BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pembangunan tempat tinggal maupun perkantoran dengan menggunakan beton semakin meningkat. Hal ini dikarenakan beton mudah dicetak, awet ,tahan api, dapat di cor ditempat ( Subakti 1995). Namun bila bahan material beton tersebut sulit didapatkan, seperti contoh di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, maka pembangunan dengan menggunakan beton cor ditempat menjadi sulit dilaksanakan. Apalagi dari segi keakurasian ukuran dan kualitas sistem cor ditempat juga kurang terjamin. Kesulitan ini dapat diatasi yaitu dengan menggunakan sistem pracetak. Sistem ini memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya dari segi keakurasian ukuran dan kualitas yang terjamin, serta pelaksanaan pembangunan yang relatif cepat, rapi, dan ekonomis. Sehingga sitem ini mempunyai nilai tambah tidak hanya dari sisi struktur, yaitu kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi arsitekturalnya yaitu penampakan luar atau keindahannya ( Freedman 1999) . Dalam tugas akhir ini akan direncanakan gedung perkantoran bertingkat 12 lantai, ukuran 27 m 40 m dengan tinggi 45,75 m. Gedung ini telah di desain oleh konsultan arsitek dengan sistem pracetak. Yang menarik dari tugas akhir adalah digunakannya software Tekla Structures 15 sebagai program bantu. Memang, di Indonesia penggunaan software ini masih kurang populer dibanding SAP 2000 maupun ETABS. Tetapi sesungguhnya program ini mempunyai banyak kelebihan yang layak untuk dipertimbangkan sebagai salah satu solusi dalam pemecahan permasalahan perencanaan atau rekayasa sipil. Software ini merupakan Building Information Modelling (BIM) yang sangat canggih. Tekla Corporation sebagai produsen dari software ini mengklaim bahwa produknya mampu menggabungkan kemampuan pemodelan, analisa dan desain struktur lengkap dengan detail dan gambar perencanaannya. Selain itu software ini juga mampu digunakan untuk menampilkan data bill of material, sequence dan schedulling pekerjaan. Kemampuan yang dimiliki oleh software ini membuat banyak perusahaan rekayasa bangunan di berbagai negara tertarik untuk menggunakannya. Walaupun investasi yang harus dikeluarkan untuk pembelian lisensi relatif mahal, namun penggunaannya terus meluas karena software ini terbukti memberikan keuntungan jangka panjang berupa peningkatan produktivitas dalam proses desain dan kontruksi.
1
1.2 Permasalahan Permasalahan utama yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah bagaimana mendapatkan hasil perencanaan yang berupa Detail Engineering Design (DED) dari gedung Graha Nusantara dengan menggunakan software Tekla Structures 15. Detail permasalahan: 1. 2. 3. 4.
Apa yang dimaksud dengan sistem pracetak? Apakah keuntungan dan kekurangan sistem pracetak? Komponen struktur apa saja yang bisa menggunakan sistem pracetak? Bagaimana cara merencanakan perhitungan struktur (kolom, balok, pelat, dinding,sambungan, hubungan balok kolom) pada sebuah bangunan bertingkat dengan sistem pracetak ? 5. Apa gambaran umum tentang Tekla Structures 15? 6. Apa saja kekurangan dan kelebihan Tekla Structures 15? 7. Bagaimana memodelkan struktur menggunakan sistem pracetak dengan menggunakan Tekla Structures 15? 8. Bagaimana verifikasi hasil analisa struktur dengan ETAB 9.07? 9. Apakah sesuai dengan hasil permodelan struktur dengan Tekla Structures 15? 10. Jika sesuai, bagaimana desain dan pendetailan struktur dengan Tekla Structures 15? 11. Bagaimana verifikasi hasil analisa struktur dengan perhitungan manual sesuai dengan SNI 03-2847-2002? 12. Apakah sesuai dengan hasil analisa struktur dengan perhitungan manual dan ETAB 9.07? 13. Bagaimana penggambaran detail perencanaan gedung Graha Nusantara dengan Tekla Strukture 15?
