BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang cepat dan juga disertai dengan perkembangan teknologi informasi khususnya di dunia digital telah memberikan peluang bagi masyarakat khususnya anak muda untuk terjun ke dalam dunia bisnis. Menelusuri jejak bisnis retail lokal The Goods Dept, toko retail yang berangkat dari pop up bazaar Brightspot Market tahun 2009 silam ini sekarang sudah menaungi lebih dari 200 brand lokal di bawah namanya. Dengan kemudahan informasi dan sumber daya manusia yang ada, munculah kecenderungan masyarakat ingin berbisnis dengan cara yang instan. Selama dua belas tahun berkecimpung di dalam dunia industri kreatif, Leonard Theosabrata melihat sebuah kecenderungan bahwa mayoritas pengusaha muda di Indonesia belum memiliki kemampuan yang relevan dengan produk yang mereka hasilkan. “Kebanyakan brand owner tidak memiliki teknik dasar. Contohnya, fashion designer tapi tidak tahu cara menjahit.” kata Leonard selaku pendiri Indoestri Makerspace. Berangkat dari hal itu , Leonard melihat adanya peluang bisnis baru di bidang pembelajaran non formal yang dikemas secara interaktif lewat diwujudkannya Indoestri Makerspace yang resmi beroperasi sejak tanggal 14 November 2014 lalu. Makerspace adalah sebuah tempat yang sudah tidak asing lagi di negara maju seperti Amerika dan Inggris. Makerspace hadir sebagai sebuah tempat dimana masyarakat bisa datang dan berkreasi membuat produknya sendiri lewat fasilitas yang ada. Fasilitas yang biasanya ditawarkan sebuah makerspace adalah mesin, alat, dan tempat yang memadai untuk melakukan pembuatan produk. Indoestri Makerspace adalah lahan seluas 2000m2 yang disulap menjadi sebuah makerspace inspirasional sekaligus wadah berkarya para pengrajin dan desainer independen untuk membantu mengembangkan skema bisnis startup di Indonesia. Indoestri Makerspace dengan semangat gerakan Self Made ingin mengajak masyarakat terutama anak muda Indonesia untuk turut terlibat dalam
1
2 proses pembuatan produk mulai dari tahap yang paling dasar. Dengan itu Indoestri Makerspace menyediakan tempat, alat, material, sumber daya manusia, edukasi serta komunitas bagi para individu kreatif berjiwa Self Made untuk berinovasi, menciptakan, dan mengeksplorasi proses pembuatan serta kreasi produk tanpa batas. Indoestri menggunakan sistem membership bagi publik untuk dapat menikmati segala fitur serta keuntungan yang ditawarkan di makerspace ini. Dengan workshop yang meliputi empat bagian, yaitu woodworking, metalworking, textile & leather, dan finishing. Makerspace ini dilengkapi dengan berbagai mesin, alat, dan material yang dapat mendukung proses kreasi produk bagi konsumennya. Kemunculan Indoestri Makerspace di tengah masyarakat tidak lepas dari peran kekuatan media sosial di era new media yang sekarang digandrungi oleh hampir seluruh anak muda di Indonesia. Dalam kurun waktu enam bulan setelah Indoestri Makerspace berdiri, hingga saat ini (27 Mei 2015) akun media sosial @indoestri memiliki 19.400 pengikut (followers) di Instagram. Indoestri Makerspace juga kerap menjadi topik perbincangan anak muda, yang kebanyakan mengikuti akun Instagram di @indoestri.Hampir setiap minggunya, Indoestri Makerspace yang berlokasi di Jl. Lingkar Luar Barat no 36, Rawa Buaya dipadati oleh publik yang mengikuti program one day workshop. Sebanyak 44% dari populasi penduduk di Indonesia berada di bawah umur 25 tahun (Generasi Y) dan jika dibandingkan dengan mereka yang berumur di atas 30 tahun, anak muda dua kali lipat lebih aktif di media jejaring sosial. Anak muda juga memegang peran esensial dalam mengunggulkan merek(branding), sehingga pengusaha tetap memerlukan anak muda meskipun pasar sasaran berumur di atas 30 tahun (Ghani Kunto : 2014). Indoestri Makerspace yang baru berdiri semenjak bulan November 2014 lalu tengah berhasil menciptakan fenomena baru di kalangan anak muda. Seperti yang dikutip dari artikel harian koran Kompas tanggal 19 Januari 2015 berjudul Belajar Produk Kreatif, sebagai berikut “Leo menyampaikan ide membuat bengkel kerja (makerspace) diilhami oleh bengkel kerja di luar negeri. Bengkel itu menjadi tempat berkumpul komunitas pembuat beragam produk kreatif, bersosialisasi, berbagi ide, bekerja dan mengembangkan produk,”. Berbagai
