BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin hari semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin meningkat pula kebutuhan air bersih. Peningkatan kebutuhan air bersih ini tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya air bersih, malahan kuantitas dan kualitas air bersih semakin menurun. Pertambahan jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan sangat berpengaruh terhadap kebutuhan air rumah tangga (Mislan, 1999). Semakin tinggi jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk maka semakin besar pula konsumsi air bersih rumah tangga. Perilaku dan kebiasaan penduduk mempengaruhi pola konsumsi air bersih. Konsumsi air di perkotaan akan lebih tinggi daripada pedesaan yang jumlah penduduknya lebih kecil, karena penduduk di perkotaan tidak hanya mengkonsumsi air untuk keperluan pokok seperti minum, memasak, dan kebersihan tetapi juga untuk keperluan kemewahan seperti mengisi kolam renang atau kolam ikan, menyiram tanaman dan jalan, dan keperluan lainnya yang tidak tergolong dalam kebutuhan pokok manusia. Selain itu, penduduk di perkotaan akan lebih sering mengkonsumsi air untuk kebersihan dibandingkan penduduk pedesaan karena tingkat polusi di perkotaan lebih tinggi daripada pedesaan. Tingkat kesejahteraan penduduk pun mempengaruhi konsumsi air bersih, karena semakin tinggi tingkat kesejahteraan maka semakin banyak harta benda yang dimiliki sehingga semakin besar air yang dibutuhkan untuk pemeliharaannya. Masalah air yang terjadi di Indonesia menurut Salim (1983) dan DRN (1994) adalah menyangkut masalah kuantitas, kualitas, pemborosan dan kepincangan dalam neraca air sehingga eksploitasi yang berlebihan akan bersifat merugikan yaitu menurunkan kemampuan penyediaan air di masa datang (Mislan, 1999). Di Kota Cimahi, muka air tanah tahun 1980 mencapai 15 meter di atas permukaan tanah,
2
namun tahun 2004 permukaan air tanah turun mencapai 86 meter di bawah permukaan tanah (Cakrawala, 2005). Penurunan permukaan air tanah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: pembangunan industri, kurangnya daerah resapan air, dan penggunaan air tanah yang berlebihan oleh rumah tangga. Hal ini menunjukkan eksploitasi air tidak hanya dilakukan oleh sektor-sektor besar seperti sektor industri, perdagangan, jasa, pertambangan, dan sektor-sektor lain yang mengkonsumsi air dengan skala besar tetapi juga oleh sektor rumah tangga. Sekitar 40% dari total kebutuhan air bersih digunakan untuk keperluan rumah tangga (domectic use) (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997:510). Penyediaan air yang bersifat individual dengan sumber air pribadi melalui sumur timba, sumur bor, dan pompa air yang dilakukan oleh sebagian besar rumah tangga di beberapa wilayah turut memiliki andil dalam eksploitasi air di Indonesia. Terpenuhinya kebutuhan akan air merupakan kunci utama bagi perkembangan suatu kegiatan dan elemen penting bagi keberlanjutan suatu produktivitas perekonomian (Thuran, 1995:3). Seluruh kegiatan penduduk termasuk perekonomian membutuhkan air, tanpa air maka semua aktivitas penduduk tidak akan bisa berjalan. Jika kebutuhan air tidak terpenuhi maka kegiatan dan produktivitas perekonomian tidak akan bisa berjalan. Pemenuhan kebutuhan air untuk sektor rumah tangga memegang peranan penting di dalam menjaga produktivitas nasional secara keseluruhan (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997:510). Produktivitas nasional tergantung pada produktivitas sumber daya manusia (SDM). Jika kebutuhan rumah tangga terpenuhi maka kebutuhan SDM yang berasal dari rumah tangga akan terpenuhi, sehingga mendukung produktivitas nasional. Untuk itu, pemenuhan kebutuhan air bersih rumah tangga perlu untuk diperhatikan. Pemecahan terbatasnya penyediaan air bersih rumah tangga harus dilakukan secara komprehensif dan berdasarkan prinsip keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan serta keberlanjutan. Keterbatasan air dapat dipecahkan dengan pendekatan tradisional dan pendekatan konservasi. Pendekatan tradisional dengan pembangunan infrastruktur memiliki hambatan yaitu kurangnya sumber air baku. Pembangunan
3
