BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang World Commision on Environment and Development (1987) dalam Jaya (2004) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini dengan mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Pembangunan berkelanjutan menuntut masyarakat agar memenuhi kebutuhan manusia dengan meningkatkan potensi produktif melalui cara-cara yang ramah lingkungan maupun dengan menjamin tersedianya peluang yang adil bagi semua pihak. Untuk itu diperlukan pengaturan agar lingkungan tetap mampu mendukung kegiatan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. PT. Kaltim Prima Coal adalah salah satu perusahaan tambang batubara yang berlokasi di Sangatta kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Pada tahun 2014 tercatat luas area operasi PT. Kaltim Prima Coal mencapai 92.938 hektar dengan target produksi batubara sebesar 50,7 juta ton, dimana 13,1 juta ton dari hasil produksi diorientasikan untuk memenuhi keperluan domestik (Ruchijat, 2014). Kegiatan pertambangan merupakan isu pembangunan berkelanjutan yang kompleks dan memiliki potensi merusak lingkungan. Dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan dari kegiatan pertambangan menurut Gautama (2012) adalah berikut ini. 1.
Dampak terhadap air, dapat dibedakan menurut: a.
kuantitas: turunnya muka air tanah atau debit sungai, maupun
b.
kualitas: secara fisik yaitu meningkatnya kekeruhan, ataupun secara kimia yaitu meningkatnya konsentrasi unsur/senyawa berbahaya bagi biota atau manusia.
2.
Dampak terhadap penggunaan lahan akibat kegiatan penggalian dan penimbunan.
3.
Dampak terhadap udara, yaitu menurunnya kualitas udara karena debu.
4.
Dampak terhadap biota karena pembersihan alam. Salah satu dampak yang sangat penting adalah dampak terhadap air, terutama
kualitas air. Kasus yang sering ditemui di lapangan adalah potensi terbentuknya air asam
1
2 tambang (AAT) yang ditandai dengan tingkat keasaman yang tinggi (nilai pH yang rendah di bawah 5), sehingga perlu dilakukan kegiatan pengolahan air tingkat lanjut. Pada kasus ini PT. Katim Prima Coal menggunakan kolam pengendapan (settling pond), untuk dikelola dan dipantau sebelum dialirkan ke tempat pembuangan (void pond). Desain
konseptual
fasilitas
kolam
pengendapan
dirancang
dengan
mempertimbangkan kondisi kontur di lapangan seperti berikut: a.
jika berada di daerah yang relatif datar, kolam pengendap dibuat berupa rangkaian kompartemen yang membentuk labirin. Tujuan dibuatnya model labirin adalah untuk memperpanjang waktu konsentrasi (waktu pengaliran) sehingga ada kesempatan bagi sedimen yang terangkut oleh air bisa mengendap, atau
b.
jika konturnya berbukit, kolam sedimen diletakkan di lembah dengan membangun bendungan (tanggul terpadatkan). Dengan pembendungan, maka akan terbentuk genangan. Genangan inilah yang memungkinkan terendapnya partikel sedimen yang terangkut oleh aliran dari kegiatan penambangan. Daerah tinjauan penelitian berada di daerah dengan kontur berbukit, karena itu tipe
konstruksi yang digunakan adalah tanggul terpadatkan. Pembangunan kolam pengendap sedimen juga harus memperhitungkan stabilitas lereng pada badan pond maupun galian. Analisis stabilitas perlu dilakukan untuk memeriksa keamanan badan pond terhadap kemungkinan longsor. Perhitungan ini akan menghasilkan angka keamanan/safety factor (SF) yang nantinya dapat dijadikan parameter dalam menentukan tingkat keamanan dan stabilitas lereng badan pond. Perhitungan stabilitas lereng dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan dasar teori yang mengacu pada penelitian terdahulu. Seiring dengan berkembangnya teknologi komputer, pemakaian program komputer pada permasalahan geoteknik akan sangat membantu dengan kecepatan dan ketepatan perhitungan yang dapat diandalkan. Dalam Tugas Akhir ini, penulis melakukan analisis terhadap pengaruh keruntuhan daya dukung tanah pada badan pond dan dilengkapi dengan analisis numerik menggunakan program Slope/W. Analisis stabilitas lereng yang dilakukan mengambil studi kasus pembangunan Azalea Pond yang ditunjukkan pada Gambar 1.1 dengan timbunan tanah setinggi 7 meter dan kemiringan lereng (vertikal : horizontal) sebesar 1V:3H pada sisi hulu dan hilir badan pond.
