1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kota Bandung memiliki angka pertumbuhan penduduk yang tergolong
tinggi, yaitu sekitar 0,972% (Kota Bandung dalam Angka, 2004). Dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat ini memacu pertumbuhan dan perkembangan Kota Bandung khususnya dalam kebutuhan lahan untuk perumahan. Keterbatasan lahan di Kota Bandung mengakibatkan timbulnya pergeseran permukiman ke daerah pinggiran khususnya wilayah timur. Hal ini didasarkan karakteristik wilayah di sepanjang jalur kereta api komuter di Metropolitan Bandung, wilayah timur memiliki arahan pengembangan untuk kegiatan perumahan dan pendukungnya, sedangkan wilayah barat lebih diarahkan sebagai daerah transit perdagangan dan industri, hal ini didukung oleh akses yang lebih tinggi ke Jakarta. Selain keterbatasan lahan, tingginya harga lahan juga memberikan kontribusi terhadap pergeseran permukiman penduduk, sehingga masyarakat yang tergeser ke pinggiran kota umumnya datang dari golongan masyarakat ekonomi rendah. Kegiatan perumahan semakin menyebar ke pinggiran Kota Bandung, namun kegiatan lainnya masih terpusat di Kota Bandung menyebabkan semakin tingginya pergerakan masyarakat terutama pada jalur-jalur perjalanan ulang-alik (Komuter), bahkan menimbulkan kemacetan. Kemacetan lalu-lintas merupakan permasalahan transportasi yang paling terlihat jelas. Kemacetan lalu-lintas sebenarnya merupakan dampak dari berbagai permasalahan transportasi seperti over capasity volume kendaraan di ruas jalan tertentu akibat penggunaan kendaraan pribadi yang terlalu banyak atau dalam hal ini lebih dikenal dengan demand lebih besar dari supply. Tergesernya guna lahan ke pinggiran kota menyebabkan semakin jauhnya jarak ke pusat kota yang merupakan tempat tujuan bekerja seperti yang terjadi di Kota Bandung. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa kecenderungan
2
pergerakan bekerja penduduk lebih mengarah ke Kota Bandung (Hartati, 2003). Pergerakan penduduk terutama untuk tujuan bekerja ini didominasi oleh penggunaan moda angkutan jalan raya seperti kendaraan pribadi dan angkutan kota (angkot), akan tetapi peningkatan ini tidak diimbangi dengan pertumbuhan jalan. Hal ini juga akan menimbulkan tingginya volume kendaraan di pusat kota terutama pada jam sibuk, yaitu pagi hari menjelang orang berangkat ke tempat kerja atau aktivitas dan sore hari ketika kembali ke rumah. Salah satu cara dalam mengatasi permasalahan yang kompleks ini adalah dengan penggunaan transportasi masal. Antara lain dengan penyediaan bus dalam ukuran besar, kereta api dan lain sebagainya. Keberadaan kereta api sebagai angkutan umum masal saat ini di kawasan Bandung Metropolitan Area pada awalnya merupakan angkutan perkebunan yang bukan angkutan metropolitan. Sejak perkembangan yang pesat terjadi dan Kotamadya Bandung menjadi Kota Metropolitan serta terjadi pergeseran permukiman penduduk ke daerah pinggiran, berimplikasi pada pemanfaatan kereta api yang pada awalnya merupakan angkutan perkebunan menjadi Kereta Api Komuter. Penyediaan Kereta Api Komuter di Bandung Metropolitan Area saat ini pada awalnya bukan merupakan bagian dari strategi Transport Demand Management (TDM) sebagai upaya mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi masal yang dalam hal ini adalah Kereta Api Komuter. Namun pertumbuhan Kota Bandung yang pesat itu mendorong pemanfaatan kereta api yang lebih luas lagi, yaitu sebagai moda alternatif pergerakan komuting yang menggunakan jalan raya. Penggunaan Kereta Api Komuter selain sebagai angkutan umum masal juga jika dilihat dari sisi cost-nya lebih murah dan waktu tempuh perjalanan yang lebih pendek dibandingkan dengan moda angkutan lainnya (angkot dan motor/ojek). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pergeseran kegiatan permukiman umumnya terjadi pada golongan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), maka penggunaan Kereta Api Komuter yang murah akan menjadi salah satu alternatif pilihan bagi Masarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
3
1.2
Rumusan Masalah Kereta api dengan segala keefisienan dan kemudahan yang diberikannya
sangat tepat dijadikan sebagai alternatif moda pergerakan masyarakat untuk melakukan perjalanan. Hal ini telah terlihat dari penggunaan kereta api komuter oleh sebagian kecil masyarakat di Metropolitan Bandung khususnya dalam melakukan pergerakan commutting. Namun penggunaan moda transportasi masal ini kurang diminati. Hal ini dikarenakan tingkat pelayanan kereta api yang belum optimal, padahal moda transportasi ini sangat berpotensi untuk dikembangkan terutama untuk menjadi angkutan umum masal yang melayani kegiatan commutting. Yang secara tidak langsung akan berimplikasi pada menurunnya kemacetan jalan raya terutama pada jalur-jalur komuter. Sehingga pada studi ini, hal yang diteliti adalah “Peluang beralih moda pengguna-potensial”.
1.3
Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah melakukan studi untuk mengetahui preferensi
masyarakat mengenai pemilihan moda dan seberapa besar probabilitas beralih moda ke KRD Ekonomi bagi pengguna-potensial terkait dengan salah satu solusi dalam mengurangi kemacetan di Kota Bandung. Adapun sasaran dari penelitian ini adalah : 1. Teridentifikasinya preferensi pengguna terhadap pelayanan KRD Ekonomi dan pengguna-potensial terhadap moda transportasi yang digunakan. 2. Mengetahui probabilitas beralih moda bagi pengguna-potensial.
1.4
Manfaat Studi Manfaat dalam studi ini terbagi menjadi 4, yaitu manfaat studi bagi
PT.Kereta Api Indonesia, pemerintah, masyarakat, dan dunia perencanaan seperti penjabaran di bawah ini : 1. Studi ini memberikan masukan bagi PT. Kereta Api Indonesia dalam meningkatkan pelayanan (Level of Service) yang akan berimplikasi pada meningkatnya jumlah penumpang KRD Ekonomi.
4
2. Nilai yang dapat dipetik dari studi ini bagi pemerintah adalah pemerintah dapat mengacu pada studi ini dalam membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan transportasi perkotaan terutama Kereta Rel Diesel Ekonomi ini sebagai moda angkutan masal dalam rangka mengatasi masalah kemacetan lalu-lintas khususnya di perkotaan . 3. Studi ini dapat memberikan gambaran keadaan mengenai kondisi transportasi dan lalu-lintas Bandung Metropolitan Area kepada masyarakat yang secara tidak langsung mendorong masyarakat untuk menggunakan moda transportasi umum masal yang dalam hal ini adalah KRD Ekonomi. 4. Manfaat studi bagi dunia perencanaan adalah studi yang dilakukan dapat dijadikan acuan dalam perencanaan transportasi Bandung Metropolitan Area terutama yang berhubungan dengan transportasi komuter misalnya apabila terjadi peningkatan pelayanan kereta api, maka supply yang harus tersedia dapat diperkirakan agar tepat guna.