1.3 Tujuan Tujuan utama dari Tugas Akhir ini adalah untuk mendapatkan Detail Engineering Design (DED) dari gedung Graha Nusantara dengan menggunakan software Tekla Structure 15. Hasil perencanaan ini didasarkan dari peraturan perencanaan yang berlaku di Indonesia. Peraturan yang dimaksud adalah SNI-032847-2002 yang mengatur tentang tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung dan SNI 02 - 1726-2002 tentang ketahanan gempanya. Tujuan khusus: 1. Mengetahui pengertian sistem pracetak. 2. Mengetahui keuntungan dan kekurangan sistem pracetak. 3. Mengetahui komponen struktur yang bisa menggunakan sistem pracetak. 2
4. Mengetahui cara merencanakan perhitungan struktur (kolom, balok, pelat, dinding,sambungan, hubungan balok kolom) pada sebuah bangunan bertingkat dengan sistem pracetak. 5. Mengetahui gambaran umum tentang Tekla Structures 15. 6. Mengetahui kekurangan dan kelebihan Tekla Structures 15. 7. Mengetahui cara memodelkan struktur menggunakan sistem pracetak dengan menggunakan Tekla Structures 15. 8. Mendapatkan verifikasi hasil analisa struktur dengan ETAB 9.07 9. Mengetahui perbandingan hasil permodelan struktur dengan Tekla Structures 15. 10. Menggambar desain dan pendetailan struktur dengan Tekla Structures 15. 11. Mengetahui verifikasi hasil analisa struktur dengan perhitungan manual sesuai SNI 03-2847-2002 12. Mengetahui apakah hasil analisa struktur dengan perhitungan manual dan ETAB 9.07sudah sesuai atau tidak. 13. Mampu menggambarkan detail perencanaan gedung Graha Nusantara dengan Tekla Strukture 15.
1.4 Batasan Masalah Beberapa batasan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini: 1. Tidak meninjau aspek ekonomis gedung. 2. Tidak meninjau aspek arsitektur, mekanikal dan elektrikal. 3. Menggunakan sofware Tekla Structures 15, ETABS 9.07, Auto Cad.
1.5 Manfaat Penulisan Manfaat yang bisa didapatkan dari penulisan tugas akhir ini adalah mendapatkan perencanaan gedung beton pracetak lengkap dengan pendetailannya. Perencanaan ini diharapkan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan produktif seiring dengan kemampuan software yang digunakan. Selain itu dengan menggunakan software Tekla Structures 15 sebagai program bantu dalam Tugas Akhir ini maka akan ada penguasaan yang lebih baik terhadap teknologi perencanaan struktur. Sehingga nantinya seoftware ini bisa dijadikan salah satu alternatif dalam membantu mencari solusi dari suatu masalah perencanaan struktur bagi masyarakat.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lokasi Bangunan Penting sekali untuk mengetahui data-data lokasi dari pembangunan struktur gedung yang akan dilaksanakan. Hal ini ditentukan oleh jenis tanah di mana bangunan tersebut akan berdiri, terrnasuk dalam zona gempa berapa, dan bahan material apa saja yang mudah didapatkan di daerah tersebut. Karena hal ini akan mempengaruhi dalam perencanaan kekuatan dan keawetan bangunan. maupun biaya pembangunan yang dibutuhkan. Dalam tugas akhir ini akan direncanakan pembanguan Gedung Perkantoran Graha Nusantara yang berada di kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin terletak di provinsi Kalimantan Selatan. Kota ini beriklim tropis dengan suhu udara 25 º -38 º C, curah hujan rata-rata 236 mm. Kota ini mempunyai lapisan gambut tebal, jenis tanah alluvial yang didominasi oleh struktur lempung, dan hasil sondir menunjukkan nilai konsistensi, sangat lunak, lunak, firm, stiff, very stiff . Kota ini berada di wilayah gempa 1 dengan resiko gempa rendah.