3
Gambar 1.1 Badan Azalea Pond dan daerah tampungan
1.2 Rumusan Masalah Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang horizontal. Lereng yang memiliki kemiringan dengan sudut tertentu berpotensi mengalami kegagalan (failure) berupa longsoran. Stabilitas struktur menjadi aspek penting yang harus diperhitungkan dalam perancangan maupun pembangunan infrastruktur sipil. Dalam kasus ini, timbunan tanah setinggi 7 meter yang berfungsi sebagai badan Azalea Pond membentuk lereng dengan kemiringan 1V:3H. Bangunan ini berpotensi mengalami kegagalan akibat keruntuhan kapasitas dukung tanah.
Beberapa
kemungkinan
longsor juga dapat terjadi di sisi hulu maupun sisi hilir badan pond. Analisis stabilitas lereng perlu dilakukan untuk menentukan tingkat keamanan badan Azalea pond dari beberapa potensi kegagalan (failure).
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut. 1.
Mengetahui tingkat keamanan badan Azalea Pond terhadap pengaruh keruntuhan kapasitas dukung tanah.
2.
Mengetahui hasil perhitungan faktor keamanan badan Azalea Pond terhadap beberapa kondisi tinjauan yang dianalisis secara numerik menggunakan program Slope/W.
3.
Memberikan
rekomendasi
terhadap
pembangunan
pertimbangan keamanan dan stabilitas struktur.
Azalea
Pond
dengan
4 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah yang ditetapkan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut. 1.
Kajian aspek geoteknik terhadap kestabilan lereng badan Azalea Pond.
2.
Perhitungan dilakukan secara analitis dengan mempertimbangkan kestabilan lereng terhadap pengaruh keruntuhan kapasitas dukung tanah.
3.
Analisis stabilitas lereng dilakukan secara numerik terhadap kemungkinan longsor (failure) saat akhir pelaksanaan, variasi terhadap tinggi muka air saat mencapai elevasi penuh, dan saat air mengalami penurunan mendadak (rapid drawdown). Akan dihasilkan referensi stabilitas lereng dalam bentuk angka aman (SF).
4.
Analisa yang dilakukan menggunakan data yang diperoleh dari hasil uji laboratorium di Laboratorium Geoteknik PT. Kaltim Prima Coal.
5.
Program yang digunakan untuk analisis numerik adalah Slope/W versi 7.10 dengan menggunakan
Metode
Fellenius
(Ordinary
Method
of
Slices),
Bishop
Disederhanakan (Bishop Simplified Method), dan Janbu Disederhanakan (Janbu Simplified Method) dengan tinjauan bidang longsor menggunakan grid and radius. 6.
Material tanah timbunan dan tanah dasar dimodelkan sebagai material isotropis dan homogen dengan kriteria keruntuhan Mohr Couloumb.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari Tugas Akhir ini adalah: 1.
memahami prosedur analisis stabilitas lereng dan proses pengambilan data, baik penyelidikan langsung di lapangan maupun pengujian di laboratorium,
2.
mengetahui tingkat keamanan lereng yang ditinjau terhadap potensi longsor dan kegagalan (failure),
3.
setelah diketahui tingkat keamanan lereng terhadap potensi longsor, dapat diberikan rekomendasi perancangan yang paling aman untuk diterapkan di lapangan.
1.6 Keaslian Penelitian Banyak ahli, diantaranya Fredlund dan Krahn (1977), Purwono (2003), dan lainlain telah bekerja dengan topik-topik yang berbeda terkait dengan stabilitas lereng. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan semua pencapaian dan hasil karya para peneliti terdahulu.
5 Penelitian ini membahas tentang analisis stabilitas lereng pada timbunan tanah yang berfungsi sebagai badan dari kolam pengendapan Azalea Pond. Analisis stabilitas pada penelitian ini menggunakan program GeoSlope 2007 Slope/W versi 7.10. Hasil analisis secara keseluruhan dilampirkan dalam bentuk angka aman (SF). Peneliti menjamin bahwa laporan ini tidak meniru dan menduplikasi hasil kerja yang telah ada.