BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dewasa ini, persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme dalam usaha bisnisnya. Agar perusahaan dapat bertahan hidup dan terus berkompetisi dalam bidang usahanya, perusahaan harus mengelola usahanya dengan baik. Perusahaan dituntut untuk menggunakan segala kemampuan dan keunggulan yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Salah satu cara dalam mencapai tujuan perusahaan adalah dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Dengan menjaga kualitas produk yang dihasilkan, maka perusahaan dapat
meningkatkan
produktivitas
dan
kinerjanya
sehingga
dapat
memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Dari sisi konsumen, dengan adanya kualitas produk terbaik yang diberikan perusahaan, maka konsumen akan dapat menunjukkan loyalitasnya, yang mana sebagai salah satu tujuan perusahaan untuk mampu bertahan dikerasnya dunia bisnis saat ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada triwulan I tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 4,84% dari triwulan I tahun 2012. Sedangkan pertumbuhan industri minuman sendiri mengalami kenaikan sebesar 9,41%. BPS juga menunjukkan provinsi-provinsi yang mengalami kenaikan produksi industri manufaktur mikro dan kecil lebih dari dua persen pada triwulan I tahun 2013 terhadap triwulan IV tahun 2012. Pada provinsi Jawa Tengah, yaitu provinsi tempat berdirinya industri air minum yang penulis analisa, mengalami kenaikan sebesar 3,4%. Berikut tabel yang memperlihatkan pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I tahun 2013:
1
2
Gambar 1. 1. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulan I-2013 Sumber: bps.go.id (2013) Data di atas menunjukkan bahwa adanya kenaikan jumlah produksi untuk seluruh industri secara umum dan industri minuman khususnya. Dengan demikian, dilihat dari pertumbuhan produksi industri manufaktur di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik, dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya pertumbuhan produksi dari perusahaan, maka pendapatan dan keuntungan perusahaan pun akan meningkat. Perusahaan harus mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kualitas suatu produk agar sesuai standar dan memenuhi selera konsumen. Di sisi lain, perusahaan juga ingin produk yang dihasilkannya dapat laku terjual di pasaran dan dapat bersaing dengan produk lain yang sejenis. Untuk menjaga kualitas produk
yang dihasilkan, sebuah
perusahaan membutuhkan
pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana menjaga dan mengarahkan produk dari sebuah perusahaan agar dapat memenuhi standar kualitas produknya dan diharapkan agar setiap kesalahan
3
yang terjadi pada proses produksi dapat diperbaiki dan tidak akan berlanjut pada masa yang akan datang. Tetapi pada kenyataannya, masih banyak terdapat produk-produk yang tidak sesuai dengan standar (cacat) yang ditetapkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode Statistical Processing Control (SPC) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk menerapkan quality control yang lebih baik dalam perusahaan. Diharapkan pendekatan ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi perusahaan serta dapat membantu pengurangan cacat (defect) yang terjadi dalam aliran proses produksi. Hildon Natural Mineral Water merupakan salah satu produk air minum dalam kemasan terbaik di dunia. Dalam foxnews.com, 6 Agustus 2013, disebutkan bahwa,”One of the UK’s most prestigious bottled waters, Hildon Natural Mineral Water is served at the House of Commons and the Royal Opera House (and is rumored to be the water of choice at Buckingham Palace)”. Dalam artikel tersebut dikatakan juga bagaimana Hildon Natural Mineral Water berasal dan terbentuk dari mata air yang sekarang menjadi salah satu air minum terbaik di dunia. Saat ini juga sudah banyak perusahaan di Indonesia yang menerapkan konsep pengendalian kualitas pada bisnis yang dijalankannya. Seperti contohnya pada perusahaan air minum Danone Aqua yang sudah menyediakan air dengan standar mutu menurut SNI. “Untuk menyediakan air putih yang baik kepada konsumennya, para ahli di Aqua bekerjasama dengan pakar dari luar negeri. Aqua melakukan tiga pendekatan, yakni: melakukan seleksi, memastikan terjaga seutuhnya, dan melestarikan. Pendekatan pertama, seleksi, dilakukan untuk memilih sumber air terpilih. Pendekatan kedua, terjaga seutuhnya, dibuktikan dengan adanya sistem terpadu di semua pabrik Aqua, dan serangkaian upaya pelestarian di sekitar sumber air. Sedangkan pendekatan ketiga adalah adanya upaya pelestarian lingkungan di sekitar sumber air.” (Sumber: Harian KOMPAS.com, 26 Maret 2014). Dengan
menerapkan
konsep
pengendalian
kualitas
ini,
diharapkan
perusahaan air minum di Indonesia yang sudah sesuai standar mutu menurut SNI dapat menjaga kualitasnya dengan baik dan diharapkan perusahaan dapat terus meningkatkan kualitas produk yang dibuatnya agar dapat tetap bersaing di dunia Internasional.
