1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah kondisi jangka panjang ketika ginjal tidak dapat berfungsi dengan normal dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Penyakit ginjal kronik masih merupakan masalah kesehatan dunia. Di Amerika Serikat, National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) melaporkan 1 dari 10 orang dewasa di Amerika Serikat, lebih dari 20 juta menderita penyakit ginjal kronik dengan berbagai macam tingkatan. Menurut Togatorop (2011), data yang diperoleh dari The Third National Health and Examination Survey (NHANES III) memperkirakan prevalensi penyakit ginjal kronik pada orang dewasa di Amerika Serikat sekitar 11% (19,2 juta penduduk) terdiri dari 3,3% (5,3 juta) pada derajat satu, 3% (5,3 juta) pada derajat dua, 4,3% (7,6 juta) pada derajat tiga, 0,2% (400.000) pada derajat empat, dan 0,2% (300.000) pada derajat lima atau gagal ginjal. Insiden penyakit ginjal kronik derajat lima mengalami peningkatan pesat sejak tahun 1989. Penyakit ginjal kronik adalah penyebab kematian nomor 9 di Amerika Serikat. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, penyakit ginjal kronik di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu sebesar 0.2%. Prevalensi penyakit gagal ginjal kronik meningkat seiring bertambahnya umur. Tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0.6%). Pada penyakit ginjal kronik, ginjal tidak lagi mampu membuang zat buangan seperti urea, kreatinin, kalium, dan kelebihan cairan dari darah sehingga dibutuhkan terapi untuk mengganti fungsi ginjal yang rusak. Ada beberapa terapi pengganti fungsi ginjal. Seperti hemodialisis, peritoneal dialisis, dan transplantasi ginjal. Hemodialisis adalah metode paling umum untuk menangani kasus penyakit ginjal kronik. Data dari USRDS (United States Renal Data System) menyebutkan bahwa di Amerika Serikat terdapat lebih dari 65% klien dengan
Universitas Sumatera Utara
2
ESRD (End Stage Renal Disease) atau penyakit ginjal tahap akhir yang mendapat terapi hemodialisis (Smeltzer, et al, 2008). Menurut laporan Indonesian Renal Registry (2012) pada tahun 2009, didapatkan jumlah pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis sebanyak 5.450, meningkat pada tahun 2010 sebanyak 8.034 pasien, dan meningkat lagi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 12.804 pasien. Hemodialisis biasanya dilakukan sebanyak 3 kali dalam 1 minggu, dan selama 4 jam per kali dialisis. Ukuran yang digunakan dalam hemodialisis adalah Kt/ V dan Urea Reduction Ratio (URR). Kt/ V harus kurang dari 1,2 atau URR kurang dari 65%. (National Kidney Foundation, 2001). Pasien-pasien hemodialisis dianjurkan untuk meningkatkan diet protein dan membatasi kalium, natrium, fosfor, serta cairan. Kelebihan cairan dapat mencetuskan peningkatan tekanan darah dan membuat kerja jantung menjadi lebih keras. Begitu pula dengan kelebihan natrium dapat mencetuskan rasa haus dan cenderung meningkatkan asupan cairan lebih lagi yang justru memacu kerja jantung lebih keras untuk memompa cairan ke seluruh tubuh. Fosfor dapat melemahkan tulang apabila dikonsumsi terlalu banyak. Sedangkan protein mampu mempertahankan otot dan berperan dalam perbaikan jaringan yang rusak. Protein dengan kualitas tinggi mampu menghasilkan zat buangan yang lebih rendah dibandingkan yang lain sehingga justru lebih baik dan tidak membebani ginjal. (National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse). Pengaturan diet yang ketat ditambah lamanya hemodialisis yang memakan waktu cukup panjang, serta banyaknya perubahan pola hidup yang harus dihadapi oleh pasien-pasien hemodialisis, menjadikan sejumlah pasien cenderung untuk tidak patuh. Ketidakpatuhan merupakan suatu masalah yang sulit dikendalikan pada pasien-pasien yang sedang menjalani terapi hemodialisis (Cvengros, Christiansen, & Lawton, 2004 dalam Kammerer, 2007) dan dapat berdampak pada berbagai aspek perawatan pasien, seperti pengobatan dan pengaturan pola hidup termasuk diet dan pembatasan cairan. Diperkirakan, sekitar 50% pasien hemodialisis yang tidak patuh pada bagian dari aturan dialisis (Kutner, 2001 dalam Kammerer, 2007).
Universitas Sumatera Utara
3
Untuk mengukur seberapa patuh pasien hemodialisis dalam mengelola perawatan mereka dapat dinilai menggunakan beberapa parameter. Menurut Nephorology
Nursing
Journal
dalam
Kammerer,
2007,
para
peneliti
menyimpulkan patuh atau tidaknya seorang pasien hemodialisis dapat dilihat dari berbagai parameter seperti interdialytic weight gain (IDWG), serum phosphorus, and potassium level. Menurut National Kidney Foundation, pasien hemodialisis yang mampu mempertahankan IDWG tetap normal merupakan penanda klinis bahwa pasien mendapat asupan kalori dan protein yang cukup. IDWG merupakan indikator kepatuhan pasien terhadap pengaturan cairan. IDWG dapat diukur dari dry weight (berat badan kering) pasien dan juga dari pengukuran kondisi klinis pasien. IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh adalah tidak lebih dari 1,0-1,5 kg (Lewis, Stabler, & Welch, 2000 dalam Welas Riyanto, 2011) atau kurang dari sama dengan 3% penambahan berat badan kering (Smeltzer & Bare, 2001 dalam Welas Riyanto, 2011). Faktor-faktor yang dapat memengaruhi ketidakpatuhan pasien-pasien hemodialisis yaitu usia muda (dianggap cenderung tidak teratur melakukan dialisis, mempersingkat waktu dialisis, IDWG berlebih, dan hiperfosfatemia), ras Afrika Amerika (tidak teratur melakukan dialisis dan mempersingkat waktu dialisis), perempuan (IDWG yang berlebih), pekerja dan status perkawinan (hiperfosfatemia), waktu dialisis (sering mempersingkat waktu dialysis dan IDWG berlebih, serta hiperkalemia) (Saran et al., 2003). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler dalam menjaga IDWG normal di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
4
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dalam menjaga IDWG normal 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler dalam menjaga IDWG normal berdasarkan usia b. Untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler dalam menjaga IDWG normal berdasarkan jenis kelamin c. Untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler dalam menjaga IDWG normal berdasarkan tingkat pendidikan d. Untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler dalam menjaga IDWG normal berdasarkan pekerjaan e. Untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler dalam menjaga IDWG normal berdasarkan status perkawinan f. Untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler dalam menjaga IDWG normal berdasarkan lama hemodialisis 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bidang Akademik Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan di bidang
medis
yang diteliti dan dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya pada bidang yang sama
Universitas Sumatera Utara
5
1.4.2 Bidang Pelayanan Masyarakat Hasil penelitian dapat digunakan untuk pengembangan kualitas pemberi pelayanan kesehatan khususnya untuk pasien penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
1.4.3 Bidang Penelitian Hasil penelitian bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, serta dapat melaksanakan penelitian pada bidang yang diteliti
Universitas Sumatera Utara