Gambar 2.1 Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun ( SNI-1726-2002) Karena berada pada resiko gempa rendah maka pembangunan gedung dengan sistem pracetak akan mudah dilaksanakan. Sistem pracetak kurang sesuai bila digunakan pada bangunan yang berada pada zona gempa tinggi, karena rawan terhadap gaya lateral. 2.2. Sejarah Perkembangan Sistem Pracetak Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi, karena bahanbahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan harganya relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang
4
bersih, kontrol kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka. Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era millennium baru ini. Pada dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan sistem ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan massal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik. Perbandingan kualitatif antara strutur kayu, baja serta beton konvensional dan pracetak dapat dilihat pada tabel : Tabel 2.1 Perbandingan kualitatif antara strutur kayu, baja serta beton konvensional dan pracetak Aspek
kayu
baja
kayu
Pracetak Mudah
Pengadaan
Semakin terbatas
Utamanya impor
Mudah
Permintaan
Banyak
Banyak
Paling banyak
Cukup
Pelaksanaan
Sukar, Kotor
Cepat, bersih
Lama, kotor
Cepat, bersih
Pemeliharaan
Biaya Tinggi
Biaya tinggi
Biaya sedang
Biaya sedang
Kualitas
Tergantung spesies
Tinggi
Sedang-tinggi
Tinggi
Harga
Semakin mahal
Mahal
Lebih murah
Lebih murah
Tenaga Kerja
Banyak
Banyak
Banyak
Banyak
Lingkungan
Tidak ramah
Ramah
Kurang ramah
Ramah
Ada
Ada
Ada
Ada
(sedang diperbaharui)
(sedang diperbaharui)
(sedang diperbaharui)
(sedang diperbaharui)
Standar
Aspek
Beton konvensional
baja Aspek Utamanya Pengadaan impor
kayu konvensional
Beton
Pengadaan
Semakin terbatas
Permintaan
Banyak
Pelaksanaan
Sukar, Kotor
Cepat, Pelaksanaan bersih
Pemeliharaan
Biaya Tinggi
Biaya Pemeliharaan tinggi
Kualitas
Tergantung spesies
Tinggi Kualitas
Tergantung Sedang-tinggi spesies
Mahal Harga
Lebih Semakin murah mahal
Banyak Permintaan
baja Pracetak
Beton konvensional
Pracetak
Mudah
Mudah
Semakin Mudah terbatas
Mudah Utamanya impor
PalingBanyak banyak
Cukup Banyak
Paling banyak
Cukup
Lama, Sukar,kotor Kotor
Cepat, Cepat, bersihbersih
Lama, kotor
Cepat, bersih
Biaya Biaya sedang Tinggi
Biaya Biaya sedang tinggi
Biaya sedang
Biaya sedang
TinggiTinggi
Sedang-tinggi
Tinggi
Lebih murah Mahal
Harga
Semakin mahal
Lebih murah
Lebih murah
Tenaga Kerja
Banyak
Banyak Tenaga Kerja
Banyak Banyak
Banyak Banyak
Banyak
Banyak
Lingkungan
Tidak ramah
Ramah Lingkungan
Kurang Tidakramah ramah
Ramah Ramah
Kurang ramah
Ramah
Ada Ada
Ada Ada
Ada
Ada
(sedang (sedangdiperbaharui) diperbaharui)
(sedang (sedang diperbaharui) diperbaharui)
(sedang diperbaharui)
(sedang diperbaharui)
Ada
Standar
(sedang diperbaharui)
Ada Standar (sedang diperbaharui)
Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangkan di dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem pracetak berbentuk komponen, contohnya tiang pancang, balok jembatan, kolom plat pantai. Permasalahan mendasar dalam perkembangan sistem pracetak di Indonesia saat ini adalah :
Sistem ini relatif baru Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan sistem pracetak yang telah ada 5
Serta kehandalan sambungan antar komponen untuk sistem pracetak terhadap beban gempa . Belum adanya pedoman resmi mengenai tata cara analisis, perencanaan serta tingkat kemampuan khusus untuk sistem pracetak yang dapat dijadikan pedoman bagi pelaku konstruksi.
2.3 Review Tekla Structures 15 2.3.1 Pengenalan Software Tekla Saat ini versi terbaru dari software ini adalah Tekla Structures 15. Tekla adalah aplikasi Building Information Modelling yang dikembangkan oleh Tekla Corporation untuk keperluan perhitungan dan rekayasa struktur termasuk juga fitur fitur komprehensif yang bisa digunakan bagi para detailer, fabricator, manufaktur dan constructor. Modul untuk keperluan manajemen konstruksi juga sudah ditambahkan pada software ini. (Khemlani,2008). Software ini merupakan program bantu yang sangat canggih dan mampu mempersingkat proses delivery desain, pendetailan, proses manufaktur atau fabrikasi, dan manajemen konstruksi. Gambar di bawah ini adalah siklus kerja dan kolaborasi pengguna pada Tekla dalam menyelesaikan permasalahan perencanaan suatu bangunan.
