1
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini menjelaskan tentang latar belakang studi, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan materi, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan, serta kerangka pemikiran studi.
1.1
Latar Belakang Berkembangnya jasa telekomunikasi di Kota Bandung memang memberikan
banyak dampak positif, akan tetapi tidak sedikit persoalan yang ditimbulkan perkembangan industri tersebut. Salah satunya adalah berdirinya menara pemancar seluler (Base Tranceiver Station/BTS) yang saat ini berjumlah 391 buah (Dinas Tata Kota Bandung 2007). Banyaknya pembangunan menara tersebut menimbulkan berbagai persoalan, antara lain pendirian menara yang tumpang tindih dan tidak teratur tanpa mengindahkan aspek penataan ruang (misal, satu gedung dengan 4 - 5 menara). Masalah lain, timbulnya konflik sosial karena pembangunan menara yang tidak sesuai aspirasi masyarakat. Sebanyak 93% dari jumlah menara yang ada saat ini bermasalah dengan perizinan (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0707/10). 65% dari total menara BTS tersebut diprotes warga, karena penempatannya tidak sesuai dan dianggap mengancam keselamatan warga (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0707/10) karena berdiri di tengah permukiman padat. Banyak rumah yang hampir berimpitan dengan menara BTS dikhawatirkan terkena radiasi antena yang akan mengganggu kesehatan baik dalam jangka pendek maupun panjang. Selain itu, keberadaan menara
2
BTS terkadang menimbulkan protes masyarakat sekitar, misalnya yang disampaikan warga RW 04 dan RW 07 Kelurahan Babakan Tarogong Kecamatan Bojongloa Kaler Bandung pada awal April 2007 (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0707/10) karena menara BTS dibangun di dekat masjid. Banyaknya menara BTS di beberapa titik menjadi ancaman serius bagi estetika kota dan keamanan masyarakat sekitar. Persoalan lain yaitu ganti rugi lahan dan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana induk atau masterplan Pemkot Bandung (Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung). Sebagai contoh, warga Jl. Swadarma Terusan Buah Batu Kel. Batununggal Kec. Bandung Kidul menolak pembangunan menara suatu perusahaan telekomunikasi yang dinilai akan menurunkan harga lahan dan banyak merugikan
masyarakat
di
sekitar
menara
tersebut
(http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/2005/0605/09/02). Banyaknya persoalan yang timbul akibat pembangunan menara BTS yang tidak beraturan ini menjadi sebuah kekhawatiran dan menuntut perhatian khusus dari Pemerintah Kota Bandung. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bandung harus lebih siap dalam menghadapi perkembangan telekomunikasi yang begitu pesat, dan berupaya mencari alternatif untuk mencegah munculnya ”hutan menara” di Kota Bandung.
1.2
Rumusan Persoalan Adanya kekhawatiran Pemerintah Kota Bandung akan munculnya “hutan
menara”, menjadi sebab dikeluarkannya Peraturan Walikota Bandung Nomor 812 Tahun 2007 tentang penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung. Belum adanya kebijakan khusus dari Pemerintah Kota Bandung yang mengatur dan mengawasi pendirian bangunan menara BTS dalam konteks penataan ruang kota menjadikan setiap pengajuan dari provider selalu diizinkan tanpa melihat terlebih
3
dahulu di mana akan dibangun dan apa implikasinya, yang mana pada akhirnya menimbulkan berbagai persoalan. Maka, di dalam peraturan walikota tersebut pemerintah kota berusaha mengatur dan menata menara yang sudah ada serta mengantisipasi pertumbuhan menara yang akan datang. Kajian dalam masalah penjamuran menara BTS dari berbagai kasus di beberapa kota luar negeri, seperti City of Valdosta, Georgia (http://www.sgrdc.com), Carroll
County,
Maryland
(http://www.naco.org),
dan
City
of
Suwanee
