BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Mandailing adalah sekolompok masyarakat yang mendiami daerah pesisir barat daya daratan di Pulau Sumatera, tepatnya di Tapanuli Selatan. Pada masyarakat Mandailing terdapat alat musik yang menjadi identitas daerah ini yaitu Gordang Sambilan. Secara harfiah Gordang Sambilan merupakan sembilan buah gendang yang besar. Gordang Sambilan adalah alat musik tradisional yang sakral, terbuat dari pokok kayu ingul besar dan kulit lembu yang diikat dengan rotan dan berjumlah sembilan buah gordang serta dimainkan dengan cara dipukul. Gordang Sambilan dianggap sakral karena hanya bisa dimainkan jika memenuhi syarat adat berupa pemotongan satu ekor kerbau jantan. Gordang Sambilan sudah ada kurang lebih 1400 tahun yang lalu tepatnya di Mandailing Julu, oleh Harajaon Marga Lubis Langkitang Sibaitang Namora Pande Bosi (keturunan Raja-Raja bermarga Lubis). Secara umum kesembilan gendang ini disimbolkan sebagai tingkatan yang harus dihormati. Pada gendang pertama (yang paling besar) disimbolkan sebagai jangat jangat atau gordang raja yaitu Raja Raja Panusunan Bulung yang dianggap sebagai pimpinan tertinggi di masyarakat Mandailing. Gendang kedua disimbolkan Raja Turbing Balok atau pimpinan dibawah Raja, di Indonesia biasa disebut Menteri. Gendang ketiga Hada Tuan Sibaso yang disimbolkan tempat untuk roh leluhur. Gendang keempat Suhut yang artinya saudara sekandung (biasanya dari pihak ayah). Gendang kelima Mora yang artinya keluarga dari pihak perempuan (ibu). Gendang keenam kahanggi yang artinya barisan satu marga. Gendang ketujuh Anak Boru yang artinya keluarga sepengambilan (dalam konteks pernikahan). Gendang kedelapan Naposo Nauli Bulung yang disimbolkan sebagai organisasi masyarakat Mandailing dan gendang kesembilan yang merupakan enek-enek menyimbolkan gendang anak-anak dan masyarakat Mandailing. Bentuk-bentuk acara Gordang Sambilan terdiri dari Horja Gordang (Pesta
1
Raja adat), upacara siriaon (upacara adat suka cita) yaitu perkawinan, penyambutan tamu kehormatan, memasuki rumah, pesta rakyat, kelahiran, upacara keagamaan dan upacara siluluton (upacara adat duka cita) yaitu kematian. Namun dalam penyelenggaraanya saat ini, Gordang Sambilan biasa digunakan dalam upacara adat suka cita (siriaon). Sebelum memainkan Gordang Sambilan terlebih dahulu diadakan musyawarah (markobar) yang berfungsi untuk keizinan dalam memainkan Gordang (Panaek Godang). Orang yang bisa memberi izin adalah Raja Panusunan Bulung yaitu Raja tertinggi di huta (kampung). Gordang Sambilan hanya bisa dimainkan jika sudah melakukan persyaratan Panaek Gordang atau memotong satu ekor kerbau jantan terlebih dahulu. Jika persyaratan ini tidak dilakukan, maka Gordang Sambilan tidak dapat dimainkan. Pemotongan satu ekor kerbau jantan merupakan wajib jika acara yang dilangsungkan merupakan acara besar, jika tidak maka dianggap orang yang tidak mengerti adat. Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin modern serta kehidupan sehari-hari di kota besar dengan berbagai aktivitas kedua orang tua yang tinggi pada dunia kerja membuat anak cenderung tidak diajarkan nilai-nilai budaya yang ada pada Gordang Sambilan. Nilai-nilai Gordang Sambilan menjadi pudar digantikan dengan nilai-nilai budaya modern. Padahal nilai-nilai yang ada pada Gordang Sambilan berfungsi sebagai struktur kehidupan mereka dewasa kelak. Menurut Opung Munir selaku pemangku adat suku Mandailing, usia 7-9 tahun merupakan usia yang sangat berharga untuk menanamkan nilai budaya lokal pada anak. Anak umur 7-9 tahun belum mengetahui sopan santun, tata krama, aturan, norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Anak juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan dengan orang lain diperlukan untuk belajar agar anak mampu mengembangkan kepribadian, watak, dan akhlak yang mulia. Anak usia 7-9 tahun sangat tertarik dengan bermain game. Usia ini disebut sebagai “the age of reason”, anak-anak telah masuk sekolah dan umumnya sudah bisa membaca, mampu memikirkan sesuatu hal, dan dapat memecahkan masalah. Ini juga merupakan usia dimana anak-anak mulai membuat keputusan sendiri tentang jenis mainanan dan game apa yang mereka suka atau tidak suka, bukan