1.5
Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup studi yang akan dibahas dalam penelitian ini mencakup dua
bagian, yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah studi. Ruang lingkup materi merupakan pembatasan pembahasan materi yang akan dibahas dan ruang lingkup wilayah studi, yaitu daerah sekitar jalur yang dilalui oleh KRD ekonomi seperti yang akan dibahas pada paragraf berikut ini. Secara garis besar, lingkup materi dalam studi ini membahas permasalahan yang difokuskan pada preferensi masyarakat terhadap moda transportasi, agar pemahaman yang didapat lebih mendalam, maka studi ini dilakukan berdasarkan 2 sudut pandang, yaitu sudut pandang pengguna dan pengguna-potensial. Berdasarkan
pengertiannya,
masyarakat
pengguna
KRD
Ekonomi
jelas
masyarakat yang merupakan penumpang KRD Ekonomi dalam melakukan pergerakannya baik yang dilakukan secara rutin maupun tidak rutin sedangkan masyarakat pengguna-potensial merupakan masyarakat pada saat ini tidak menggunakan KRD Ekonomi dalam melakukan pergerakannya sehari-hari baik yang rutin maupun pergerakan yang tidak rutin, namun memiliki kemiripan
5
karakteristik dengan rata-rata karakteristik dari masyarakat pengguna KRD Ekonomi sehingga berpotensial menjadi masyarakat pengguna KRD Ekonomi. Karakteristik
yang
menjadi
acuan
perbandingan
adalah
maksud
pergerakan, tujuan pergerakan dan usia responden. Karakteristik perbandingan ini diperoleh berdasarkan studi mengenai “Perilaku dan Sebaran Pergerakan Pengguna Kereta Api yang Beroperasi di Metropolitan Bandung” (Rahmawati, 2007). Yang mana berdasarkan studi sebelumnya, karakteristik ini merupakan karakteristik utama pengguna KRD Ekonomi. Maksud pergerakan terlihat dari pekerjaan responden dan dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu maksud pergerakan bekerja dan sekolah dan untuk tujuan pergerakan dari awal sudah dipastikan bahwa responden yang mewakili masyarakat pengguna maupun pengguna-potensial tujuan pergerakannya adalah Kota Bandung, sedangkan usia responden yang termasuk ke dalam kelompok usia produktif merupakan karakteristik pendukung karakteristik sebelumnya yaitu maksud pergerakan, karena dengan melihat karakteristik usia dari masing-masing lingkup masyarakat dapat dilihat apakah usia rata-ratanya termasuk ke dalam usia produktif kerja. Perbandingan karakteristik ini dilakukan untuk melihat kemiripan rata-rata dari kedua lingkup masyarakat agar responden untuk masyarakat pengguna-potensial adalah benar. Ruang lingkup wilayah dalam studi ini adalah wilayah Metropolitan Bandung, khususnya wilayah yang dilalui oleh KRD ekonomi, dan wilayah yang berpotensi sebagai daerah sebaran tempat tinggal dan tempat tujuan pengguna kereta api, serta stasiun kereta api sebagai objek observasi. Yang dalam studi ini akan dibatasi hanya pada koridor Bandung – Cicalengka saja dengan dasar pertimbangan bahwa terdapat perbedaan karakteristik wilayah studi jalur Bandung – Cicalengka dengan Bandung – Padalarang (Munawwaroh dan Widyaningrum, 1998). Bagian barat atau jalur Bandung – Padalarang mempunyai ciri perkembangan yang lebih pesat, terutama daerah Kota Cimahi dibandingkan dengan daerah timur atau jalur Bandung – Cicalengka. Kegiatan yang banyak berkembang di wilayah bagian barat adalah industri dan perdagangan. Wilayah barat lebih diarahkan sebagai daerah transit perdagangan dan industri, hal ini
6
didukung dengan akses yang lebih tinggi ke ibu kota negara, sedangkan bagian timur (terutama Rancaekek dan Cicalengka) akan diarahkan sebagai daerah perumahan dan saat ini terdapat Perumnas Bumi Rancaekek Kencana yang merupakan daerah bangkitan potensial, karena sebagian besar penduduknya merupakan pelaku perjalanan ulang-alik (komuter).
1.6
Metode Penelitian Metode penelitian dalam studi ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
metoda pengumpulan data dan metode analisis yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut.