(http://www.suwanee.com), serta beberapa kota di New York, menunjukkan bahwa hal tersebut telah menimbulkan berbagai persoalan, seperti peletakan menara yang tidak teratur, gangguan terhadap satwa lindung, dan nilai estetika yang kurang diperhatikan. Akan tetapi, di kota-kota tersebut persoalan ini telah teratasi dan bahkan menguntungkan kota, karena adanya peraturan mengenai penataan dan pembangunan menara telekomunikasi yang terintegrasi ke dalam peraturan zonasi. Beberapa kota di tingkat Municipality telah memiliki peraturan khusus mengenai penataan menara telekomunikasi yang ada dalam peraturan zonasi. Di kotakota tersebut, setiap provider yang ingin mendirikan menara harus menentukan jenis menara dan desain sesuai zona masing-masing. Pengaturan menara ditujukan untuk menjaga kesehatan, keamanan, dan keselamatan lingkungan dan tempat tinggal, dengan berbagai syarat dan standar keamanan menara, perlindungan alam, nilai estetika, dan lain-lain (http;//www.nypf.org). Hal yang sama juga diterapkan di City Of Valdosta (Georgia), Carroll County (Maryland) dan City of Suwanee dimana terdapat peraturan mengenai penataan dan pembagian zona menara telekomunikasi yang memperhatikan berbagai faktor pertimbangan seperti kawasan penerbangan, kepadatan bangunan dan kawasankawasan khusus serta jenis menara yang disesuaikan lingkungan. Kota Bandung pun telah mengatur penataan dan pembangunan menara BTS, melalui Peraturan Walikota Bandung Nomor 812 Tahun 2007 tentang penataan dan
4
pembangunan menara BTS di Kota Bandung yang mengatur perizinan pembangunan dan penataan menara. Akan tetapi, peraturan ini masih berdiri sendiri, tidak sebagaimana kota-kota tersebut yang telah memadukannya ke dalam peraturan zonasi. Padahal UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pasal 35 dan 78, telah mengharuskan adanya pengendalian pemanfaatan ruang melalui peraturan zonasi di daerah masing-masing dan penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak undang-undang ini diberlakukan. Maka atas dasar itu, sudah seharusnya Kota Bandung memiliki peraturan zonasi yang di dalamnya terdapat peraturan mengenai penataan dan pembangunan menara BTS. Pengaturan menara BTS dalam suatu peraturan zonasi di Kota Bandung tentu saja memerlukan pemikiran mendalam mengenai faktor-faktor berpengaruh dan penting yang harus dijadikan acuan pertimbangan dalam penyusunan aturan zonasi terkait penataan dan pembangunan menara BTS, yang selama ini belum ada studi tentang faktor-faktor tersebut. Hal ini lebih dimungkinkan oleh terbitnya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia No.02 Tahun 2008 yang diberlakukan setelah Peraturan Walikota Bandung Nomor 812 Tahun 2007.
1.3
Tujuan dan Sasaran Berdasarkan rumusan persoalan di atas, maka studi ini bertujuan untuk
menentukan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung, sebagai bahan masukan bagi penyusunan peraturan zonasi.
5
Untuk dapat mencapai tujuan di atas, maka sasaran-sasaran yang harus dipenuhi sebagai berikut: 1.
Mengidentifikasi berbagai faktor pertimbangan penataan dan pembangunan menara di kota-kota di dalam maupun luar negeri.
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara di Kota Bandung berdasarkan eksplorasi pendapat dari para responden (ahli).
3.
Merumuskan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS berdasarkan perbandingan faktor-faktor yang didapatkan dari hasil analisis proses Delphi dengan faktor–faktor yang didapatkan melalui studi literatur sebelumnya.
1.4
Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup studi menjelaskan batasan studi dari penelitian ini. Ruang
lingkup studi mencakup dua bagian pokok yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah merupakan pembatasan pada wilayah studi dari sudut pandang geografis, sedangkan ruang lingkup materi merupakan batasan materi yang akan dibahas. 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini adalah seluruh Wilayah Administratif Kota Bandung.