2
sekedar menerima apapun yang orang tua mereka pilih untuk mereka (Schell, 2008:101). Game bermanfaat untuk melatih kemampuan motorik anak, kemampuan
berbicara
dan
berbahasa,
perkembangan
perseptual-kognitif,
meningkatkan daya kreativitas, dan membebaskan anak dari stress. Selain itu pemilihan media game didasarkan pada media-media sebelumnya, seperti buku, film dokumenter dan pertunjukan langsung yang hingga saat ini belum mampu menarik minat anak untuk mempelajari nilai dan fungsi Gordang Sambilan serta bentuk penyelenggaraan adatnya. Penulis memilih jenis game simulasi untuk menyampaikan fungsi dan nilai-nilai Gordang Sambilan kepada anak. Permainan jenis simulasi merupakan permainan yang berusaha meniru kondisi kehidupan dan aturan yang nyata dengan tujuan agar target audience mengerti inti dari simulasi yang akan dibuat (Bates, 2004:58). 1.2 Permasalahan 1.2.1
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah adalah : 1. Penanaman nilai budaya yang tidak diajarkan oleh orang tua di kota-kota besar membuat anak tidak mengetahui fungsi dan nilai dari Gordang Sambilan.
1.2.2
Batasan Masalah Batasan masalah untuk perancangan game ini adalah pembuatan
game simulasi untuk menyampaikan fungsi dan nilai Gordang Sambilan kepada anak 7-9 tahun di kota Medan, Sumatera Utara. 1.2.3
Rumusan Masalah Dari latar belakang dan identifikasi masalah maka dirumuskan
masalah adalah : 1. Bagaimana cara merancang simulasi fungsi dan nilai dari Gordang Sambilan kepada anak-anak untuk game “Panaek Godang”?
3
1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam perancangan Tugas Akhir ini adalah : 1. Perancangan game simulasi “Panaek Godang” untuk menyampaikan fungsi dan nilai Gordang Sambilan. 2. Perancang adalah sebagai game designer dengan fokus pada gameplay dan gameart yang dirancang. 3. Perancangan game “Panaek Godang” ini diperuntukan bagi anak-anak usia 7-9 tahun di kota Medan, Sumatera Utara. 4. Perancangan dilakukan dari bulan Agustus tahun 2014 sampai bulan Juni tahun 2015.
1.4 Tujuan Perancangan Tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan game ini adalah : 1. Untuk menyampaikan fungsi dan nilai Gordang Sambilan kepada anakanak 7-9 tahun kedalam game simulasi “Panaek Godang”. 1.5 Manfaat Perancangan Manfaat yang diharapkan dari perancangan game ini adalah : 1. Menambah wawasan mengenai fungsi dan nilai Gordang Sambilan kepada anak.
1.6 Metode Perancangan Panaek Godang merupakan persyaratan upacara adat sukacita pada masyarakat Mandailing untuk bisa memainkan Gordang Sambilan, yaitu dengan memotong satu ekor kerbau jantan terlebih dahulu. Jika persyaratan ini tidak dilakukan, maka Gordang Sambilan tidak dapat dimainkan. Pemotongan satu ekor kerbau jantan ini merupakan wajib jika acara yang dilangsungkan adalah acara besar, jika tidak memotong kerbau maka dianggap orang yang tidak mengerti adat. Dalam perancangan game Panaek Godang ini, penulis menggunakan
4
metode perancangan yaitu pengumpulan data, analisis data, dan sistematika perancangan. Berikut penjelasannya mengenai metode perancangan yang digunakan. 1.6.1
Pengumpulan Data a. Wawancara Teknik pengumpulan data yang pertama kali penulis lakukan adalah dengan wawancara atau bertanya langsung kepada pihak yang terkait dari rancangan game ini seperti budayawan Mandailing untuk mengetahui asal usul, filosofi, serta fungsi dan nilai Gordang Sambilan. Kemudian kepada beberapa ahli game, ahli etnomusikologi, serta anak-anak usia 7-9 tahun di Medan, Sumatera Utara dan orang tua mereka. b. Observasi Setelah melakukan wawancara, penulis melakukan observasi ke tempat asal Gordang Sambilan yaitu Mandailing Natal, Tapanuli Selatan dan Kota Medan, Sumatera Utara. Observasi dalam perancangan ini, penulis gunakan untuk mendapatkan data-data dan pemahaman anak usia 7-9 tahun di kota Medan mengenai Gordang Sambilan. c. Studi Literatur Kemudian penulis melakukan studi literatur untuk mempelajari fakta secara sitematik dalam buku-buku dan koran yang berkaitan mengenai Gordang Sambilan serta referensi dari game yang akan dibuat.