infrastruktur tanpa didukung oleh penyediaan air yang memadai untuk diolah dan didistribusikan mengakibatkan pembangunan infrastruktur tersebut menjadi mubajir. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang baru akan sulit dilakukan saat ini mengingat salah satu permasalahan yang dihadapi PDAM adalah keterbatasan dana. Karena alasan tersebut, maka pendekatan konservasi akan lebih bijak untuk diterapkan dalam pemecahan terbatasnya penyediaan air bersih rumah tangga. Orientasi kebijakan air bersih ke arah yang berkelanjutan akan lebih tercapai dengan pendekatan konservasi yaitu manajemen kebutuhan air bersih, karena pendekatan konservasi lebih memperhatikan konservasi air dengan cara mengatur dan mengubah kebutuhan air bersih. Cara mengatur dan mengubah perilaku penduduk dalam mengkonsumsi air dapat dilakukan dengan gerakan penghematan air. Gerakan penghematan air yang merupakan upaya mempengaruhi jumlah konsumsi air ke arah penggunaan yang tepat dan efisien harus berhasil dilaksanakan. Hal tersebut dapat dicapai jika persepsi penduduk dalam mengkonsumsi air rumah tangga sudah tepat (Syme dan Nancarrow, 1996 dalam Mislan 1999). Sehubungan dengan itu, penelitian mengenai identifikasi karakteristik pola konsumsi rumah tangga perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah dan perilaku penduduk dalam mengkonsumsi air bersih serta mengetahui cara yang bisa ditempuh untuk mengkonservasi air bersih dari sisi kebutuhan (penduduk).
1.2 Rumusan Persoalan Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan kesediaan sumber daya air bersih. Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan air bersih. Sementara ketersediaan sumber air bersih semakin menurun yang ditandai dengan menurunnya permukaan air tanah. Sumber air bersih yang digunakan penduduk adalah sumber air pribadi dan sumber air publik. Sebagian besar penduduk memenuhi kebutuhan air bersih dengan menggunakan
sumber
bor/timba/pompa.
air
pribadi
yaitu
dengan
menggunakan
sumur
4
Pembangunan dan ketersediaan infrastruktur air bersih saat ini menghadapi beberapa kendala antara lain terbatasnya sumber air baku, terbatasnya dana yang dimiliki PDAM, tingkat kebocoran air yang tinggi, dan banyaknya penduduk yang tidak bersedia berlangganan PDAM padahal jaringan PDAM sudah tersedia di tempat tinggalnya. Penduduk memilih untuk menggunakan sumber air pribadi karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar iuran PDAM. Penggunaan sumber air pribadi menyebabkan penduduk bertindak boros dan tidak terkendali dalam menggunakan air bersih. Jika penduduk dibiarkan terus berperilaku boros dalam menggunakan air bersih, maka persediaan air bersih akan menurun dan tidak akan berkelanjutan. Dengan demikian, pemecahan terbatasnya sumber daya air bersih perlu dilakukan dari sisi kebutuhan. Selanjutnya yang menjadi pertanyaan dalam studi ini adalah bagaimana karaktersitik pola konsumsi air bersih rumah tangga, apakah rumah konsumsi air bersih rumah tangga yang menggunakan sumber air pribadi lebih besar dibandingkan rumah tangga yang menggunakan sumber air publik, apakah aspek sosial ekonomi mempengaruhi konsumsi air bersih rumah tangga, dan apakah perubahan pola konsumsi air bersih sebagai upaya penghematan air dapat mengkonversi air bersih dalam jumlah yang cukup besar.
1.3 Hipotesis Studi Pemborosan air yang dilakukan rumah tangga turut ambil andil dalam eksploitasi sumber daya air bersih, khususnya rumah tangga yang menggunakan sumber air pribadi. Penggunaan sumber air pribadi sulit untuk dikontrol dibandingkan penggunaan sumber air publik. Penggunaan sumber air publik dapat dikontrol dengan penerapan tarif. Semakin besar konsumsi air bersih yang digunakan maka semakin besar tarif yang dikenakan. Jadi sumber air mempengaruhi konsumsi air bersih rumah tangga. Selain itu, konsumsi air bersih rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: jenis dan besar lingkungan, standar hidup (pendapatan per kapita), iklim, kualitas air, tekanan aliran air, ketersediaan meter penggunaan air, umur
5
lingkungan, peraturan pembatasan lingkungan air (program konservasi), ongkos/tarif air, industri dan perdagangan, ukuran kota (ciri-ciri penduduk), ukuran keluarga, kota asal penduduk, tipe meteran, pendidikan responden, kepadatan ruang, variasi permintaan air bersih untuk menyiram tanaman. Dalam studi ini, faktor yang akan diteliti sebagai faktor yang mempengaruhi konsumsi air bersih rumah tangga adalah aspek sosial ekonomi (ukuran keluarga, pendidikan responden, tingkat penghasilan) dan kualitas air (lihat sub bab 2.5 dan tabel II.4). Pemecahan terbatasnya sumber air bersih perlu dilakukan dari sisi kebutuhan dengan cara mengubah pola konsumsi air bersih rumah tangga. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dalam studi ini antara lain: •
Rata-rata konsumsi air bersih penduduk yang menggunakan sumber air pribadi lebih besar dibandingkan penduduk yang menggunakan sumber air publik dengan karateristik sosial ekonomi rumah tangga yang sama.