Gambar.2. 2 Alur kerja Tekla Structures dan kolaborasi antar pihak yang terlibat dalam proyek (tekla.com) Dari gambar di atas kita dapat melihat bahwa Tekla merupakan program bantu dengan kemampuan yang komplit. Tekla dapat membantu penyelesaian suatu proyek mulai dari proses perencanaan (pemodelan, analisa struktur, pendetailan), hingga proses pelaksanaan (fabrikasi, dan manajemen kontruksi). Dengan kemampuan yang lengkap tersebut menjadikan penyelesaian proyek akan menjadi lebih cepat. Tidak mengherankan jika ribuan lisensi software ini sudah digunakan oleh perseorangan dan perusahaan di seluruh dunia demi mendapatkan produk rekayasa engineering yang berkualitas dan cepat untuk memuaskan 6
pelangganya. 2.3.2 Sejarah Singkat Tekla Structures Tekla Structures awalnya dikenal sebagai Tekla X-Steel yang berfokus hanya pada perencanaan bangunan baja. Pada saat itu program ini sudah bisa digunakan untuk pemodelan, analisa, desain dan pendetailan struktur baja. Versi ini berkembang sampai versi 9. Untuk versi selanjutnya Tekla Corporation sebagai pengembang program ini memperluas kemampuan Tekla Structures dengan menambah fitur untuk pemodelan, analisis, desain dan detailing struktur beton bertulang. Saat ini Tekla Corporation sudah merilis Tekla Structures 15. Dalam versi yang terbaru ini sudah ditambahkan fitur atau modul untuk keperluan manajemen konstruksi. 2.3.3 Building Information Modelling (BIM) Tekla Structures merupakan aplikasi Building Information Modelling (BIM). Building Information Modelling adalah proses dalam membangun dan mengelola data bangunan selama siklus pembangunannya. Biasanya menggunakan tiga dimensi, real- time, dan perangkat lunak pemodelan bangunan dinamis untuk meningkatkan produktivitas dalam desain dan konstruksi bangunan (Wikipedia). Definisi lainnya adalah proses yang menghasilkan Informasi Model Bangunan (juga disingkat BIM), yang meliputi geometri bangunan, hubungan spasial, informasi geografis , serta kuantitas dan properties dari komponen bangunan.(Wikipedia). BIM saat ini semakin populer dan diyakini akan mempercepat proses perencanaan dan pengerjaan proyek. Penggunaannya terus meluas di dunia. Bahkan Thom Mayne, seorang arsitek yang tergabung dalam American Institute of Architect menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan aplikasi BIM akan hilang dari peredarannya dalam sepuluh tahun ke depan. Pernyataan ini sangat menarik, dan tentunya harus kita sikapi dengan bijak. Kita harus mulai membuka mata dan mempelajari perkembangan perencanaan struktur dengan berbasis BIM. 2.3.4
Manfaat Pemodelan 3D
Sturts dan Griftfis mengklaim bahwa beberapa insinyur sipil yang menjadi praktisi desain punya pengalaman peningkatan sepuluh kali lipat dalam produktivitas sejak digunakannya CAD, yang sudah menyertakan pemodelan tiga dimensi (Sturts and Griffis 2005), tetapi data ini tidak didasarkan pada pengukuran empiris atau pengalaman. Survey yang dilakukan terhadap 56 pengguna Autodesk Revit (Khemlani 2004) melaporkan peningkatan produktivitas yang signifikan dengan migrasi dari perencanaan berbasis 2D ke pemodelan 3D dalam praktik arsitektural, seperti yang ditunjukkan pada gambar 7
2.1. Akan tetapi, gambar ini merupakan opini yang subyektif dari para pengguna, bukan dari pengukuran empiris atau pengalaman.