1.6.2
Analisis Data Setelah melakukan pengumpulan data, penulis melakukan analisis data dengan metode kualitatif dan pendekatan etnomusikologi. Etnomusikologi
disini
bertujuan
untuk
menyelidiki
Gordang
Sambilan sebagai aktifitas budaya, yang mencakup kepada budaya material musik. Yaitu klasifikasi musik, prinsip pembuatan Gordang
5
Sambilan, bahan pembuatan Gordang Sambilan, motif pertunjukan, metode dan teknik serta instrument yang membahas lebih spesifik budayanya yaitu apa saja yang dikeramatkan, lambang aktifitasnnya, petanda dari pesan tertentu pada masyarakat dan suara atau bentuk instrument
yang
dihasilkan
berhubungan
dengan
apa.
Untuk pengumpulan data dengan metode kualitatif, pertama penulis
mendeskripsikan
Gordang
Sambilan
terlebih
dahulu.
Kemudian di klasifikasikan selanjutnya penafsiran, dan terahir hasil penafsiran dengan menggunakan pendekatan etnomusikologi. 1.6.3
Sistematika Perancangan Urutan perancangan yang penulis lakukan adalah : a. Pembuatan ide atau konsep awal Sebuah permainan dimulai dengan ide. Ide bisa datang dari mana saja kemudian dibuat sebuah dokumen yang berisi mengenai rincian dari konsep yang dihasilkan. Konsep awal sebuah game berupa pesan yang ingin disampaikan, konsep kreatif, visual, serta media yang digunakan. b. Pra-Produksi Ini merupakan tahap merancang Game Design Document (GDD) dan Teknis perancanganya. Mencakup gameart, gameplay dan game mechanics. c. Produksi Tahap produksi yaitu awal game dikembangkan. Ide dan konsep serta tahapan produksi disusun untuk jadwal produksi. Dalam tahap ini rancangan desain game simulasi Panaek Godang menjadi komponen terpenting dalam game nantinya. Setelah perancangan dirasa tidak bermasalah, game akan diuji coba kepada audiens untuk mengetahui masih ada fitur yang dirasa kurang.
6
1.7 Kerangka Perancangan
Gambar 1.1 Kerangka perancangan Sumber : Dokumentasi Penulis
7
1.8 Pembabakan Gambaran singkat tiap bab dari perancangan game ini adalah : BAB 1 PENDAHULUAN Berisi tentang gambaran secara umum Gordang Sambilan dan permasalahannya kemudian ruang lingkup, tujuan perancangan, manfaat perancangan, metode perancagan, kerangka perancangan dan pembabakan penulisan. BAB 2 DASAR PEMIKIRAN Teori-teori yang digunakan untuk perancangan game Panaek Godang. Teori tersebut adalah Fungsi dan Nilai Gordang Sambilan, teori game simulasi, game design, proses adaptasi, etnomusikologi, dan game bagi anak. BAB 3 DATA DAN ANALISIS MASALAH Berisi tentang data-data yang berkaitan dengan data pemberi proyek, data produk, data khalayak sasaran, referensi, data wawancara serta analisis yang mencakup observasi, deskripsi, klasifikasi, interpretasi metode analisis dan hasil analisis dari data. BAB 4 KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN Berisi tentang Konsep Awal yaitu konsep pesan, konsep kreatif, konsep pendekatan, konsep media dan konsep visual serta hasil perancangan dari game yang akan dibuat mulai dari pra-produksi, produksi, dan pasca produksi. BAB 5 PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran pada waktu sidang. DAFTAR PUSTAKA, Berisi tentang daftar sumber yang digunakan untuk mengumpulkan data, teori, dan referensi dari Tugas Akhir. LAMPIRAN, Berisi lampiran yang berkaitan dengan Tugas Akhir.
8