BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di dunia membuat internet menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia. Pasalnya internet menjadi sarana bertukar informasi favorit yang dapat digunakan dengan cepat oleh semua kalangan usia di seluruh dunia. Seperti beberapa negara lain-nya yang dilansir pada survei yang dilakukan oleh Kominfo(2014) Indonesia ikut serta menyumbang 82 juta orang pengguna internet, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara ke-8 pengguna internet terbesar di dunia. Kemajuan teknologi tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Salah satu dampak negatif dari perkembangan teknologi adalah kejahatan cyberspace yang sering diperbincangkan yaitu cyberbullying (Rahayu, 2012). Perilaku cyberbullying menjadi trend di masyarakat pengguna sosial media karena lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku cyberbullying (Gunawan, 2012). Fenomena cyberbullying telah menjadi masalah yang sangat serius. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya beberapa kasus yang menyebabkan kerugian hingga kematian. Artis dan pembawa acara terkenal Australia Charlotte Dawson dalam RadioAustralia(2014) yang merefleksikan depresi hingga melakukan bunuh diri akibat meningkatnya insiden cyberbullying melalui situs media sosial. Selain itu, hal serupa juga terjadi pada anak usia 13 tahun Megan Meier dari Amerika, yang ditemukan gantung diri di lemari orang tuanya setelah dimaki-maki secara online (BBC, 2008). Cyberbullying adalah perilaku mengirim teks atau gambar yang dimaksudkan untuk menyakiti atau mempermalukan orang lain (Valentino, 2013). Dari survei yang dilakukan, ditemukan bahwa tingkat kesadaran adanya cyberbullying di Indonesia paling tinggi. Yaitu sebanyak 91% dari para responden mengaku telah mengetahui praktik cyberbullying. Hal tersebut didukung oleh survei global yang diadakan oleh Latitude news (dalam Sutantro, 2013) dimana Indonesia merupakan negara dengan kasus bullying tertinggi kedua di dunia setelah Jepang. Pada tahun 2006, angka cyberbullying yang terjadi mencapai angka 25 juta kasus di mulai dari kasus dengan skala ringan sampai dengan skala berat. Kemudian survei yang dilakukan oleh tingkat global dari Ipsos/Reuters (dalam Kawilarang,2012) mengatakan 1
2 60 persen responden menilai bahwa cyberbullying terjadi di sejumlah laman media sosial terkemuka. Perangkat telekomunikasi bergerak (mobile devices) dan percakapan di Internet (online chat rooms) masing-masing menempati peringkat kedua dan ketiga. Media sosial adalah suatu perangkat yang digunakan satu sama lain untuk berinteraksi secara online tanpa dibatasi ruang dan waktu. Penggunaan Sosial media sangat populer khususnya dikalangan remaja. Sesuai dengan survei yang dilakukan oleh Kekominfo(2014) menyatakan bahwa 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia memiliki media sosial yang digunakan sebagai media komunikasi sehari-hari. Media sosial yang tersebar luas di internet memiliki beberapa jenis yang di kategorikan berdasarkan fungsinya. Jenis-jenis tersebut antara lain social networks, bookmarking sites, social news, media sharing, microblogging, blog comments and forrums. Salah satu media sosial yang sedang banyak dipergunakan akhir-akhir ini adalah Ask.fm yang masuk dalam kategori media sharing. Salah satu media sosial yang diduga sebagai tempat seseorang melakukan cyberbullying adalah ask.fm. Situs jejaring sosial Ask.fm dikenal sebagai salah satu tempat akun anonim melakukan cyberbullying. Hal tersebut terjadi akibat salah satu fitur yang dimiliki oleh ask.fm yaitu akun anonim. Efek negatif yang dilakukan pelaku bully di media sosial ask.fm sangat fatal, sejumlah anak dilaporkan bunuh akibat depresi setelah di-bully (Prihadi, 2014). Menurut berita yang dilansir dalam NoBullying(2015) sedikitnya ada 7 remaja telah melakukan bunuh diri akibat cyberbullying yang mereka terima dari akun ask.fm. Media sosial ask.fm berencana menutup layanan akibat banyaknya perilaku cyberbullying