•
Pola konsumsi air bersih rumah tangga dipengaruhi oleh aspek sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan.
1.4 Tujuan dan Sasaran Tujuan Penelitian ini adalah mengkaji pola konsumsi air bersih rumah tangga sebagai upaya bagi konservasi air bersih. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang ditetapkan antara lain: 9 Kajian pola konsumsi air bersih rumah tangga per keperluan dan berdasarkan sumber air 9 Kajian pola konsumsi air bersih berdasarkan aspek sosial ekonomi 9 Kajian dampak perubahan pola konsumsi air bersih rumah tangga terhadap kebutuhan dan konservasi air bersih
6
1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup studi terbagi dua, yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah studi.
1.5.1
Ruang Lingkup Materi Studi pada Kelurahan Setiamanah ini mencakup ruang lingkup materi yang
akan dibatasi pada pembahasan sebagai berikut:
Aspek pola konsumsi air bersih per keperluan dan berdasarkan sumber air Aspek konsumsi air bersih rumah tangga per keperluan dan berdasarkan sumber air adalah besarnya jumlah konsumsi air bersih penduduk per keperluan, baik keperluan pribadi maupun kolektif dan pola konsumsi air bersih berdasarkan sumber air yang digunakan. Aspek ini dibahas untuk melihat distribusi konsumsi air bersih rumah tangga, perbandingan pola konsumsi air bersih rumah tangga yang menggunakan air bersih publik dan pribadi serta menguji apakah konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air pribadi lebih besar daripada responden yang menggunakan sumber air publik.
Aspek pola konsumsi air bersih berdasarkan aspek sosial ekonomi Aspek konsumsi air bersih rumah tangga berdasarkan aspek sosial ekonomi adalah besarnya jumlah konsumsi air bersih penduduk berdasarkan aspek sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat penghasilan, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga. Selanjutnya melihat pengaruh aspek sosial ekonomi terhadap pola konsumsi air bersih dan membandingkan rata-rata konsumsi air bersih rumah tangga berdasarkan sumber air dengan karakteristik sosial ekonomi yang sama.
Aspek dampak perubahan pola konsumsi air bersih rumah tangga (penghematan) terhadap kebutuhan dan konservasi air Aspek dampak perubahan pola konsumsi air bersih rumah tangga (penghematan) terhadap kebutuhan dan konservasi air adalah dampak yang ditimbulkan dengan adanya perubahan pola konsumsi air bersih rumah tangga (penghematan) terhadap
7
besarnya kebutuhan air bersih secara total dan konservasi air yang dapat dicapai. Aspek ini dibahas untuk melihat perubahan kebutuhan air bersih rumah tangga dengan adanya penghematan dan bagaimana pengaruhnya terhadap kebutuhan air bersih dalam lingkup yang lebih luas seperti Kelurahan Setiamanah dan Kota Cimahi, serta melihat besarnya konservasi air yang dapat dicapai dan kemungkinan peningkatan pelayanan PDAM.
1.5.2
Ruang Lingkup Wilayah Studi Studi ini dilakukan di salah satu kelurahan di Kota Cimahi yaitu Kelurahan
Setiamanah. Kelurahan Setiamanah terletak di Kecamatan Cimahi Tengah, di pusat Kota Cimahi. Alasan Kelurahan Setiamanah dijadikan wilayah studi antara lain: •
52,67% Kelurahan Setiamanah merupakan kawasan permukiman (Data Monografi Kelurahan Setiamanah, 2006).