4
Berikut persyaratan mutu air minum dalam kemasan menurut SNI 013553-2006:
Gambar 1. 2. Persyaratan Mutu Air menurut SNI 01-35532006 Sumber: Standar Nasional Indonesia (2012)
Selain itu, kemasan air mineral juga menentukan kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat. “Tubuh membutuhkan setidaknya 2 liter air setiap hari. Namun, tidak sembarang air bisa dikonsumsi. Memilih air minum berkualitas penting untuk menjaga kesehatan keluarga. Salah satu cara memilih air minum berkualitas adalah dengan melihat kemasannya. ”Kemasan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjaga kualitas mutu makanan dan minuman yang terkait dengan kesehatan kita,” ujar Ariana Susanti, Direktur Pengembangan Bisnis Indonesian Packaging Federation (IPF), yang menyediakan kemasan untuk galon dan tutup galon Aqua.” (Sumber: KOMPAS.com, 26 Agustus 2011). Jadi, dengan
5
mempertimbangkan kualitas kemasaan pada produk yang akan dikonsumsi, masyarakat tidak hanya bisa menutup mata saja dan harus dapat memilih produk mana yang aman untuk dibeli dan dikonsumsi un tuk kesehatan dirinya. PT Tirta Agung Wijaya (TAW) adalah salah satu manufaktur pembuat air minum dalam kemasan (AMDK) daerah yang cukup populer di area Jawa Tengah. Oleh sebab itu, kualitas merupakan salah satu faktor penting yang harus dijaga oleh PT Tirta Agung Wijaya dalam upaya untuk mempertahankan keunggulan, daya saing serta loyalitas konsumen mereka. Akan tetapi, dalam proses mempertahankan keunggulannya sebagai manufaktur pembuat sebuah produk yang hampir dikonsumsi oleh masyarakat setiap hari, masih saja terdapat produk yang rusak (defect) dalam proses produksi gelas plastik (cup) yang berfungsi sebagai packaging air minum tersebut. Dari observasi awal terhadap data yang ada di perusahaan terutama pada bagian produksi, banyak produk cacat ditemukan dalam proses filling, proses filling sendiri ada beberapa proses yaitu proses pemasukan cup pada holder, proses pengisian air produk pada cup, proses pelekatan lid pada cup dengan menggunakan panas dan proses pemotongan lid. Proses inspeksi pada proses filling dilakukan secara visual sebelum produk disusun ke dalam box, pada proses ini ditemukan beberapa kriteria cacat yaitu cacat air, cacat lid, cacat cup, dan cacat AMDK. Dari wawancara kepada pihak PT Tirta Agung Wijaya, ditemukan bahwa pengendalian kualitas produk AMDK masih belum optimal, oleh sebab itu, penelitian ini mengambil judul “Analisis Metode Statistical Processing Control dan Failure Mode and Effect Analysis Untuk Pengendalian Kualitas Produk Pada PT Tirta Agung Wijaya“.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis cacat (defect) apakah yang paling banyak ditemui dalam produksi air minum dalam kemasan (AMDK) pada PT Tirta Agung Wijaya?
6
2. Apakah pelaksanaan proses produksi pada PT Tirta Agung Wijaya berada dalam batas kendali? 3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan atau kecacatan pada produk yang diproduksi oleh PT Tirta Agung Wijaya? 4. Apa rekomendasi bagi perusahaan agar dapat meminimalisasi cacat produksi pada PT Tirta Agung Wijaya?
1.3
Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup beberapa hal, yaitu: 1. Pengambilan data pada PT Tirta Agung Wijaya dilakukan dalam unit kerja produksi untuk periode Mei sampai Juli 2013. 2. Jenis pekerjaan yang akan diteliti adalah pengecekan air, cup, lid dan AMDK yang mengalami cacat (defect). 3. Macam-macam defect yang terjadi meliputi: air kotor, potongan lid, serbuk cup, air kurang, lid miring, lid kurang lengket, lid kepanasan, lid bocor, cup jelek, cup tipis, lid bocor jarum, lid jelek atau rusak, AMDK lengket, AMDK jatuh, AMDK pecah, dan AMDK kena oli. 4. Metode penyelesaian masalah yang digunakan adalah metode SPC (Statistical Processing Control) dan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis).
