BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Srikandi Barokah merupakan satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam usaha perdagangan yoghurt, didirikan pada Mei 2010 yang beralamatkan di Sapiyan RT 02/03, Desa Metuk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Pada perusahaan ini memiliki 7 pegawai, 4 pegawai pada bagian produksi dan pengemasan yoghurt, 3 pegawai dibagian pemasaran. Pendapatan usaha yoghurt ±Rp 8.000.000,-/bulan. Pengelolaan penjualan barang dagangnya perusahaan ini memiliki dua cara yaitu penjualan secara tunai dan penjualan konsinyansi. Penjualan konsinyansi adalah penjualan dengan cara pemilik barang menitipkan barang kepada pihak lain dengan syarat perjanjian yang telah dibuat. Penyerahan hasil penjualan konsinyasi diberikan pada saat agen meminta barang konsinyasi lagi. Harga pemasaran yoghurt sangat terjangkau yaitu Rp 600,-/pcs. Produk yoghurt memiliki 5 varian rasa antara lain original, melon, anggur, coklat, dan nanas. Meningkatnya minat konsumen terhadap produk yoghurt, Srikandi Barokah juga mengalami peningkatan pada jumlah agen yang bekerjasama. Awal Agustus 2010, hanya terdapat 3 pedagang yang tercatat sebagai agen, namun hingga akhir 2016 terdapat 25 agen yang berdomisili di daerah Boyolali. Agen Srikandi Barokah tidak hanya di daerah Boyolali, sekarang mulai meramban ke luar daerah Boyolali misalnya daerah Salatiga, Semarang, Kudus, Yogyakarta, Klaten, Wonogiri, Solo dan Magelang. Perkembangan tersebut tidak didukung dengan pencatatan penjualan konsinyansi, yaitu perhitungan dan pembagian komisi terhadap agen, dan persediaan barang yang masih dilakukan dengan menggunakan pencatatan di buku. Proses pelaporannya masih dilakukan secara konfensional setiap akhir hari. Nota penjualan konsinyasi digunakan sebagai pencatatan persediaan barang yang diperbarui masih menggunakan pencatatan di buku, sehingga mengakibatkan tingkat keakuratan data yang rendah. Persediaan barang diperbarui setiap hari
1
pada akhir jam kerja tanpa ada kartu persediaan, dan pelaporan penjualan dibuat setiap bulan tanpa penjurnalan akuntansi. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya sistem baru yang dapat mengelola masalah transaksi penjualan tunai dan penjualan atas barang konsinyasi yang berhubungan dengan persediaan. Adanya sistem baru ini dapat menghasilkan laporan yang sesuai standar akuntansi.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut. a.
Bagaimana mengintegrasikan barang jadi untuk menghasilkan persediaan ?
b.
Bagaimana mengelola pencatatan transaksi penjualan tunai dan penjualan konsinyasi ?
c.
Bagaimana pengelolaan pencatatan transaksi penjualan tunai dan penjualan konsinyasi yang dapat terhubung dengan sistem pencatatan akuntansi ?
d.
Bagaimana membuat kartu persediaan yoghurt menggunakan metode First In First Out (FIFO) ?
e.
Bagaimana menyajikan laporan penjualan tunai, laporan penjualan konsinyasi, dan laporan laba rugi ?
1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penyusunan proyek akhir ini yaitu menghasilkan aplikasi yang dapat. a.
Menyajikan persediaan yang diambil dari daftar barang jadi;
b.
Menangani pencatatan transaksi penjualan tunai dan penjualan konsinyasi;
c.
Menghubungkan transaksi penjualan tunai dan penjualan konsinyasi dengan sistem pencatatan akuntansi, seperti jurnal umum, buku besar;
d.
Menyajikan kartu persediaan; dan
e.
Menyajikan laporan penjualan tunai, laporan penjualan konsinyasi, dan laporan laba rugi.