•
Jaringan PDAM pun sudah masuk dan tersebar di seluruh kelurahan, namun tidak semua penduduk menggunakan air dari PDAM. Proporsi rumah tangga yang menggunakan sumber air pribadi dan publik (PDAM) cukup besar. Sebagian besar rumah tangga menggunakan sumber air pribadi melalui sumur timba, sumur bor, dan pompa tangan. Besarnya jumlah rumah tangga yang menggunakan sumber air pribadi dapat menjadi sasaran dalam upaya konservasi air.
•
Proporsi golongan rumah tangga pelanggan PDAM 1B dan 1C cukup berimbang dari pada wilayah lain, sehingga bisa mewakili konsumsi air bersih pelanggan PDAM bergolongan 1B dan 1C. Pelanggan yang bergolongan 1A sudah tidak ada lagi.
•
Karakteristik penduduk di Kelurahan tersebut cukup beranekaragam baik dari segi pendidikan maupun penghasilan. Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Setiamanah beranekaragam mulai dari tidak/belum sekolah hingga strata III. Tingkat penghasilan penduduknya
pun beranekaragam mulai dari yang
berpenghasilan di bawah Rp.500.000 hingga di atas Rp.5.000.000.
8
1.6 Metode Penelitian 1.6.1
Metode Pengumpulan Data Dalam studi ini, data dibagi menjadi dua yaitu data sekunder dan data primer.
1.6.1.1 Pengumpulan data sekunder Data sekunder dikumpulkan dengan cara mencari dan menelaah buku, tugas akhir, tesis, jurnal, laporan penelitian, internet, serta data-data dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian. Instansi-instansi tersebut antara lain: Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cimahi, Kantor Kelurahan Setiamanah, Dinas Kependudukan Kota Cimahi, Dinas Tata Kota Cimahi, Bappeda Kota Cimahi, serta Badan Perberdayaan Penduduk (BPM) Kota Cimahi dan Propinsi Jawa Barat. Adapun kebutuhan data sekunder dan sumber data dapat dilihat pada tabel I.1. TABEL I.1 DATA SEKUNDER DAN SUMBERNYA Nama Data Jumlah pelanggan PDAM Data Monografi Desa, Peta Kelurahan Setiamanah Peta Kelurahan Setiamanah Jumlah penduduk Kelurahan Setiamanah berdasarkan jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, golongan umur, serta jumlah kepala keluarga dan alamatnya RDTR Kota Cimahi RTRW Kota Cimahi Jumlah Keluarga Sejahtera berdasarkan tahapannya Standar kebutuhan air bersih Tinjauan pustaka yang berkaitan dengan pola konsumsi air rumah tangga dan penghematan air bersih
Sumber PDAM Kota Cimahi Kantor Kelurahan Setiamanah
Dinas Kependudukan Kota Cimahi
Dinas Tata Kota Cimahi Bappeda Kota Cimahi Badan Pemberdayaan Penduduk dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Cimahi Buku literatur, tugas akhir, tesis, jurnal, laporan penelitian, internet Buku literatur, tugas akhir, tesis, jurnal, laporan penelitian, internet
10
11
1.6.1.2 Pengumpulan data primer Metode pengumpulan data primer yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara menggunakan kuesioner secara langsung. Wawancara dilakukan kepada ibu rumah tangga atau kepada anggota keluarga yang berjenis kelamin perempuan dan sudah remaja. Ibu rumah tangga atau anggota keluarga berjenis kelamin perempuan dan sudah remaja dipilih sebagai responden karena terbiasa melakukan kegiatan rumah tangga seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, dan kegiatan rumah tangga lainnya sehingga mengetahui pola konsumsi air bersih rumah tangganya. Karena tidak adanya data mengenai jumlah rumah tangga maka jumlah sampel yang akan dijadikan responden dihitung dengan menggunakan jumlah kepala rumah tangga yang terdapat di Kelurahan Setiamanah. Perbedaan rumah tangga dengan kepala keluarga adalah dalam satu rumah tangga bisa terdiri dari beberapa kepala keluarga. Jadi jumlah rumah tangga bisa jadi lebih kecil dari jumlah kepala rumah tangga. Untuk memperoleh jumlah sampel yang akan diteliti maka digunakan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 90%. Rumus Slovin adalah sebagai berikut (Sugiyono, 1994):
n ≥
N Ne
2
+1
Keterangan: n = jumlah sampel N = populasi e = error estimate, yaitu besarnya derajat kepercayaan studi (10%) Jumlah kepada rumah tangga di Kelurahan Setiamanah berdasarkan Data Monografi Kelurahan Setiamanah tahun 2006 adalah 4.959 KK, maka dengan tingkat kepercayaan 90% diperoleh minimal jumlah sampel adalah 98,02 ≈ 98 rumah tangga. Jadi jumlah sampel minimal yang harus diteliti adalah 98 rumah tangga. Pengambilan sampel dilakukan di seluruh RW di Kelurahan Setiamanah. Untuk menghindari adanya sampel yang tidak dapat diolah, maka sampel yang diteliti adalah 114 rumah