1.4 1.4.1
Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui jenis cacat (defect) yang paling banyak ditemui dalam produksi air minum dalam kemasan (AMDK) pada PT Tirta Agung Wijaya. 2. Untuk menganalisis bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas pada PT Tirta Agung Wijaya dalam upaya untuk menekan jumlah produk yang rusak. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan atau kecacatan pada produk AMDK yang diproduksi oleh PT Tirta Agung Wijaya.
7
4. Memberikan
rekomendasi
bagi
perusahaan
agat
dapat
meminimalisir cacat produksi pada PT Tirta Agung Wijaya dengan kaitannya dalam meningkatkan keuntungan perusahaan.
1.4.2
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan adalah: 1. Bagi PT Tirta Agung Wijaya •
Sebagai
dasar
pertimbangan
perusahaan
dalam
penggunaan metode Statistical Processing Control dan Failure Mode and Effect Analysis dalam hal pengurangan defect dalam produksi AMDKnya. •
Perusahaan
dapat
mengetahui
faktor-faktor
yang
menyebabkan penurunan kualitas produksinya, serta mampu mengambil keputusan dan langkah yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. 2. Bagi pelajar •
Pelajar dapat menggunakan ilmu dan pengetahuan selama perkuliahan dengan menggunakan metode Statistical Processing Control dan Failure Mode and Effect Analysis yang diterapkan dalam perusahaan.
•
Pelajar
dapat
menambah
wawasan
dengan
mengaplikasikan metode Statistical Processing Control dan Failure Mode and Effect Analysis dalam kehidupan nyata. 3. Bagi pembaca •
Pembaca dapat menambah wawasan dengan mengetahui metode Statistical Processing Control dan Failure Mode and Effect Analysis dalam kehidupan nyata.
1.5
State of The Art Tabel State of The Art di bawah ini menggambarkan penelitian di masa lalu yang berkaitan dengan penelitian saat ini.
8
Tabel 1. 1. Tabel State of The Art Judul
Ratnanto Fitriadi, Much Djunaidi, Chodariyanti, ANALISIS KECACATAN PRODUK AIR MINUM DALAM KEMASAN SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE DMAIC, 2010 Hal. C.22-C.29
Edy Susanto, KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC 2009 Hal. 105-111
R. Raj Mohan, K. Thiruppathi, R. Venkatraman and S. Raghuraman, QUALITY IMPROVEMENT THROUGH FIRST PASS YIELD USING STATISTICAL PROCESS CONTROL APPROACH
Kesimpulan Dengan adanya metode DMIC dan FMEA, PT Tirta Investama dapat mengetahui usulan perbaikan untuk RPN tertinggi dengan nilai 36 yaitu cacat cup kosong tanpa lid. Usulan perbaikan dapat dilakukan dengan memeriksa kondisi mesin sebelum beroperasi, memberikan bimbingan kepada operator, penggantian komponen mesin, melakukan inspeksi secara intensif terhadap operator. Usulan pengendalian dilakukan dengan pemeriksaan sebelum proses produksi, memantau jalannya produksi dan menganalisa setiap masalah yang terjadi. PT Universal Science menggunakan metode SPC yang mana metode ini dapat mengetahui kapabilitas sigma yaitu sebesar 3.2064 dimana nilai ini dianggap cukup baik untuk perusahaan baru. Selain itu, dengan menggunakan diagram pareto dapat diketahui presentase cacat bedak retak yaitu sebesar 60.6% dan cacat bedak kasar sebesar 32.5%. Hal ini membuat perusahaan harus dapat mengurangi cacat pada produk yang dihasilkannya. Statistical Processing Control merupakan cara yang efektif untuk mengkontrol dan mengukur kualitas. Ini dapat dilihat dari gambar chart mengenai peningkatakn FPY (First Pass Yield) yang mana merupakan jumlah unit yang keluar dari proses dibagi dengan jumlah unit yang masuk dalam proses selama periode tertentu. Dari chart dapat disimpulkan bahwa SPC dapat meningkatkan
9
FPY untuk Alumunium dari 95.75% menjadi 95.99%, Brass Components dari 96.58% menjadi 97.19% dan Copper dari 98.01% menjadi 98.77%. Statistical Processing Control mengurangi variasi Timothy M. Young, Brian H. dapat ketebalan kayu sehingga Bond, Jan Wiedenbeck, IMPLEMENTATION OF A berdampak pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan. REAL-TIME STATISTICAL PROCESS Dari data dapat diketahui dengan pemanfaatan SPC yang CONTROL SYSTEM IN HARDWOOD SAWMILLS dilakukan perusahaan, estimasi peningkatan financial 2007 perusahaan berkisar antara $128,000 sampai $752,000. 2012 Hal. 985-991