6
1.4.2 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi pada studi ini dibatasi pada analisis faktor-faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung. Penentuan faktor-faktor pertimbangan tersebut dibatasi pada konteks aturan zonasi. Adapun mengenai ketentuan perizinan, keterkaitan dengan pihak pembangun menara (provider), dan lain-lain tidak termasuk dalam pembahasan. 1.5
Metodologi Studi Metodologi studi merupakan rumusan teknik yang digunakan untuk mencapai
tujuan dan sasaran-sasaran studi. Metodologi ini mencakup metode pendekatan studi, metode pengumpulan data, dan metode analisis. 1.5.1
Metode Pendekatan Studi Pendekatan studi yang dimaksud adalah metode pendekatan yang digunakan
untuk mencapai sasaran studi. Adapun proses pendekatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a.
Pendekatan Normatif. Yaitu studi literatur dengan mempelajari peraturan perundang-undangan serta ketentuan teknis dalam penataan menara yang ada di beberapa kota baik di dalam maupun luar negeri.
b.
Pendekatan Teknokratis. Yaitu eksplorasi pendapat atau opini tentang faktor-faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung, kepada para pakar di Kota Bandung yang memiliki kompetensi di bidang masing-masing terkait dengan studi yang dilakukan. Untuk mendapatkan hasil
tersebut,
digunakan
metode
Delphi
dalam
bentuk
paper
7
pencil/Conventional Delphi melalui pertanyaan semi terstruktur. Kemudian menggali pendapat (tahap I)dari responden tentang faktor apa saja yang disetujui, kurang disetujui, dan tidak disetujui atau disetujui dengan catatan, sehingga akan terlihat persamaan dan perbedaan dalam memandang faktor yang penting untuk dipertimbangkan. Agar proses penggalian pendapat tersebut dapat berjalan maksimal, maka yang pertama kali dilakukan adalah memberikan suatu pengantar tentang kegiatan penelitian yang dilakukan. Pengantar tersebut berupa gambaran umum permasalahan secara singkat yang terdiri dari latar belakang studi serta gambaran umum wilayah Kota Bandung. Tahap selanjutnya adalah menyimpulkan jawaban responden sebagai bahan eksplorasi pada umpan balik tahap II. Materi tahap II adalah berupa hasil rangkuman pendapat responden yang diurutkan. Pendapat yang memiliki persamaan atau semua sependapat, disusun menjadi satu kelompok dan diberi beberapa penjelasan dari masingmasing faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut disusun dan dikembalikan kepada responden dalam bentuk kuesioner pada umpan balik tahap III. Responden dimintai pendapatnya apakah sependapat, sependapat dengan catatan, kurang sependapat atau tidak sependapat. Setelah melakukan umpan balik tahap III, output yang diharapkan adalah konvergensi opini terhadap faktor-faktor yang disepakati. Selain itu, diperoleh pula point-point faktor yang pada akhirnya tetap tidak disepakati berikut alasannya. c. Pendekatan Komparasi Yaitu melakukan perbandingan faktor pertimbangan hasil studi literatur dengan hasil pelaksanaan metode Delphi. Perbandingan faktor ini dilakukan untuk melihat persamaan dan perbedaan faktor yang harus dipertimbangkan antara hasil studi literatur dengan hasil pelaksanaan metode Delphi dengan cara menganalisis isi (content) dari masing-masing faktor tersebut. Selain itu, pendekatan komparasi ini dilakukan untuk menghasilkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
8
dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung sebagai bahan masukan bagi penyusunan peraturan zonasi. 1.5.2
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dalam rangka menemukan informasi dan
pengetahuan baru yang dapat mendukung pencapaian tujuan dan sasaran studi. Dalam studi ini data dikumpulkan melalui dua cara yaitu: a.