1.5.1
Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data, metode yang dilakukan adalah
dengan survei yang terdiri dari survei primer dan pengumpulan data sekunder. Survei primer yang akan dilakukan adalah perolehan data langsung ke lapangan. Sedangkan pengumpulan data sekunder yang akan dilakukan adalah melalui studi literatur kepustakaan. Berikut adalah data-data yang diperlukan : a. Survei Lapangan / Data Primer Metode survey yang dilakukan dalam studi ini adalah dengan penyebaran kuesioner secara langsung kepada responden. Survey dilakukan kepada rumah tangga yang tinggal di sekitar rel jalur Cicalengka sampai stasiun kereta di Kota Bandung. Karena survey dilakukan kepada rumah tangga, maka survey dapat dilakukan tanpa pembatasan waktu secara spesififk, namun survey mayoritas dilakukan pada jam sebelum berangkat bekerja ataupun setelah jam pulang bekerja. Pada survey, responden terlebih dahulu ditanyakan mengenai penggunaan KRD Ekonomi, jika responden dalam kesehariannya menggunakan KRD Ekonomi dalam pergerakannya maka responden termasuk dalam kategori “pengguna”. Sedangkan jika responden tidak menggunakan KRD Ekonomi dalam pergerakannya dan beraktivitas (bekerja, sekolah dll) mengarah ke Kota Bandung maka responden termasuk dalam kategori “pengguna-potensial”.
7
Kuesioner disebarkan kepada rumah tangga yang menggukan jasa kereta api dalam melakukan pergerakan sehari-hari dan pengguna-potensial, yaitu rumah tangga yang memiliki kesamaan karakteristik dengan pengguna KRD Ekonomi namun belum menjadikan moda KRD Ekonomi sebagai moda utama dalam melakukan tujuan bekerja sehari-hari yang mengarah ke Kota Bandung. Sampel yang ditetapkan adalah 100 responden dari pengguna KRD Ekonomi dan 200 responden terhadap pengguna-potensial. Pengambilan sejumlah responden baik bagi pengguna maupun penggunapotensial didasarkan pada asumsi populasi pengguna KRD dengan tujuan bekerja tidak diketahui, maka peneliti dapat menetapkan angka 100 sebagai angka minimal jumlah responden dan semakin banyak responden, maka populasi responden akan semakin mencerminkan populasi yang sebenarnya. Dan hal inilah yang menjadikan dasar penentuan jumlah responden pengguna-potensial yaitu sebanyak 200 responden. Jumlah responden yang berbeda antara pengguna KRD Ekonomi dengan pengguna-potensial didasarkan pada asumsi populasi pengguna lebih kecil dari populasi pengguna-potensial, sehingga responden bagi pengguna lebih kecil dari pengguna-potensial. Pengambilan sampel untuk penggunapotensial dilakukan secara proporsional berdasarkan luas wilayah yang menjadi lingkup studi dengan proporsi jumlah masyarakat di setiap desanya yang dalam hal ini terdapat 68 desa yang dilalui oleh jalur KRD Ekonomi Cicalengka-Bandung, namun setelah dilakukan perhitungan secara proporsi, maka desa yang dimasukkan menjadi sampel hanya 57 desa seperti yang diperlihatkan oleh Tabel Kebutuhan Sampel Tiap Desa.