3 macam program dan one day workshop yang diselenggarakan oleh Indoestri seolah memberikan opsi baru bagi anak muda untuk menghabiskan akhir pekannya secara produktif dibandingkan menghabiskan waktu di pusat-pusat perbelanjaan ibu kota. One day workshop yang diselenggarakan Indoestri Makerspace memiliki kisaran harga mulai dari Rp. 500.000,- hinga Rp 1.000.000,- menjadi bukti nyata bahwa Indoestri tidak hanya sesederhana menjadi wadah mempelajari hal baru yang notabene dapat diperoleh di internet, akan tetapi juga tengah berhasil menjadi wadah bagi anak mudah untuk menyalurkan ekspresi dirinya dan yang tak kalah penting adalah rasa keterlibatan dalam sebuah sebuah komunitas baru, yaitu komunitas Self Made. Rasa keterlibatan (belongingness) merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, kebutuhan ini berada pada peringkat ketiga dari Hirearchy of Needs yang dikemukakan oleh Maslow, “The need of belong has grown more difficult to satisfy in our increasingly mobile society. Many of us attempt to satisfy the need to belong in other ways, such as joining a club, enrolling in a class, or volunteering for a service organization.” Tidak hanya dipadati oleh anak muda dari dalam ibu kota Jakarta, mereka yang berdomisili di luar kota seperti Bandung, Pekanbaru, Palembang, Medan, dan Surabaya pun mendatangi Indoestri untuk mengikuti program one dayworkshop yang kerap diselenggarakan setiap minggunya. Makerspace seperti Indoestri merupakan hal yang masih sangat baru di Indonesia sehingga dalam proses edukasinya membutuhkan strategi penguatan merek(branding) yang cermat. Adapun Indoestri Makerspace menggunakan strategi penguatan merek (branding) dengan membangun brand identity yang kuat guna melancarkan proses pengenalan dan penguatan pesan inti di benak masyarakat agar proses edukasi inti pesan yang ingin disampaikan oleh Indoestri Makerspace dapat tersalurkan dengan baik. Brand Identity diakui oleh pendiri Indoestri yaitu Leonard Theosabrata memiliki peranan penting bagi berdirinya Indoestri, “Brand identity jelas penting dan saya secara pribadi percaya sebuah brand harus punya identitas dan didukung oleh spirit atau semangat gerakan yang kuat. Kalau di Indoestri, spiritnya itu SelfMade. Jadi ga main asal bikin brand tanpa fondasi yang kuat.” kata Leonard.
4 Menurut American Marketing Association (Kotler & Keller, 2009:258) merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Salah satu pilar yang harus dikembangkan untuk memperkuat sebuah merek adalah dengan membentukbrand identity. Menurut Alina Wheeler (Designing Brand Identity, 2009:269), Brand Identity bersifat nyata dan dapat diterima indera. Brand identity membentuk pengakuan, diferensiasi, dan nilai yang dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat khususnya bagi bereka yang berbagi nilai yang sama. Brand identity mengambil elemen berbeda dan menyatukan mereka ke dalam nilai secara keseluruhan. Brand identity dihasilkan dari elemen yang dapat dikontrol oleh perusahaan, produk, atau jasa seperti pemosisian(positioning), nama merek, tagline, spirit, logo, pesan, dan pengalaman yang ditawarkan. Hal-hal tersebut adalah elemen mendasar yang membentuk dan menentukan keberlangsungan (sustainability) sebuah brand. Seperti penjelasan sebelumnya, Indoestri memiliki semangat gerakan yang bernamaSelf Made. Makna Self Made adalah komitmen dan tanggung jawab pribadi untuk memecahkan masalah. Self Made juga berujungpada hasil poduk maupun karya dari buah pikiran individu. Gerakan Self Made ini adalah filosofi / nilai utama dari berdirinya Indoestri dan tiada hentinya ditanamkan dalam lingkup komunitas Indoestri. Self Made merupakan sebuah gerakan yang mengajak individu kreatif serta pelaku bisnis startup untuk berkarya, berinovasi, dan yang terpenting untuk turut terlibat dalam proses pembuatan produk secara langsung. Self Made juga menjadi akar terbentuknya sebuah komunitas di dalam Indoestri Makerspace. Dalam penerapannya, seperti yang dikatakan oleh Alycia Perry (2012), tahap sebelum mengembangkan sebuah brand identity adalah menentukan brand personafication yaitu multifaceted personality and character of the brand that helps customers identify with it. Yang berarti kepribadian dan karakter yang dimiliki sebuah brand dengan tujuan membantu konsumen mengidentifikasinya. Sebagai makerspace di Jakarta, Indoestri Makerspace menggunakan brand identity sebagai fondasi yang kuat guna melancarkan proses penguatan merek (branding) kepada masyarakat terutama anak muda yang notabene sangat dekat
5 hubungannya dengan new media. Oleh karena itu, penulis ingin menelaah lebih dalam mengenai brand identity dan cara berkomunikasi Indoestri Makerspace dengan media sosial Instagram melalui penelitian yang berjudul “ANALISIS PEMBENTUKAN BRAND IDENTITY INDOESTRI MAKERSPACE”
1.2 Fokus Penelitian Penelitian ini akan berfokus terhadap bagaimana Indoestri Makerspace menciptakan brand yang kuat dimulai dari membangun brand identity-nya, bagaimana peran PENCILS dalam aktivitas public relations-nya, dan bagaimana Indoestri Makerspace menggunakan Instagram dalam berkomunikasi dengan target audiensnya.