Survei Primer
Wawancara kepada para ahli (di Kota Bandung) mengenai faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung. Survei data primer ini dilakukan kepada 10 responden, berdasarkan kompetensinya terkait dengan studi yang dilakukan. Teknik Pemilihan responden ini dilakukan secara “purposive” dengan kriteria sebagai berikut: -
Responden adalah orang yang memahami tentang zonasi dan karakteristik Kota Bandung; atau
-
Responden adalah orang yang memahami karakteristik menara BTS; atau
-
Responden adalah orang yang mengetahui bentuk pengaturan menara BTS di Kota Bandung.
Berdasarkan
kriteria
di
atas,
nama-nama
responden/ahli
serta
pertimbangan untuk memilih responden tersebut dapat dilihat pada Tabel I.1 di bawah ini.
9
TABEL I.1 NAMA RESPONDEN DAN ALASAN PEMILIHAN RESPONDEN No
Nama
Bidang Keahlian/Jabatan
1
Dudy Prayudi
Kepala Seksi RDTRT Pertimbangan mengenai Dinas Tata Ruang Dan menara BTS dalam Cipta Karya RDTRT
2
Yayat.A.Sudrajat
Kepala Seksi Teknik Pertimbangan mengenai Bangunan prasyarat ketentuan teknis Gedung/Struktur Dinas bangunan gedung Tata Ruang Dan Cipta Karya
3
Dr. Agung Harsoyo
Ketua Lab, LSKK, Pertimbangan mengenai Telekomunikasi ITB sistem frekuensi dan link antar menara
4
Made Suarjana Desain Struktur Teknik Pertimbangan mengenai Ir,M.Sc.Ph.D Sipil ITB komponen dan struktur menara
5
Suri Saepudin
Kepala Seksi Perencanaan Peremajaan dan Pengembangan Kota Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya
Pertimbangan mengenai perkembangan dan peremajaan Kota Bandung untuk masa yang akan datang terkait dengan persoalan menara saat ini
6
Ade Suharyo
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya
Pertimbangan mengenai menara sebagai salah satu bagian dari sarana dan prasarana kota
7
Petrus Natalivan
Kelompok Perencanaan Perancangan SAPPK ITB
Alasan Memilih
Keahlian Pertimbangan mengenai dan penataan menara dari sisi Kota perencana dan sebagai orang yang memahami konsep zoning regulation
10
No
Nama
Bidang Keahlian/Jabatan
8
Dr. Ir. Adit Kurniawan, Lektor Kepala Antena Pertimbangan mengenai M.Eng dan Propagasi Teknik komponen antena dan Elektro ITB frekuensi menara BTS
9
Roos Ir.M.Sc.Ph.D
10
Denny MUP
Akbar, Perencanaan Kota/Land use Planning & Management SAPPK ITB
Zulkaidi,
Ir. Kelompok Perencanaan Perancangan SAPPK ITB
Alasan Memilih
Pertimbangan mengenai menara terkait dengan manajemen lahan perkotaan
Keahlian Pertimbangan mengenai dan menara terkait dengan Kota zonasi menara
Pemilihan nama responden di atas dilakukan melalui beberapa cara, antara lain studi literatur mengenai orang yang pernah membuat suatu tulisan atau kajian mengenai pengaturan menara BTS di Kota Bandung, orang yang memahami tentang menara BTS dan zoning regulation, serta rekomendasi dari institusi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada analisis penentuan responden dalam bab 4.1.
Penyebaran kuesioner kepada responden yang sama. Pada penyebaran kuesioner ini responden diberikan pertanyaan yang sama dan diminta untuk menyatakan apakah sependapat, sependapat dengan catatan, kurang sependapat atau tidak sependapat serta memberikan alasan masing-masing. Selain itu responden juga diberikan kesempatan untuk memberikan faktor tambahan yang belum dijadikan pertimbangan pada tahap I untuk diiterasikan kembali pada tahap III.