Gambar 2.2 Peningkatan produktivitas sebagai hasil dari migrasi ke program Revit yang diambil dari responden pada survey Autodesk di Web (Khemlani, 2004) 2.3.5 Kelebihan Tekla Structures Dibandingkan dengan software lain yang sejenis, Tekla Structures memiliki kemampuan yang lebih lengkap. Software ini sudah menggabungkan kemampuan pemodelan, analisa, desain, pendetailan, dan manajemen konstruksi menjadi satu kesatuan yang powerful dan canggih. Lachmi Khemlani pendiri dan editor AECbytes yang ahli dalam pemodelan bangunan cerdas dalam websitenya AECbytes.com mereview beberapa keunggulan dari Tekla Structures 15, beberapa diantanya adalah :
Dengan menggunakan Tekla maka penyelesaian dari suatu proyek akan lebih terintegrasi mulai dari proses pemodelan,desain,drawing,detailing. Penyelesaian desain dan konstruksi suatu proyek menjadi lebih cepat. Database yang tersentralisasi sehingga memastikan semua gambar dan laporan tetap terkoordinasi dengan model Parametric components library yang luas cakupannya yang bisa mengautomatisasi pembuatan detail dan sambungan. Kemampuan untuk mendeteksi clash dengan native objects dan reference model. Kemampuan inter-operasi dengan aplikasi desain dan teknologi manufaktur dan konstruksi. Dukungan yang bagus terhadap multiple users dalam mengerjakan sebuah proyek secara bersamaan. Tekla juga bisa melakukan perhitungan volume material (Bill of Material) serta mengeluarkan output schedule pelaksanaan proyek.
Selain itu Khemlani juga melakukan review pada versi yang terbaru, yaitu Tekla Structures 15, beberapa diantaranya adalah :
Data struktur yang inovative sehingga membuat ukuran file lebih ringkas, walaupun digunakan untuk proyek yang luas dan kompleks. Library komponen parametric yang luas memungkinkan otomatisasi perintah 8
untuk membuat detail dan sambungan. Interface-nya yang lebih rapi sehingga mengurangi kekacauan dan akan lebihmemudahkan kita. Adanya modul manajemen konstruksi yang terintegrasi dengan aplikasi schedulling yang handal. Video tutorial tersusun dengan cakupan yang luas mampu mempermudah proses pembelajarannya.
Fitur – fitur yang ditawarkan di atas memang pemakai Tekla baik perorangan, maupun menumbuhkan kepercayaan diri pengguna, maka dilakukan pembuktian akan kemampuan dan fitur software ini.
sudah dibuktikan oleh para perusahaan. Namun untuk pada Tugas Akhir ini akan – fitur yang ditawarkan oleh
2.3.6 Referensi dari Pengguna Kemampuannya yang lengkap dalam menyelesaikan permasalahan rekayasa dan perencanaan struktur membuat Tekla Structures dipercaya dan digunakan di proyek – proyek besar di dunia. Tekla telah banyak digunakan oleh berbagai perusahaan di dunia untuk mendesain proyek – proyek seperti Wembley Stadium di Inggris, Shanghai Financial Centre di China, Menara Telekom di Malaysia, Hearst Tower di Amerika Serikat dan gedung –gedung fenomenal lainnya.