12
tangga. Selanjutnya seluruh sampel dianalisis walaupun ada sampel yang tidak menjawab lengkap seluruh pertanyaan yang diajukan, dan hal ini ditanggulangi dengan beberapa pendekatan yang terdapat pada lampiran C. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data-data mengenai jumlah konsumsi air bersih rumah tangga per keperluan meliputi keperluan untuk minum, memasak, mandi, mencuci pakaian, membersihkan rumah, wudhu, menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dan mengisi aquarium. Keperluan lainnya tidak diperhitungkan, seperti mencuci tangan, mencuci kaki, menyikat gigi, mencuci muka, membersihkan kamar mandi, demikian juga keperluan-keperluan lain yang bukan merupakan kegiatan rutinitas, seperti konsumsi air bersih bagi tamu atau kerabat yang berkunjung. Keperluan-keperluan yang diteliti jumlah konsumsi air bersihnya dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam 3 jenis keperluan antara lain: 9 Keperluan primer: minum dan memasak 9 Keperluan sekunder: mandi, mencuci pakaian, membersihkan rumah, dan wudhu 9 Keperluan tersier: menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dan mengisi aquarium Data mengenai jumlah konsumsi air bersih
yang tepat untuk keperluan-
keperluan tersebut memang cukup sulit diperoleh, sehingga untuk mendapatkan data tersebut dilakukan beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan antara lain: 9 Menanyakan jumlah konsumsi air bersih per keperluan dengan satuan ember, gayung, teko, atau wadah lainnya. Karena ukuran ember berbedabeda maka setiap ukuran dan jenis ember diukur volumenya dalam satuan liter. Ukuran dan jenis ember atau wadah tersebut digambarkan dalam foto sehingga responden bisa dengan mudah menunjukkan ember yang digunakan dan surveyor atau peneliti bisa dengan mudah juga mengkonversikannya ke satuan liter. Konsumsi air bersih responden memang belum tentu tepat karena wadah yang digunakan bisa jadi tidak penuh, namun dengan cara ini jumlah konsumsi air bersih bisa didekati.
13
9 Selanjutnya
semua
keperluan
air
bersih,
dari
beberapa
satuan
dikonversikan ke liter per orang per hari. Karena tidak semua keperluan memiliki satuan liter per orang per hari. Jumlah konsumsi air bersih yang diperoleh untuk kegiatan-kegiatan kolektif seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dan mengisi aquarium adalah jumlah konsumsi dengan satuan per rumah tangga sehingga data tersebut harus dikonversikan ke satuan per orang untuk beberapa analisis. Begitu pula konsumsi air bersih yang dilakukan per minggu atau tidak setiap hari harus dikonversikan ke dalam satuan per hari.
1.6.2
Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
mudah dibaca dan diinterpretasikan dengan menggunakan perangkat statistik sesuai dengan tujuan atau hasil yang ingin dicapai dalam penelitian. Analisis statistik adalah analisis yang terkait dengan pengumpulan, pengorganisasian, dan interpretasi data menurut prosedur tertentu. Dalam penelitian ini, teknik statistik yang digunakan adalah •
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum.
•
Statistik inferensial digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Healey, 1996). Statistik inferensial yang digunakan adalah inferensi parametrik, karena jenis data yang digunakan adalah interval rasio, dengan metode uji hipotesa perbedaan rata-rata dua sampel independen.
•
Statistik asosiasi digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara variabel-variabel dan seberapa kuat hubungan serta bagaimana arah hubungan antara variabel-variabel tersebut. Metoda statistik asosiasi yang
14
digunakan adalah pearson 1 , karena jenis data yang digunakan adalah interval rasio dan hasil yang ingin dilihat adalah ada tidaknya hubungan antara dua variabel dan berapa kekuatan hubungan tersebut tanpa melihat modelnya. •
Analisis regresi berganda dengan menggunakan variabel boneka (dummy variable 2 ) digunakan untuk mengetahui hubungan beberapa variabel dengan konsumsi air bersih.