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pembahasan dan uraian pada latar belakang, maka penelitian ini merumuskan permasalahan yang perlu dijawab dalam penelitian ini, antara lain : 1.
Bagaimana langkah Indoestri Makerspace dalam membangun brand
yang kuat lewat brand identity-nya? 2.
Bagaimana peran PENCILS dalam aktivitas public relations Indoestri
Makerspace? 3.
Bagaimana Indoestri Makerspace menggunakan Instagram dan
berkomunikasi dengan target audiensnya?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian: 1.
Untuk mengetahui secara mendetail langkah Indoestri Makerspace
dalam membangun brand identity-nya. 2.
Untuk mengetahui bagaimana peran PENCILS dalam aktivitas public
relations Indoestri Makerspace.
6 3.
Untuk mengetahui bagaimana Indoestri Makerspace menggunakan
Instagram dan berkomunikasi dengan target audiensnya.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini ada 3, antara lain : 1.
Manfaat Akademis : Hasil penelitian secara akademis diharapkan
dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan informasi, referensi, dan kajian bagi para akademisi serta pihak-pihak lain yang berkepentingan. 2.
Manfaat Praktis : Menambah pengetahuan dan wawasan yang luas
mengenai bagaimana brand dapat berkomunikasi menggunakan platform Instagram. 3.
Manfaat untuk Masyarakat / Umum : Sebagai referensi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut di masa mendatang dengan fokus kajian yang sama. Untuk memberikan informasi mengenai keefektifan brand identity dan cara berkomunikasi menggunakan Instagram.
1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Penulisan ini diawali dengan penulisan latar belakang penelitian yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Indoestri Makerspace. Latar belakang akan menjelaskan sedikit tentang Indoestri sebagai sebuah Makerspace pertama di Jakarta, kemudian dilanjutkan dengan fokus penelitian
mengenai
bagaimana
Indoestri
memperkuat
brand-nya
dengan
membangun brand identity agar dapat diterima di kalangan youth. BAB II KAJIAN PUSTAKA Berisi tentang penelitian sebelumnya seperti jurnal. Selain itu, landasan konseptual yang berisi tentang pemaparan beberapa teori konsep yang bersinggungan erat dengan bidang kajian yang dibuat oleh penulis, diantaranya teori PR PENCILS, brand, brand identity, new media, dan brand image.
7 BAB III METODE PENELITIAN Bab iii akan menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu studi kasus. Teknik pengumpulan data didapatkan dari hasil wawancara semi terstruktur dan observasi partisipatif yang dilakukan oleh penulis. Teknik keabsahan data yang akan digunakan peneliti adalah triangulasi. BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian berupa penjelasan mengenai latar belakang dan profil Indoestri Makerspace. Penjelasan yang dijabarkan adalah bagaimana Indoestri melakukan pembentukan brand identity dan menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak muda. Panduan yang diambil penulis adalah dari teori serta jurnal yang digunakan pada bab II. Bab IV diolah dari data-data yang didapat melalui hasil wawancara semi terstruktur dan observasi partisipatif yang dilakukan oleh penulis selama penelitian berlangsung. Dalam bab IV ini, penulis juga melakukan triangulasi sumber melaui proses pencocokan jawaban dari para narasumber. BAB V KESIMPULAN Bab V berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan penulis. Hal ini dilakukan melalui menjawab pertanyaan penelitian yang ada pada bab II. Melalui bab V penulis juga menuliskan hambatan serta saran yang ditujukan baik secara akademis, umum, maupun untuk pihak perusahaan.
8