Gambar 2.3 Shanghai Financial Centre dan Wembley Stadium (tekla.com) Varghese A. Johns, Engineering Manager dari Tiger Steel Engineering LLC mengatakan bahwa tanpa menggunakan Tekla Structures, mereka akan membutuhkan limakali dari jumlah drafter yang ada dan fase detailing akan memakan waktu dua bulan lebih lama. Perusahaan tersebut merupakan fabrikator baja terkemuka yang terlibat pada proyek Ski Dubai, sebuah wahana ski buatan yang merupakan gedung dengan struktur atap transparan yang 9
berdiri bebas tanpa kolom pendukung di antaranya. Selain Johns, ada juga komentar dari Joseph G. Burns - P.E., S.E., AIA Managing Principal dari Thornton Tomasetti, sebuah perusahaan rekayasa struktur yang terlibat di proyek infrastruktur utama di seluruh dunia. Burns mengatakan bahwa Tekla Structures menyediakan paraStructure Engineer kemampuan untuk menghasilkan model 3D dengan analisa properties yang komprehensif. Kualitas pendokumentasiannya pun handal dan mempuyai grade yang tinggi. Penggunaan data untuk keperluan lebih lanjut mempermudah pembuatan estimasi biaya dan memfasilitasi scheduling tahapan konstruksi. Manajemen informasi 3D meningkatkan komunikasi bagi keseluruan tim. Tekla Structures mempercepat pembuatan shop drawing, meningkatkan ketelitian dalam pengecekan ketidakserasian dan hasil pada struktur yang lebih solid atau kompleks dengan permasalahan di lapangan yang lebih sedikit. 2.3.7 Alasan Menggunakan Tekla Dengan menggunakan Tekla maka penyelesaian dari suatu proyek akan lebih terintegrasi. Proses perencanaan, pengembangan desain, fabrikasi dan pelaksanaan di lapangan oleh Tekla sudah dikembangkan secara paralel, dengan mempresentasikan kondisi „as-built‟ dari bangunan tersebut. Selain itu model dari Tekla dapat digunakan untuk menyimpan dan memanfaatkan semua analisa 4D, serta untuk mendeteksi jumlah dan penempatan tulangan secara cepat dan akurat. Hal itu tentunya akan mengurangi biaya proyek.
Gambar 2.4 As-built modelling dalam format 3D lengkap dengan denah dan potongan (Khemlani, 2008)
10
Gambar 2. 5 Pemodelan Tulangan dalam Tekla Structures (Khemlani, 2008) 2.8 Tekla Dan Beton Pracetak Sudah dibahas dalam sub bab sebelumnya bahwa dalam alur kerja Tekla Structure juga terdapat kemampuan pemodelan, analisa, desain dan pendetailan komponen struktur. Tekla Structures mampu untuk melakukan pendetailan pada struktur baja dan beton pracetak. Dalam versi yang terbaru, Tekla Structures menjelma menjadi program bantu yang lebih powerful. Program ini mampu mengintegrasikan informasi penulangan dan mengikuti proyek secara keseluruhan mulai dari tahap desain sampai konstruksi. Tekla adalah satu – satunya program bantu yang mampu menampilkan informasi penulangan seperti bar bending schedule untuk keperluan tahap konstruksi.
Gambar 2.6 Output detailing dan bar bending schedull (tekla.com)
11
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metodologi Perencanaan Langkah yang perlu diambil dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 3.1.1 Pemodelan Struktur Pemodelan struktur gedung dengan menggunakan Software Tekla 15. Sebagai input pemodelan adalah gambar arsitektur yang sudah dibuat oleh perencana sebelumnya. 3.1.2 Pembebanan a. Beban Mati (RSNI – 3 Revisi SNI 1727 1989) b. Beban Hidup (RSNI – 3 Revisi SNI 1727 1989) c. Beban Gempa (SNI-1726-2002) 3.1.3 Kombinasi Pembebanan Kombinasi pembebanan SNI-2847-2002 Pasal 11.2 : 1. 2. 3. 4.
1,4 D 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R ) 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E 0,9 D ± 1,0 E
3.1.4 Analisa struktur Analisa struktur dengan bantuan software Tekla Structures 15 untuk mendapatkan gaya dalam yang akan digunakan dalam desain penampang dan pendetailan elemen struktur yang digunakan dalam gedung. Sebagai pembanding, maka juga akan dilakukan analisa struktur menggunakan software analisa struktur lain seperti ETABS.