yang terjadi pada jejaring sosial tersebut. Ask.fm mulai mendapat banyak kecaman sejak platform tersebut dijadikan sebagai media bully. Perilaku bully kerap terjadi di Ask.fm karena jejaring sosial itu tidak harus memberikan identitas asli bagi para penggunanya yang disebut sebagai anonimitas pengguna (Alia, 2015). Ask.fm merupakan media sosial yang berasal dari Latvia dan diluncurkan pada tahun 2010. Ask.fm kemudian menjadi populer dikalangan remaja di seluruh dunia termasuk Indonesia. Media sosial ini memungkinkan penggunanya bersosialisasi dengan cara menanyakan atau menjawab pertanyaan dari pengguna lainnya. Ask.fm memiliki satu fitur yang membuat media sosial ini berbeda dengan media sosial lain yaitu ask anonimously. Dimana pengguna dapat menanyakan pertanyaan kepada pengguna lain nya tanpa mencantumkan identitas apapun mengenai dirinya. Fitur tersebut menjadi salah satu nilai tambah dari ask.fm yang membuat penggunanya lebih leluasa memberikan pertanyaan. Tetapi, menurut Paragian(2014) konsep tersebut memiliki efek negatif, website ini dituntut di
3 Amerika Serikat karena menjadi tempat anak-anak remaja menindas satu sama lain secara verbal. Dari survei yang dilakukan oleh Kemkominfo mendapatkan hasil bahwa pengguna internet di Indonesia telah mencapai 82 juta orang. Ditemukan bahwa, 80 persen di antaranya adalah remaja berusia 15-19 tahun (Kekominfo, 2014). Remaja merupakan masa dimana peralihan seorang individu dari anak-anak menjadi dewasa. Dalam masa tersebut banyak perubahan yang terjadi baik dari segi fisik maupun psikis. Oleh karena itu, remaja sangat rentan dalam melakukan tindakan agresi karena kurang memiliki emosi yang stabil. Hal tersebut didukung oleh Hinduja & Patchin(2010) menyatakan walaupun tingkat perilaku bunuh diri di AS menurun 28,5% tetapi, terjadi peningkatan perilaku bunuh diri pada usia remaja 10 sampai 19 tahun. Praktek perilaku cyberbullying dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Safitri, 2014). Faktor internal dapat berupa gejala gangguan psikologis seperti gangguan kepribadian yaitu antisocial personality disorder menurut US national library, seseorang yang memiliki gangguan kepribadian ini memiliki pola perilaku untuk terus melakukan manipulasi, eksploitasi dan pelanggaran hak-hak orang lain (GlobalPrespective,2013). Ataupun gangguan emosi seperti impulsif, agresif, dan intimidatif. Sedangkan, faktor eksternal dapat berupa pengaruh lingkungan teman sebaya, keluarga, acara televisi dan kecanggihan teknologi yang mendukung seseorang melakukan perilaku cyberbullying (Safitri, 2014). Media sosial ask.fm menjadi sangat populer dalam kasus cyberbullying karena fasilitas anonim yang dapat menyembunyikan identitas pribadi individu. Menurut Li(2010) Anonim dapat membuat seseorang beprilaku lebih agresif akibat kehilangan self-awareness dan kehilangan self-regulation sehingga kesulitan untuk mengontrol diri sendiri yang berakibat seseorang mengalami deindividuasi. Anonim menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah tanpa nama atau tanpa identitas. Anonim di media sosial adalah pengguna media sosial yang sama sekali tidak mencantumkan identitas mengenai dirinya di laman media sosial. Survey yang dilakukan oleh youth IGF (internet governence forum) mengenai global prespective on online anonymity yang melibatkan 1.300 remaja dari 68 negara menemukan 65% dari responden telah melakukan komunikasi tanpa memberikan identitas apapun (anonim) secara online selama satu tahun terakhir. Alasan pengguna media sosial tidak memberikan identitas mengenai dirinya bermacam-macam. Empat alasan utama mengapa pengguna media sosial tidak mencatumkan identitas mereka menurut survey tersebut adalah agar merasa lebih aman,