8
TABEL 1.1 TABEL KEBUTUHAN SAMPEL TIAP DESA No
Sampel
No
Desa
Sampel
No
Desa
1
Antapani Kidul
Desa
4
24
Cinunuk
2
47
Maleer
Sampel 8
2
Antapani Tengah
3
25
Cipacing
0
48
Mekarmulya
1
3
Arjuna
5
26
Cipadung Kidul
8
49
Merdeka
2
4
Babakan Peuteui
0
27
Cipamokalan
5
50
Paledang
2
5
Babakan Sari
3
28
Cisaranten Kidul
4
51
Pamayonan
0
6
Babakanciamis
4
29
Cisaranten Kulon
2
52
Panenjoan
4
7
Babakansurabaya
2
30
Cisaranten Wetan
2
53
Pasirkaliki
1
8
Balonggede
1
31
Citarum
1
54
Rancaekek Kulon
3
9
19
Batununggal
6
32
Gemuruh
0
55
Rancaekek Wetan
10
Beraga
4
33
Haurpugur
1
56
Samoja
8
11
Bojongloa
3
34
H. Sastranegara
1
57
Sekejati
5
12
Bojongsalam
3
35
Jelegong
4
58
Sindangpakuan
0
13
Burangrang
2
36
Kacapiring
9
59
Sukamaju Bdg
0
14
Cangkuang
4
37
Karanganyar Bdg
1
60
Sukamulya Re
2
15
Cibadak
1
38
Kebon Kangkung
2
61
Sukapura Kc
4
16
Cibiru Hilir
2
39
Kebongedang
2
62
Tamansari
1
17
Cibiru Wetan
0
40
Kebonjayanti
7
63
Tanjunglaya
1
18
Cicalengka Kulon
1
41
Kebonjeruk
5
64
Tegalsumedang
0
19
Cihapit
1
42
Kebonpisang
5
65
Tenjolaya Clk
2
20
Cikuya
4
43
Kebonwaru
6
66
Turangga
0
21
Cileunyi Kulon
3
44
Linggar
3
67
Ujung Bereung
0
22
Cileunyi Wetan
3
45
Lingkar Selatan
3
68
Waluya
0
Cimekar
1
46
Malabar
4
23
Total
200
Sumber : Lampiran B
b. Pengumpulan Data Sekunder Perolehan data sekunder ini dilakukan dengan studi literatur kepustakaan. Studi literatur ini dilakukan untuk memperoleh gambaran dan tinjauan teoritis tentang kebutuhan transportasi dalam mendukung aktivitas manusia, pertimbangan dalam pemilihan moda transportasi, ketersediaan moda transportasi darat khususnya kereta api serta kelebihan dan kekurangan masing-masing moda.
1.5.2
Metode Analisis Metode analisis dalam studi ini adalah analisis deskriptif dari data-data
yang diperoleh, baik dari data pimer maupun pengumpulan data sekunder. Secara
9
umum analisis deskriptif yang dilakukan adalah dengan memberikan gambaran mengenai preferensi pelayanan kereta api yang dilihat dari dua sudut pandang, yaitu masyarakat potensial yang belum menjadikan KRD Ekonomi sebagai moda utamanya dan pengguna jasa ketera api itu sendiri. Analisis yang juga digunakan adalah metoda Stated Preferences (SP). Melalui teknik ini dapat dilakukan berbagai pendekatan yang menggunakan pernyataan-pernyataan dari masyarakat dalam menghadapi suatu situasi. Sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, maka metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah: a. Mengetahui preferensi pengguna KRD Ekonomi dan pengguna-potensial terhadap moda transportasi yaitu dengan melihat korelasi kepemilikan kendaraan dengan frekuensi menggunakan KRD Ekonomi bagi pengguna dan korelasi antara kepemilikan kendaraan dengan penggunaan moda transportasi non-kereta. b. Mengetahui seberapa besar perbedaan waktu dan biaya setelah menggunakan KRD Ekonomi. Uji yang dilakukan di sini adalah dengan uji t-berpasangan dua sisi yaitu untuk membandingkan selisih dua rata-rata dari dua sampel yang berpasangan dengan asumsi data terdistribusi normal. c. Mengetahui probabilitas beralih moda bagi pengguna-potensial dengan metode binary logit. Analisis ini digunakan untuk memprediksi kemungkinan beralih moda bagi pengguna-potensial. Binary logit adalah regresi logistik dimana variabel dependent-nya berupa variabel dikotomi atau variabel biner. Contoh variabel biner adalah : sukses-gagal, benarsalah, ya-tidak dan lain sebagainya. Dan dalam studi ini, variabel binernya adalah
ya-tidak
yang
menunjukkan
