1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi bangsa yang ingin maju
karena pendidikan adalah investasi jangka panjang yang menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan menjadi roda penggerak dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan potensi pola pikir manusia. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat pendidikan masyarakatnya (Nugroho,dkk dalam Susanti, 2012). Salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan potensi pola pikir adalah matematika. Hal ini sangat memungkinkan karena matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan yang lainnya serta berpola pikir yang konsisten (Depdiknas, 2003) Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting diberikan di sekolah-sekolah. Menurut Permen No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitik, sistematis, kritis dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama. Matematika merupakan salah satu di antara pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah dengan frekuensi jam belajar yang lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Tetapi banyak siswa yang merasa kurang mampu dalam pelajaran matematika karena dianggap sulit sehingga minat untuk mempelajari kembali matematika di luar sekolah kurang. Hal ini menyebabkan hasil belajar matematika tergolong rendah. Hasil belajar matematika siswa baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Programme for International Student Assessment (PISA) yang di adakan setiap tiga tahun sekali. Pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-64 dari 65 negara peserta (Giyato, 2013). Hasil PISA tersebut menunjukkan bahwa skor ujian literasi matematika siswa Indonesia adalah 375. 42,3% siswa belum mencapai level kecakapan terendah (level 1). Hasil tersebut ternyata lebih rendah
2
dibandingkan dengan Qatar yang memperoleh skor 376 (Nurfuadah, 2013). Selain itu, data dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang dilaksanakan pada tahun 2011 menyatakan bahwa kemampuan siswa kelas VIII di bidang matematika menempatkan Indonesia di urutan ke-38 dari 42 negara peserta (Tim TIMSS Indonesia, 2011). TIMSS dilaksanakan setiap empat tahun sekali. Secara nasional, hasil belajar siswa pada jenjang persekolahan masih sangat rendah. Hal ini terbukti dari hasil UN beberapa tahun terakhir, di tahun 2013 khususnya pada jenjang SMP yang menunjukkan bahwa 3.667.241 peserta UN, 16.616 di antaranya tidak lulus. Persentase angka kelulusan ini menurun dari 0.02% dari tahun sebelumnya (Esnir, 2013). Menurunnya hasil UN disebabkan karena pemahaman konsep dalam pembelajaran masih kurang, ini terbukti dengan 1.330 siswa tidak lulus pada mata pelajaran matematika. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain : melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian ketercapaian indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti khususnya dalam bidang matematika. Hal ini dilihat dari 16.616 siswa yang tidak lulus UN, 1.330 di antaranya tidak lulus mata pelajaran matematika, angka ini merupakan angka ke tidak lulusan paling banyak di antara mata pelajaran lain (Anna, 2013). Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Setiap model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Pratiwi, 2013). Model pelajaran matematika yang bersifat konvensional masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri
melalui
penemuan dalam proses
berpikir.
Pembelajaran model inilah yang membuat belajar matematika menjadi tidak bermakna sehingga pengertian siswa tentang konsep masih sangat lemah. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna (Soedjadi, 2000). Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika
3
terpisah dari pengamalan mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran matematika sebaiknya ditekankan
pada
keterkaitan
antara
konsep-konsep
matematika
dengan
pengalaman anak sehari-hari. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience). Pembelajaran matematika yang bermakna bukan hanya pembelajaran yang dikaitkan dalam pengalaman sehari-hari siswa tetapi juga pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered), Menurut Slameto (2010), guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa. Dengan demikian, pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Salah satu model pembelajaran yang dianggap peneliti dapat meninggkatkan konsep-konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari dan berpusat pada siswa yaitu model pembelajaran problem based learning. Model pembelajaran tersebut memilik karakteristik yang khas, yaitu menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks belajar siswa dan juga dalam model ini terdapat tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya. Salah satunya adalah diskusi kelompok di mana siswa harus beraktivitas di dalam kelompoknya tersebut seperti mengeluarkan pendapat, memecahkan soal dan menjadi tutor sebaya. Model pembelajaran ini diharapkan dapat digunakan untuk menghantarkan peserta didik dalam memiliki kompetensi dasar pada kompetensi inti kedua yaitu : (1) menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung jawab, responsif dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah; (2) memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar; dan (3) memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat dan karya teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mulai banyak dipraktekkan para guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajar di kelas. Hal ini tentunya tidak lepas dari beberapa kelebihan
4
penggunaan model pembelajaran tersebut. Menurut Arends (2008) model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi permasalahan yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang berfungsi sebagi batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Menurut Prof. Howard dan Kerson (amir, 2009) Problem Based Leaning adalah model pembelajaran yang mana di dalam proses pembelajaran dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, memiliki strategi belajar sendiri,
dan
memiliki
kecakapan
berpartisipasi
dalam
tim.
Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematis untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari. PBL memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, pembelajaran secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah, sementara pendidikan lebih banyak memfasilitasi. (Tan, dkk, dalam Amir, 2009) Dalam model ini guru merancang sebuah skenario masalah, memberikan petunjuk dan indikasi-indikasi tentang sumber bacaan tambahan, berbagai arahan dan saran yang diperlukan saat peserta didik menjalankan proses, maka dari itu, siswa diharapkan mampu mengeluarkan potensi individu yang mereka miliki, selain itu, dengan diterapkan pendekatan PBL, siswa dibiasakan untuk memikirkan opsi-opsi lain dalam mencari suatu solusi, sehingga peserta didik mampu menghilangkan kebiasaan berpikir sempit dan konvergen. Meskipun bukanlah pendekatan pembelajaran yang baru, penerapan model PBL mengalami kemajuan yang pesat di banyak perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu di Negara maju (Tan, dalam Amir, 2009). Adapun hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Laila Nurhasanah (2009) bahwa penerapan model Problem Based Leaning dapat meningkatkan kompetensi strategis (Strategic Competence) siswa. Sedangkan penelitian yang
5
dilakukan oleh Mukhtar (2013) bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi siswa. Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah untuk mengetahui aktivitas siswa dan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 8 Batu. Peneliti memilih model pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik di SMP Muhammadiyah 8 Batu karena di sekolah tersebut belum pernah diterapkan model pembelajaran Problem based learning dengan pendekatan saintifik, sedangkan peneliti memilih pendekatan saintifik karena pada tahun 2013-2014 ini akan diterapkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan menyajikan (Permendikbud, 2013). Pendekatan saintifik merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang diamanatkan dalam kurikulum 2013. Maka dari itu peneliti menggabungkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik dan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 agustus 2014 menghasilkan temuan bahwa model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar masih kurang bervariasi, akibatnya sebagian besar siswa kelas VII B masih kurang aktif dalam belajar, masih ada rasa malu untuk menyampaikan pendapat, masih ada siswa yang tidak mendengarkan, dan ada pula siswa yang mengobrol sendiri sama teman sebangkunya pada saat guru menjelaskan dan di SMP Muhammadiyah 8 Batu sudah menerapkan Kurikulum 2013. Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian terdahulu di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah 8 Batu”.
6
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah 8 Batu? 2. Bagaimana Tingkat Aktivitas Siswa pada Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah 8 Batu ? 3. Bagaimana Hasil Belajar Siswa pada Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah 8 Batu ?
1.3
Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika. Agar lebih fokus dan terarah, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut : a) Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII B SMP Muhammadiyah 8 Batu b) Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pola Bilangan
1.4
Tujuan Penelitian Suatu penelitian memerlukan suatu yang fokus pada masalah yang nantinya
diharapkan dapat memperoleh jawaban yang terarah untuk menghindari berbagai penyimpangan dan masalah yang terjadi dalam penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah : a) Mendeskripsikan bagaimana penerapan model pembelajaran problem based learning dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 8 Batu.
7
b) Mendeskripsikan bagaimana aktivitas siswa pada model pembelajaran problem based learning dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 8 Batu. c) Mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada model pembelajaran problem based learning dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 8 Batu.
1.5
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara langsung atau tidak langsung. Adapun manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini dilaksanakan adalah sebagai berikut : a) Bagi Siswa 1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa agar siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran di sekolah. 2) Meningkatkan hasil belajar siswa agar siswa lebih giat dalam belajar. b) Bagi Guru Penerapan
Model
Pembelajaran
Problem
Based
Learning
dengan
Pendekatan Saintifik diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar c) Bagi Sekolah Memberikan masukan kepada sekolah sebagai bahan evaluasi sekolah dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika. d) Bagi Peneliti 1) Peneliti memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada. 2) Peneliti memperoleh pengalaman yang menjadikan peneliti lebih siap untuk menjadi matematika yang profesional
8
e) Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk melanjutkan penelitian ke pengembangan kompetensi lain.
1.6
Definisi Operasional
Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan 2. Hasil Belajar merupakan suatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif di dapat melalui hasil tes sedangkan kualitatif di dapat melalui penilaian aktivitas siswa selama proses pembelajaran. 3. Model Pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir dan disajikan secara khas oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. 4. Problem Based Learning merupakan seperangkat model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang diawali dengan pemberian masalah di mana masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari siswa. 5. Pendekatan Saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.