BAB 1 PENDAHULUAN
Kakao merupakan bahan baku utama pembuat cokelat merupakan sebuah hasil poduksi khas Indonesia. Namun jarang orang mengetahui fakta tersebut karena cokelat itu sendiri lebih terkenal di negara-negara Eropa. Maka dari itu ada baiknya kita lebih mengenak kakao dan cokelat Indonesia.
1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara produsen terbesar ketiga biji kakao dengan total 15,4 persen setelah Pantai Gading dengan produksi 33,8 persen dan Ghana. Sebagai negara penghasil biji kakao kedua terbesar di dunia, Indonesia memiliki perkebunan kakao tersebar di
beberapa wilayah, dengan total produksi
mencapai 712.200 ton per tahun dengan luas wilayah perkebunan kakao 992.448 Ha
Berbeda dengan Negara Eropa, Eropa bukanlah benua penghasil kakao. Kakao justru dihasilkan oleh negara-negara non Eropa, seperti Pantai Gading, Indonesia dan Ghana. Namun, Eropa merupakan negara penghasil dan pengekspor cokelat nomor satu di dunia.
Namun demikian, dari tingkat konsumsi kakao/cokelat masyarakat Indonesia hanya baru mengkonsumsi 100 gram cokelat per kapita per tahun. Sedangkan Malaysia tingkat konsumsi cokelatnya sudah mencapai 1 kg per kapita per tahun. Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah konsumsi cokelat yang rendah padahal merupakan negara produsen cokelat ketiga terbesar. Hal tersebut merupakan fakta yang cukup miris dan membingungkan. Tentunya perlu perhatian khusus dari berbagai pihak untuk meningkatkan konsumsi cokelat masyarakat Indonesia, mengingat manfaat cokelat bagi kesehatan.
Rendahnya konsumsi cokelat orang Indonesia dikarenakan persepsi rakyat Indonesia karena cokelat sering dianggap sebagai makanan penyebab kegemukan, jerawatan, sakit gigi, dan sebagainya. Padahal cokelat punya manfaat baik untuk kesehatan, antara lain mengurangi risiko penyakit pembuluh 1
darah dan jantung, meningkatkan memori otak, menjaga kesehatan ibu hamil dan masih banyak lainnya.
Kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia akan cokelat yang mendorong penulis ingin membangun suatu museum cokelat yang mengedukasi para pengunjung, sehingga dapat meningkatkan tingkat konsumsi cokelat di Indonesia.
Cokelat juga berhubungan erat dengan perasaan senang dan bahagia dikarenakan cokelat mengandung endorfin yang dapat memberikan sensasi bahagia. Penulis ingin merobek stereotip masyarakat akan museum yang membosankan dan tidak menarik menjadi museum yang menarik dan menjadi pusat rekreasi dan sarana belajar, dan menjadikan museum menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu libur dan waktu luang dan tidak hanya cenderung menghabiskan waktu ke mall dan mall.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana menciptakan museum cokelat yang dapat mengedukasi para pengunjungnya? 2. Bagaimana mendesain sebuah museum cokelat yang menyenangkan sehingga memberi kepuasan bagi pengunjungnya baik anak-anak maupun orang dewasa? 3. Bagaimana menciptakan suatu experience yang berbeda dari museum lainnya? 4. Bagaimana penerapan pembagian ruang dan sirkulasi pada museum cokelat sehingga efektif dan efisien sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masingmasing?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Merancang interior sebuah museum cokelat yang mengedukasi para pengunjungnya.
2
2. Merancang interior sebuah museum cokelat yang menyenangkan sehingga memberi kepuasan bagi pengunjungnya baik anak-anak maupun orang dewasa. 3. Menciptakan suatu experience yang berbeda dari museum-museum pada umumnya. 4. Merancang sebuah museum cokelat yang mempertimbangkan flow activity pengguna untuk mendapatkan informasi yang penting dari museum.
1.4 Ruang Lingkup A. Kawasan Penelitian Penelitian melalui survey di lakukan di 3 tempat di Jakarta yaitu Museum Bank Indonesia, Museum Tekstil dan Pabrik Cokelat Pipiltin Cocoa. Penelitian meliputi: 1. Aktivitas dan fasilitas yang diperlukan di sebuah museum. 2. Sirkulasi dan pembagian ruang pada sebuah museum. 3. Cara- cara men-display koleksi museum. 4. Jumlah pengunjung dan jumlah karyawan yang bertugas. 5. Langkah-langkah pengolahan kakao menjadi cokelat. 6. Aktivitas dan fasilitas yang dibutuhkan pada sebuah dapur cokelat.