b. Survei Data Sekunder Survei data sekunder dilakukan melalui studi literatur yang berasal dari internet, tugas akhir, tesis, dan data instansi terkait. Studi literatur bertujuan untuk mencari
11
data dan informasi teoritis mengenai pengaturan menara telekomunikasi di kota-kota baik dalam maupun luar negeri. Data instansi bertujuan untuk mengetahui jumlah menara yang ada saat ini serta sebarannya di Kota Bandung. Selain itu, survei instansi ini juga bertujuan untuk melihat peraturan-peraturan mengenai penataan dan pembangunan menara BTS terkait dengan konsep Zoning Regulation sebagai bahan masukan bagi Kota Bandung ke depan. 1.5.3
Metode Analisis Terdapat dua metode yang digunakan dalam menganalisis data pada studi ini
yaitu Content Analysis dan Deskriptif Kualitatif. Kedua metode analisis tersebut digunakan pada data yang berbeda yaitu: 1.
Content Analysis (metode analisis isi) Metode analisis isi (Content Analysis) adalah suatu teknik penelitian dengan
membuat kesimpulan dengan memperhatikan konteksnya (Bungin, 2007). Analisis ini merupakan studi komunikasi yang terekam, seperti buku, situs internet, lukisan dan hukum. Dalam hal ini, pengambilan kesimpulan analisis isi dilakukan pada data sekunder berupa peraturan perundang-undangan yaitu dengan menggunakan keyword atau kata kunci. Selain itu juga dilakukan untuk menganalisis perbandingan faktor hasil studi literatur dengan hasil pelaksanaan metode Delphi. 2. Deskriptif Kualitatif Metode analisis Deskriptif Kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data hasil wawancara.
12
1.5.4
Metode Sintesis Metode sintesis faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan
pembangunan menara BTS di Kota Bandung ini dilakukan melalui perbandingan faktor hasil studi literatur dengan hasil metode Delphi, dengan cara melihat faktorfaktor yang memiliki kesamaan antara keduanya. Faktor-faktor hasil proses Delphi yang memiliki kesamaan dengan faktor hasil studi literatur yang kemudian dijadikan sebagai faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung.
1.6
Sistematika Pembahasan Studi ini dilaporkan dalam 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab pertama membahas tentang inti dari penelitian yang dilakukan, antara lain mengenai latar belakang, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi yang tercakup di dalam ruang lingkup studi, metode pengumpulan data, metode survei lapangan, dan metode analisis yang tercakup di dalam metodologi studi serta sistematika pembahasan. Pada bab ini juga ditampilkan kerangka pemikiran studi yang menunjukkan alur berpikir terhadap studi yang dilakukan. BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA Berisikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan studi yang dilakukan seperti karakteristik penting dari menara BTS, Zoning Regulation, metode dan tahapan penyusunan Zoning Regulation, peraturan perundang-undangan terkait pengendalian dan pemanfaatan ruang, kedudukan peraturan zonasi,
13
dan studi literatur tentang penataan dan pembangunan menara BTS di dalam maupun luar negeri. BAB 3
GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK WILAYAH KOTA BANDUNG TERKAIT DENGAN SEMAKIN MENJAMURNYA MENARA BTS Dalam bab ini dijelaskan gambaran umum wilayah kajian studi (Kota Bandung) terutama berkaitan dengan perencanaan dan penataan menara BTS, permasalahan serta sistem penataan menara saat ini.
BAB 4 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA SELULER DI KOTA BANDUNG DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN PENENTUAN ZONA MENARA BTS Pada bab ini akan dilakukan analisis penentuan responden, analisis untuk mendapatkan faktor-faktor pertimbangan penataan dan pembanguan menara BTS di Kota Bandung serta melakukan perbandingan hasil analisis dengan peraturan penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung dan hasil studi literatur untuk menghasilkan pendapat peneliti. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini dikemukan temuan studi, kesimpulan studi dan rekomendasi, keterbatasan studi serta studi lanjutan.
14
Kerangka pemikiran studi ini menggambarkan alur berpikir serta tahapan studi yang dilakukan untuk mencapai tujuan studi.
GAMBAR 1.1 KERANGKA PEMIKIRAN STUDI