munculnya perististiwa alih kode dan campur kode. Peristiwa alih kode dan campur kode tersebut dapat dilihat dari kutipan lirik berikut.
Tabel 1.1.1 Alih Kode dan Campur Kode dalam Kanzen Kankaku Dreamer Lirik
Romaji
This is my own judgement!! Got nothing to say!! Moshimo hoka ni nanika omoitsuki もしも他に何か思いつきゃ速攻言うさ!! ya sokkou iusa!! 「完全感覚 Dreamer」がボクの名さ
"Kanzen Kankaku Dreamer" ga boku no na sa
Well, say it ? Well, say it!! あればあるで聞くが今は Hold on!
Areba aru de kiku ga ima wa Hold on!
3
Lirik lagu tersebut menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Jepang dan bahasa Inggris. Ada penyisipan bahasa Inggris baik berupa kata maupun klausa. Penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Jepang dalam lirik tersebut termasuk dalam peristiwa alih kode dan campur kode. Penulis tertarik untuk meneliti alih kode dan campur kode karena peristiwa tersebut sering ditemukan dalam lirik lagu yang biasa didengar oleh penulis. Pemakaian bahasa asing dalam lirik lagu Jepang sudah menjadi hal yang mainstream. Padahal kalau dilihat dari sejarahnya, Jepang dikenal sebagai bangsa yang memiliki nasionalisme yang tinggi. Selain itu, sebagian besar masyarakat Jepang tidak terlalu fasih dalam mengucapkan bahasa asing. Pemakaian bahasa asing dalam lirik lagu Jepang tidak hanya bertujuan untuk membuat lagu tersebut menjadi lebih menarik untuk didengar, tapi juga karena tidak semua kosakata dalam bahasa Jepang dirasa pas untuk dimasukkan ke dalam lirik lagu. Sama halnya seperti dalam bahasa Indonesia. Kaum muda di Indonesia umumnya merasa lagu bertema cinta yang menggunakan bahasa asli Indonesia terkesan gombal dan terlalu berlebihan. Penulis merasa tertarik karena ternyata dalam satu lagu, penggunaan alih kode dan campur kode bisa karena alasan tertentu. Selain itu, alih kode dan campur kode memiliki berbagai jenis dengan ciri-ciri yang menarik untuk diteliti.
1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian ini adalah ciri alih kode dan campur kode dalam lirik lagu Re:make, Kanzen Kankaku Dreamer, Answer is Near, dan Shake It Down yang dinyanyikan oleh One Ok Rock.
1.3 Formulasi Masalah Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi, 1. Jenis alih kode dan campur kode dalam lirik lagu 2. Ciri yang terdapat dari setiap jenis alih kode dan campur kode dalam lirik lagu
4
1.4 Ruang Lingkup Permasalahan Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 4 lagu One Ok Rock, yaitu Re:make, Kanzen Kankaku Dreamer, Answer is Near, dan Shake It Down. Yang akan menjadi ruang lingkup permasalahan dari penelitian ini adalah penggunaan kata, frase, klausa, maupun kalimat yang merupakan percampuran dari dua bahasa, yaitu bahasa Jepang dan bahasa Inggris.
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan menjelaskan ciri-ciri alih kode dan campur kode yang terdapat dalam lirik lagu Re:make, Kanzen Kankaku Dreamer, Answer is Near, dan Shake It Down.
1.6 Tinjauan Pustaka “Sosiolinguistik adalah studi interdisipliner yang menggarap masalahmasalah kebahasaan dalam hubungan dengan masalah-masalah sosial” (Markhamah, 2004:58-59). Ada dua aspek dalam sosiolinguistik, yaitu penggunaan bahasa dan pengorganisasian perilaku manusia. Aspek-aspek dalam sosiolinguistik berhubungan dengan penutur/penulis, bahasa yang digunakan, mitra tutur, waktu, dan tujuan penuturan. Hal-hal tersebut juga berkaitan dengan penggunaan bahasa beserta norma-normanya,
tidak
hanya
berhubungan
dengan
sistem
bahasa
yang
bersangkutan. Sosiolinguistik sebagai cabang dari linguistik tidak hanya memandang bahasa sebagai tanda bahasa, melainkan sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi. Kartomiharjo dalam Markhamah (2004:9) mengatakan bahwa ruang lingkup bidang kajian sosiolinguistik meliputi: kontak bahasa, bilingualisme, variasi bahasa, ragam bahasa, dan wacana. Pangalila (2011:136) menjelaskan bahwa masyarakat yang menggunakan lebih dari satu bahasa disebut bilingual. Saat seseorang menguasai lebih dari satu bahasa, ada kemungkinan ia akan menggunakan bahasa yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain, orang tersebut beralih dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Peristiwa ini disebut dengan alih kode. Peristiwa ini biasanya terjadi saat seseorang yang bilingual sedang berbicara dengan orang yang monolingual, atau hanya dapat berbicara dalam satu bahasa. Alih kode tidak hanya terjadi dalam masyarakat bilingual tetapi juga masyarakat multilingual yang sejak awal memang memiliki keragaman bahasa.
5
Maryani (2009:81-96) mengatakan bahwa alih kode adalah fenomena yang biasa terjadi dalam masyarakat multilingual dan bilingual baik secara lisan maupun tertulis. Alih kode bisa dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Bokamba dan Kachru dalam Maryani menjelaskan bahwa alih kode merupakan pergantian bahasa yang tidak terbatas hanya dalam satu kalimat, sedangkan campur kode merupakan pergantian bahasa di dalam kalimat. Wardhaugh dalam Maryani mengungkapkan bahwa peristiwa alih kode disebabkan oleh rasa solidaritas terhadap lawan bicara, pemilihan topik, serta adanya perbedaan sosial dan budaya. Arini (2013:105-112) mengatakan bahwa alih kode dan campur kode dalam lirik lagu berfungsi untuk menarik perhatian, menghibur pendengar musik, dan menyesuaikan bahasa yang biasanya didengarkan.
6