2
1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dalam pembahasan adalah sebagai berikut. a. Metode pengerjaan aplikasi mengunakan metode Software Development Life Cycle (SCLC) hanya sampai tahap pengujian, b. Pencatatan akuntansi atas transaksi penjualan konsinyasi mengunakan metode terpisah, c. Aplikasi tidak menangani penjualan kredit, d. Aplikasi tidak menangani retur penjualan, e. Aplikasi tidak menangani pengembalian barang konsinyasi, f.
Aplikasi tidak menangani uang muka dari komisioner,
g. Perhitungan pajak 1% dari omset hasil penjualan (PPh Tahun 2013), h. Pencatatan persediaan menggunakan metode First In First Out (FIFO), i.
Pencatatan jurnal dan persediaan pada aplikasi mengunakan metode perpetual,
j.
Aplikasi ini tidak menangani pembelian tetapi menangi pengadaan pada metode First In First Out (FIFO),
k. Fungsionalitas pengadaan dikelola oleh proyek akhir Desy Rizkya Putri, dan l.
Metode pengujian menggunakan Black-Box Testing.
1.5 Metode Pengerjaan Software Development Life Cycle (SDLC) memiliki beberapa model dalam penerapan setiap tahap prosesnya, diantaranya model sekuensial linier (Sequential Linear) atau alur hidup klasik (Classic Life Cycle). Model waterfall menyediakan alur perangkat lunak secara turun dimulai dari analisis, desain, pengkodean, pengujian, dan tahap pendukung. Salah satu metode dalam SDLC yaitu metode waterfall yang mempunyai ciri khusus pengerjaan setiap fase harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke fase berikutnya. Berikut ini gambar dari metode waterfall.
3
Gambar 1- 1 Tahapan Waterfall
Tahapan dari metode waterfall adalah sebagai berikut. a. Analisis Proses pengumpulan kebutuhan dilakukan untuk mengatahui bagaimana spesifikasi sistem yang dibutuhkan oleh perusahaan Srikandi Barokah. Teknik pengumpulan data kebutuhan sistem ini dilakukan dengan cara 1. Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan pemilik dari Srikandi Barokah yaitu Bapak Toyo. Wawancara dilakukan pada Sabtu, 30 Oktober 2016. Komunikasi tersebut dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung untuk memenuhi data yang diperlukan untuk pembuatan Proyek Akhir. 2. Observasi Observasi merupakan teknik turun langsung ke perusahaan yang diteliti dengan mengamati sistem berjalan serta memita data yang telah ada atau data pada periode sebelumnya di Srikandi Barokah. 3. Study Literatur Study Literatur merupakan teknik penelitian melalui buku-buku, media, pakar, atau hasil penelitian orang lain dengan tujuan mencari referensi dan sumber-sumber yang berhubungan dengan penelitian.
4
Setelah itu didefinisikan lebih rinci untuk proses bisnis yang terjadi dalam bentuk Risk Picture, Business Process Model and Natation (BPMN) dan Entity Relationship Diagram (ERD). Kemudian untuk definisi objek-objek yang akan dibuat diagram menggunakan model objek dalam bentuk Unified Modelling Language (UML). Diagram UML yang digunakan pada tahapan analisis yaitu Usecase Diagram, Sequence Diagram dan Class Diagram. b. Desain Pada tahap ini, desain aplikasi berdasarkan data yang diperoleh pada saat wawancara
dan
pengamatan
sebelumnya.
Rancangan
untuk
tampilan
menggunakan mockup, relasi antar tabel, arsitektur sistem, dan kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak. c. Pembuatan kode program Pada tahap ini, penulisan kode program menggunakan bahasa pemprograman PHP dengan Framework CodeIgniter dan MySql yang digunakan untuk basis data. Penulisan kode program disesuaikan dengan sistem tahapan sebelumnya. d. Pengujian program Dilakukan pengujian dengan metode black box testing untuk menghindari error pada aplikasi dan menentukan keluaran yang dihasilkan sesuai keinginan. e. Dokumentasi Penulisan dokumentasi dimulai dari tahapan analisis kebutuhan sampai dengan tahapan pengujian.
1.6 Jadwal Pengerjaan Berikut adalah jadwal pengerjaan proyek akhir. Tabel 1- 1 Jadwal Pengerjaan
5