12
Penggambaran hasil perencanaan ke dalam gambar perencanaan sesuai dengan kaidah penggambaran teknik. Berbeda dengan prosedur yang umum digunakan dimana proses penggambaran dilakukan dengan menggunakan software AUTOCAD, maka pada tahapan ini output gambar pendetaialan struktur juga dihasilkan oleh software Tekla Structures 15. Output gambar nantinya juga bisa diekspor ke dalam format DWG untuk diolah dan dicetak melalui program Bantu AUTOCAD. Sehingga dari uraian di atas dapat dibuat diagram alir sebagai berikut : Mulai
Studi Kondisi Perencanaan Eksisting dan Literatur
Permodelan Struktur dengan Tekla Structures 14
Verifikasi hasil dengan ETABS 9.07 Tidak
Cocok
Ya
Desain dan pendetailan elemen strurktur dengan Tekla Structures 14
Verifikasi hasil dengan perhitungan manual sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Tidak Ya
Cocok
Penggambaran detail perencanaan dengan Tekla Structures 14
Gambar detail perencanaan
Selesai
Gambar 3.1 Diagram alir perencanaan
13
3.2 Data Perencanaan Berikut ini adalah data perencanaan yang akan digunakan dalam Tugas Akhir ini 3.2.1 Data Perencanaan Nama Bangunan
: Gedung Graha Nusantara
Fungsi bangunan : Perkantoran ( 12 lantai ) Kontraktor : PT.Sumber Daya Nusaphala Arsitek : PT. Megatika International. Lokasi : Kota Banjarmasin - Wilayah gempa 1 SNI–1726-2002 Jenis Tanah : Tanah Gambut dan Lempung Tinggi gedung : 45,75 m Tinggi tiap lantai : 4,5 m (Dasar) ; 3,75 m (Lantai selanjutnya tipikal) Sistem Struktur : Sistem Pracetak 3.2.2 Data Material Beton (f‟c)
: 30 MPa
Tulangan (f y) : 400 Mpa
14
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan Struktur Sekunder Dalam perencanaan ini komponen struktur yang dibuat pracetak adalah balok dan pelat. Dalam menghitung jumlah kebutuhkan tulangan maka perhitungan dilakukan melalui 3 tahap: 1) Penulangan sebelum komposit 2) Penulangan pada saat pengangkatan 3) Penulangan sesudah komposit Dari hasil perhitungan yang ada didapatakan hasil seperti dibawah ini: 4.1.1 Perencaan Pelat Pelat yang direncanakan menggunakan pelat dua rah. Untuk penulangan pelat sebelum
komposit menggunakan digunakan tulangan lentur 13-200 mm As = 663,661 mm2- -
Untuk penulangan pelat saat penggangkatan menggunakan tulangan lentur 10-240 mm
As = 315,16 mm2. Sedangkan untuk penulangan setelah komposit tulangan lentur 13200 mm As = 663,661 mm2 . 4.1.2 Perencanaan Tangga Pada perencanaan ini, tangga dimodelkan sebagai frame statis tertentu. Perletakan dapat diasumsikan sebagai sendi-sendi, sendi-jepit, sendi-rol, ataupun jepit-jepit. Namun, dalam perhitungan ini, perletakan tangga diasumsikan berupa sendi dan rol (rol diletakkan pada ujung bordes). Data-data perancangan : Syarat perencanaan tangga : 2.t + i = 64-67 dimana : t = tinggi injakan (diambil 18 cm) i = lebar injakan 2.t + i = 66 2 (18) + i = 66 i = 30 cm Mutu beton (fc‟) = 40 MPa Mutu baja (fy) = 350 MPa Tinggi antar lantai = 425cm Panjang bordes = 100 cm Panjang tangga = 300 cm Lebar tangga = 300 cm 15
Tebal pelat miring Tebal pelat bordes Tinggi injakan ( t ) Lebar injakan ( i ) Diameter tulangan lentur Tebal selimut beton
= 15 cm = 15 cm = 18 cm = 30 cm = 12 mm = 20 mm 300
= ( 18 ) = 17 = (n-1) = 17-1 = 16
Jumlah tanjakan (n) Jumlah injakan Kemiringan Tangga (α)
Tebal rata-rata
18 = arc tan 30 = arc tan 0,6 = 30,96°
i = 2 × sinα (injakan &tanjakan)
30 = 2 × sin 30,96° = 7,72 cm Tebal rata-rata pelat tangga = 15 + 7,72 = 22,72 cm
4.1.3 Perencanaan Balok Anak Dalam perencanaan ini menggunakan balok anak ukran 35/50 cm dengan lebar bentang 600 cm. Untuk perhitungan tulangan dilakukan pada saat sebelum kom[posit, saat pengangkatan, dan sesudah komposit. Untuk tulangan tumpuan setelah
menggunakan tulangan 3 19 mm = 850,586 mm2 karena atas tidak mengalami tarik, tulangan negatif digunakan tulangan praktis minimum sehingga luasan yang diperlukan, As’ = 0,5 As 567,057 mm2. .