•
Analisis anova digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata konsumsi air bersih rumah tangga berdasarkan sumber air dengan kesamaan karaktersitik sosial ekonomi adalah sama.
•
Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui variabel yang secara signifikan berpengaruh terhadap total konsumsi air bersih.
Pola konsumsi air bersih dalam studi ini diartikan sebagai jumlah dan perilaku penduduk dalam mengkonsumsi air bersih. Sedangkan perilaku adalah cara penduduk dalam mengkonsumsi air bersih. Tahapan analisis yang dilakukan dalam studi ini adalah sebagai berikut: 1. Pola Konsumsi Air Bersih per Keperluan dan berdasarkan Sumber Air Analisis yang digunakan antara lain: a. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan rata-rata konsumsi air bersih per keperluan, jumlah seluruh konsumsi air bersih dan membandingkannya
dengan
standar
yang
telah
ditetapkan,
mendeskripsikan jumlah responden yang menggunakan satu sumber air dan dua sumber air, melihat referensi responden terhadap kualitas air yang digunakan, dan membandingkan distribusi konsumsi air bersih per keperluan antara responden yang menggunakan sumber air pribadi dan publik. 1
Pearson adalah analisis asosiasi yang digunakan untuk jenis data interval rasio. Analisis ini akan menunjukkan kekuatan dan arah hubungan antar variabel. 2 Dummy Variable (sering disebut variable linear yang nilainya 0 atau 1) seringkali digunakan untuk mengkuantitatifkan kejadian kualitatif. Variabel ini paling banyak digunakan dalam aplikasi analisis regresi. (Spyros, 1991:516)
15
b. Analisis inferensial yaitu uji hipotesa perbedaan rata-rata dua sampel independen digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata jumlah konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci pakaian dengan frekuensi mencuci tiap hari dan tidak tiap hari serta menguji perbedaan rata-rata jumlah konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air pribadi dan sumber air publik. c. Analisis asosiasi pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara jumlah pembilasan pakaian dengan jumlah konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci pakaian 2. Pola Konsumsi Air Bersih Berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi Analisis yang digunakan adalah: a. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
konsumsi air
bersih berdasarkan tingkat penghasilan dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga b. Analisis asosiasi pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara jumlah jumlah anggota keluarga dengan rata-rata konsumsi responden. c. Analisis regresi dengan menggunakan dummy variable digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan responden dan tingkat penghasilan terhadap konsumsi air bersih rumah tangga. d. Analisis anova digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata konsumsi air bersih rumah tangga berdasarkan sumber air dengan kesamaan karaktersitik sosial ekonomi adalah sama. 3. Dampak Perubahan Pola Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga (Penghematan) terhadap Kebutuhan dan Konservasi Air Bersih Analisis yang digunakan adalah: a. Analisis deskriptif digunakan untuk mengklasifikasikan responden berdasarkan konsumsi air bersih, mendeskripsikan kesediaan responden untuk menghemat air bersih, serta mendeskripsikan cara yang bisa dan terbiasa dilakukan reponden dalam penghematan air.
16
b. Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui variabel yang secara signifikan berpengaruh terhadap total konsumsi air bersih. c. Selanjutnya digunakan perhitungan matematis untuk menghitung kebutuhan dan konservasi air yang dapat dicapai dengan adanya perubahan pola konsumsi air bersih/upaya penghematan.