kemungkinan
mau-tidaknya
masyarakat pengguna-potensial beralih moda. Analisis regresi logistik biner digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independent x1, x2, x3,... dan seterusnya terhadap variabel dependent y yang berupa variabel response biner yang hanya mempunyai dua nilai atau juga untuk memprediksi nilai suatu variabel dependent y (yang berupa variebl biner)
10
berdasarkan nilai variabel-variabel independent x1, x2, x3,... . Bentuk umum Regresi Logistik Biner adalah :
⎛ P ⎞ ln⎜ ⎟ = β0 – β1X1 + β2X2 + β3X3 +….+ + βkXk ⎝ 1- P ⎠ Dimana : P
=
Probabilitas Ya (P), masyarakat pengguna-potensial beralih moda ke KRD Ekonomi
1-P
=
Probabilitas Tidak, masyarakat pengguna-potensial beralih moda ke KRD Ekonomi
β0
=
Konstanta
β1
=
Koefisien
Xi
=
Prediktor ke-i
1.7
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam studi ini terdiri atas lima bab dengan
gambaran sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang studi, pertanyaan penelitian, tujuan dan sasaran, manfaat studi, ruang lingkup studi, metodologi penelitian yang mencakup metode pengumpulan data dan metode analisis; dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORI Bab ini menguraikan gambaran umum mengenai teori-teori yang berkaitan dengan sistem transportasi, pergerakan dan angkutan penumpang di wilayah perkotaan, serta sistem angkutan kereta api.
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN KONDISI PERANGKUTAN KERETA API YANG BEROPERASI DI METROPOLITAN BANDUNG Bab ini menguraikan gambaran wilayah studi serta sistem transportasi di Metropolitan Bandung khususnya moda Kereta Api Komuter Ekonomi Bandung – Cicalengka.
11
BAB IV
ANALISIS PELUANG BERALIH MODA BAGI PENGGUNA-POTENSIAL TERHADAP PREFERENSI PEMILIHAN MODA Bab ini menguraikan preferensi masyarakat terhadap moda transportasi serta kemungkinan masyarakat pengguna-potensial untuk beralih moda menggunakan Kereta Api Ekonomi.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari studi mengenai probabilitas beralih moda bagi pengguna-potensial menjadi pengguna KRD Ekonomi dan bagaimana preferensi masyarakat terhadap pemilihan moda. Terdapat pula rekomendasi yang diusulkan sebagai langkah lanjut untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada studi ini.
12
KERANGKA PEMIKIRAN STUDI
Latar Belakang
Pergeseran guna lahan pemukiman ke daerah pinggiran, terutama Rancaekek dan Cicalengka.
Mobilisasi komuter tinggi karena penggunaan moda angkutan jalan raya (kendaraan pribadi dan angkutan kota) dan sebagai impikasinya kemacetan lalu-lintas.
Rumusan Masalah
Telah tersedia angkutan umum yang memenuhi kriteria : Massal, Murah, Hemat guna lahan yang dalam hal ini adalah KRD Ekonomi.
Penggunaan moda transportasi masal ini kurang diminati, dikarenakan tingkat pelayanan kereta api yang belum optimal
Tujuan Studi
Studi mengenai sejauh mana probabilitas beralih moda ke KRD Ekonomi bagi pengguna-potensial terhadap preferensi pemilihan moda.
Teridentifikasinya preferensi pengguna terhadap KRD Ekonomi dan penggunapotensial terhadap moda yang digunakan saat ini.
Mengetahui probabilitas beralih moda bagi pengguna – potensial yang didasarkan faktor – faktor yang mempengaruhinya.
Kesimpulan
Mengetahui probabilitas beralih moda bagi pengguna-potensial ke KRD Ekonomi dan preferensi pemilihan moda bagi pengguna dan penggunapotensial.
Kesediaan Pengguna-potensial beralih moda menggunakan KRD Ekonomi terkait dengan salah satu solusi dalam mengurangi kemacetan di Kota Bandung.