4 untuk melindungi reputasi mereka, karena menyenangkan dan agar terhindar dari masalah (GlobalPrespective,2013). Komunikasi secara anonim memberikan efek negatif maupun positif. Pada survey yang telah dilakukan, dinyatakan bahwa 70% responden melihat pengguna anonim secara online telah digunakan untuk alasan yang tidak baik. Selain itu, pada penelitian kualitatif ditemukan penggunaan anonim secara negatif dilakukan untuk melakukan tindakan bully dan pernyataan ketidaksukaan terhadap sesuatu. Beberapa responden mengatakan hal tersebut terjadi pada beberapa website populer seperti Ask.fm, formspring, dan tumblr (GlobalPrespective,2013). Menurut Lee (dalam Aronson, Wilson, & Akert, 2007) sesuai dengan penelitian deindivuasi memprediksikan orang yang tidak memberikan identitas (anonim) lebih sering mengatakan sesuatu yang tak pernah mereka katakan sebelumnya pada saat identitas mereka diketahui. Hal tersebut didukung oleh Diener (dalam Chang, 2008) bahwa kondisi anonim dalam kelompok menyebabkan hilangnya kesadaran mereka sebagai individu yang berakibat terjadinya deindividuasi. Deindividuasi menurut Festinger (dalam Myers, 2008) adalah hilangnya selfawareness dan evaluation apprehension yang terjadi dalam kelompok yang membantu perkembangan baik atau buruknya norma kelompok. Selain itu, menuru Breckler, Olson, & Wiggins(2006) deindividuasi adalah tahapan psikologis dimana individu kehilangan personal identity dan perasaan meleburnya individu di dalam kelompok. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa deindividuasi adalah hilangnya kesadaran akan diri sendiri dan identitas diri akibat meleburnya pengertian individu tersebut didalam suatu kelompok. Hilangnya salah satu identitas pribadi seorang individu menurut Diener & Zimbardo (dalam Chang, 2008) dapat memicu perilaku lebih agresif atau perilaku sosial yang menyimpang pada saat mereka dalam kelompok dibandingkan pada saat mereka sendiri. Agresi adalah perilaku yang bertujuan untuk membuat cedera seseorang secara fisik maupun psikologis (Breckler, Olson, & Wiggins, Social Psychology Alive, 2006). Menurut Myers (2008) agresi merupakan tindakan yang melibatkan fisik atau verbal yang sengaja dilakukan untuk membahayakan orang lain. Aronson, Wilson, & Akert (2007) Mendefinisikan agresi sebagai Tindakan yang disengaja yang ditujukan untuk merugikan atau menyebabkan rasa sakit. Dari definisi diatas dapat disimpulkan agresi adalah tindakan yang dilakukan secara sadar untuk melukai orang lain secara fisik maupun secara psikologis. Perilaku agresi dapat meningkat dengan adanya agresif stimulus yaitu alat yang diasosiakan dengan respon agresi (Aronson, Wilson, & Akert, 2007). Menurut Forsyth (dalam Bayu, 2015) adanya pengguna tanpa identitas atau anonimitas merupakan kunci dari deindividuasi.
5 Seperti yang di lansir dari Aronson, Wilson &Akert (2007) deindividuasi menyebabkan meningkatnya perilaku impulsif dan agresi dari seorang individu. Deindividuasi mengakibatkan seorang individu melebur kedalam kelompok yang mengakibatkan individu tidak dapat dikenali secara pribadi. Hal tersebut menurut Bayu(2015) dapat meningkatkan rasa kurangnya tanggung jawab dan rasa bersalah seseorang atas tindakan-tindakan mereka. Deindividuasi menjadi alasan seseorang melakukan perilaku impulsif dan kekerasan menurut Diener, Postmes & Spears,1998;Zimbardo,1970 (dalam Aronson, Wilson, & Akert, 2007) hal tersebut terjadi karena individu merasa tidak dapat dikenali atau tidak dianggap pada aksi mereka yang mengurangi kemungkinan untuk disalahkan. Deindividuasi dapat membuat seseorang menjadi anonim. Individu merasa lebih leluasa ketika menulis sesuatu karena menggunakan identitas anonim. Tetapi, hal tersebut harus dibayar mahal oleh efek lainnya(Aronson, Wilson, & Akert, 2007). Menurut Bayu (2015) para pengguna media sosial berlindung dibelakang anonimitas dengan perilaku yang lebih agresif dibandingkan pada kondisi sehari-hari yang memicu terjadinya perilaku bullying pada pengguna anonim. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara deindividuasi dan perilaku agresi pelaku cyberbullying pada remaja pengguna ask.fm di DKI jakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara deindividuasi dan perilaku agresi pelaku cyberbullying pada remaja pengguna ask.fm di Jakarta.