1.7 Sistematika Pembahasan Adapun sistematika penulisan penelitian ini meliputi: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang studi, rumusan persoalan, hipotesis studi, tujuan dan sasaran studi yang ingin dicapai, ruang lingkup studi yang meliputi batasan wilayah studi dan lingkup materi, metodologi studi sebagai alat dan langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN KEBUTUHAN AIR BERSIH RUMAH TANGGA Bab ini berisi tinjauan pustaka yang berhubungan dengan konsumsi air bersih rumah tangga, standar-standar, dan hasil penelitian sebelumnya. Selain itu, ditinjau pula hal-hal mengenai konservasi dan penghematan air bersih yang dapat dilakukan. BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini memaparkan mengenai gambaran umum wilayah studi Kelurahan Setiamanah yang berisikan tinjauan secara umum wilayah studi yang berkaitan dengan kondisi fisik dan demografi di wilayah studi serta produktivitas air bersih di PDAM. BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA Pada bab ini akan dianalisis karakteristik pola konsumsi air bersih di Kelurahan Setiamanah terdiri dari penjelasan mengenai pola konsumsi air bersih rumah tangga per keperluan dan berdasarkan sumber air, pola konsumsi air bersih rumah tangga berdasarkan aspek sosial ekonomi, serta dampak
17
perubahan pola konsumsi air bersih rumah tangga (penghematan) terhadap kebutuhan dan konservasi air bersih. BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dari laporan penelitian yang terdiri dari temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi atas hasil penelitian yang telah dilakukan. Bab ini juga menbahas kelemahan-kelemahan penelitian dalam catatan hasil studi dan saran-saran untuk studi lanjutan.
18
19
GAMBAR 1.2 DIAGRAM KERANGKA PEMIKIRAN STUDI
20
21
TABEL I.2 KETERKAITAN SASARAN, ANALISIS, DAN KELUARAN Permasalahan
Sasaran
Analisis
Keluaran •
Analisis deskriptif
Pertambahan penduduk tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya air, pola konsumsi air bersih rumah tangga tergolong tinggi yang menyebabkan persediaan air bersih menurun, dan masih banyaknya penduduk yang menggunakan sumber air pribadi walaupun sudah ada jaringan PDAM.
Identifikasi pola konsumsi air bersih rumah tangga per keperluan dan berdasarkan sumber air
• • Analisis inferensial (uji rata-rata perbedaan dua sampel independent) Analisis asosiasi pearson Analisis deskriptif
Identifikasi pola konsumsi air bersih rumah tangga berdasarkan aspek sosial ekonomi
Analisis regresi berganda dengan dummy variable
• • • • •
Analisis anova Analisis asosiasi pearson
•
Konsumsi air terbesar rumah tangga digunakan untuk keperluan MCK (54,04%), wudhu (13,71%), dan mencuci pakaian (11,05%). Pola konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air pribadi dan publik relatif sama Konsumsi air bersih responden untuk mencuci pakaian dengan frekuensi tiap hari tidak sama dengan responden yang tidak mencuci tiap hari Perbedaan rata-rata konsumsi air bersih rumah tangga antara responden yang menggunakan sumber air pribadi dan publik tidak terbukti secara signifikan Tidak ada hubungan antara jumlah pembilasan dengan konsumsi air bersih untuk keperluan mencuci pakaian Tidak ada perbedaan konsumsi air bersih responden berdasarkan aspek sosial ekonomi Tingkat pendidikan dan penghasilan responden tidak mempengaruhi konsumsi air bersih rumah tangga Rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air publik sama dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi dengan karakteristik social ekonomi sumah tangga yang sama Korelasi jumlah anggota keluarga dengan konsumsi air bersih rumah tangga adalah 0,428 (korelasi lemah)
22
Lanjutan tabel Permasalahan
Sasaran
Analisis
Keluaran •
Pertambahan penduduk tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya air, pola konsumsi air bersih rumah tangga tergolong tinggi yang menyebabkan persediaan air bersih menurun, dan masih banyaknya penduduk yang menggunakan sumber air pribadi walaupun sudah ada jaringan PDAM.
•
Identifikasi dampak penghematan terhadap kebutuhan dan konservasi air bersih
Analisis deskriptif
• • •
Analisis sensitifitas
•
Sebagian besar konsumsi air bersih responden tergolong tinggi Responden yang bersedia melakukan penghematan air bersih adalah 71,05. Cara penghematan yang dapat dilakukan antara lain: mengubah frekuensi mencuci pakaian, mengurangi konsumsi air untuk wudhu dan MCK, serta menggunkan air bekas cucian dapur untuk menyiram tanaman Penghematan mengubah kebutuhan air bersih responden dari 147,74 l/org/hr menjadi antara 98,53-142,49 l/org/hr Konservasi air yang dapat dicapai di Kelurahan Setiamanah dan Kota Cimahi adalah antara 0,04-0,37 dan 1-9,39 miliar liter per tahun PDAM dapat menambah pelanggan PDAM golongan B sebesar 3.8%-39% (81-830) Frekuensi mencuci pakaian 3 hari sekali lebih berpengaruh pada jumlah konsumsi air untuk keperluan mencuci dibandingkan frekuensi 2 hari sekali
23