B. Batasan Penelitian Dalam permasalahan ini batasan penelitian hanya mencakup bagian interior bangunan itu sendiri. , sehingga proses desain tidak mencakup bagian fasad dan arsitektur dan juga tidak membahas mengenai teknik sipil bangunan tersebut.
1.5 Metodologi Penelitian A. Metode Penelitian Secara Langsung 1. Survey Lapangan Survey lapangan diperlukan untuk mendapatkan informasi secara langsung terkait dengan museum. Survey ini dilakukan di beberapa tempat yakni Museum Bank Indonesia, Museum Tekstil dan Pabrik Cokelat Pipiltin Cocoa. Dalam survey yang dilakukan mencakup aktivitas
3
dan fasilitas yang diperlukan, alur sirkulasi yang yang dihasilkan berdasarkan peletakan display koleksi.
2. Wawancara Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tambahan yang diperlukan yang tidak tersedia secara langsung di museum. Data- data yang diperoleh mengenai sejarah bangunan, kebutuhan khusus, dan cara mengkonservasi koleksi-koleksi museum, kebiasaan yang sering terjadi di museum yang membutuhkan fasilitas lain.
3. Observasi Mengamati secara langsung berbagai aktivitas yang terjadi museum, seperti interaksi antara pengunjung, petugas, dan pihak-pihak lain yang berada di dalamnya. Observasi juga perlu dilakukan untuk mengamati kondisi fisik bangunan dan kondisi lingkungan sekitar.
B. Metode Penelitian Secara Tidak Langsung 1. Studi Literatur Studi Literatur dilakukan untuk mengumpulkan data- data mengenai pedoman yang ada dalam mendirikan museum, cara penataan ruang dan semua aspek yang membantu dalam perancangan museum. Data-data ini dapat diperoleh dari internet dan buku-buku referensi.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan bertujuan untuk menampilkan gambaran singkat mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini, sehingga akan memperoleh gambaran yang jelas tentang isi dari penulisan ini yang terdiri dari lima bab, diantaranya:
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan latar belakang pembuatan laporan, mencakup tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan batasan kerja praktek, pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut, metode pengumpulan data laporan dan sistematika penulisan laporan. 4
BAB II LANDASAN TEORI Berisi tinjauan mengenai teori yang digunakan dan keterkaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Teori yang digunakan untuk mendukung perancangan dijabarkan secara terperinci.
Tinjauan umum berisi penjelasan secara umum mulai dari definisi, fungsi, jenisjenis, sarana, prasarana, serta semua hal umum lainn yang berkaitan dengan museum cokelat.
Tinjauan khusus berisi data-data proyek museum yang diambil lebih spesifik. Hal ini terkait dengan sejarah, kebutuhan ruang, jenis kegiatan yang dilakukan, jumlah karyawan, dan sebagainya.
Pada bab ini juga terdapat hasil survey terhadap 3 tempat yang sudah dilakukan. Dibagian itu dijelaskan secara umum informasi mengenai tempat yang disurvey, dan analisa mengenai kelemahan, kekurangan, kesempatan dan ancaman yang ada.
BAB III METODE PERANCANGAN Berisi analisa studi yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung, studi fisik bangunan dan lingkungan, studi aktifitas manusia, studi fasilitas ruang, dan studi permasalahan khusus dalam interior.
BAB IV HASIL DAN PERANCANGAN Berisi penjabaran keputusan desain yang akan diterapkan. Terdapat juga sketsasketsa pra-desain, gambar-gambar inspirasi, analisa 3 alternatif zoning, analisa 3 alternatif grouping, dan konsep desain.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dan saran dari perancangan yang dilakukan. Semua yang telah dijelaskan pada Bab I - IV akan dirangkum dan dijabarkan untuk mendapatkan kesimpulan dari keseluruhan proses perancangan yang telah dilakukan.
5
LAMPIRAN Berisi lampiran-lampiran yang dapat mendukung semua data yang diperlukan dan memperlengkap informasi yang dibutuhkan
6