= 0,5 × 850,586
= 425,293 mm2 . Digunakan 2 19 mm =
4.1 Perencanaan balk penggantung lift Dalam perencanaan ini menggunakan balok anak ukran 35/50 cm dengan lebar bentang 600 cm. Untuk perhitungan tulangan dilakukan pada saat sebelum kom[posit, saat pengangkatan, dan sesudah komposit. Untuk tulangan tumpuan setelah menggunakan
tulangan 3 19 mm = 850,586 mm2 karena atas tidak mengalami tarik, tulangan negatif digunakan tulangan praktis minimum sehingga luasan yang diperlukan, As’ = 0,5 As = 0,5 × 850,586 = 425,293 mm2 Digunakan 2 19 mm = 567,057 mm2. .
4.2 Perencaan balok iniduk dan kolom 4.2.1 Perencanaan balok Dari hasil penrancangan dan verifikasi dengan ETAB 9.6 maka didapatkan hasil dsebagai berikut:
16
Tabel 4.1 Penulangan Lentur Balok Pada Tumpuan Keterangan
Satuan
Mu negatif
Nmm
Mn perlu
Nmm
Rn ρperlu ρpakai As perlu
mm2
n Tul. tarik As
mm2
n Tul.tekan As'
mm2
Mn
Nmm
Keterangan ρ ρ' ρ-ρ' kontrol
Balok AB-1 Balok AB-2 Balok A1-2 Penulangan pada tumpuan akibat momen positif 271879000 301975000 195177000
Balok B1-2 195594000
339848750
377468750
243971250
244492500
1,73 0,005088925 0,005088925 1592,833592 6 2279,64 4 1519,76
1,93 0,005669653 0,005669653 1774,60141 7 2659,58 5 1899,7
1,25 0,003625201 0,0045 1408,5 5 1899,7 3 1139,82
1,25 0,003633096 0,0045 1408,5 5 1899,7 3 1139,82
549423438,5 636833208,2 460824867,9 OK OK OK Cek momen nominal tulangan terpasang 0,00728 0,00850 0,00607 0,00486 0,00607 0,00364 0,00243 0,00243 0,00243 0,02122 0,02122 0,02122 OK OK OK 1585,29 1585,29 1585,29
460824867,9 OK 0,00607 0,00364 0,00243 0,02122 OK 1585,29
f's
Mpa
fy
Mpa
350
351
352
353
f's pakai a Mn
Mpa mm Nmm
350 46,85 453877086,1
350 54,65 526244031,1
350 39,05 381510141,2
350 39,05 381510141,2
φMn
Nmm
kontrol Mu
Nmm
363101668,9 OK 339848750
420995224,9 OK 377468750
305208112,9 OK 243971250
305208112,9 OK 244492500
17
Tabel 4.2 Penulangan Lentur Balok Pada Lapangan Keterangan
Satuan
Mu
Nmm
Mn perlu
Nmm Cek balok T atau persegi be1 mm
Balok AB-1 Balok AB-2 Cek balok T asli atau palsu 150335000 164478000
Balok A1-2
Balok B1-2
71033000
84753000
187918750
205597500
88791250
105941250
2000
2000
1500
1500
be2
mm
2580
2580
2580
2580
be3
mm
3750
3750
3750
3750
be
mm
2000 0,96 0,00278 0,0045 29,00 130 balok T palsu
2000 1,05 0,00305 0,0045 29,00 131 balok T palsu
1500 0,45 0,00130 0,0045 29,00 132 balok T palsu
1500 0,54 0,00156 0,0045 29,00 133 balok T palsu
Balok AB-2
Balok A1-2
Balok B1-2
Rn ρperlu ρpakai a hf kontrol
mm mm
Keterangan Satuan Balok AB-1 Penulangan pada lapangan Mu Nmm 150335000 Mn perlu
Nmm
Rn ρperlu ρpakai As perlu
mm2
n Tul. tarik As
mm2
n Tul.tekan As'
mm2
Mn
Nmm
Kontrol Mu
Nmm
164478000
71033000
84753000
187918750 0,96 0,00278 0,0045 1408,5 4 1519,76 2 759,88
205597500 1,05 0,00305 0,0045 1408,5 4 1519,76 2 759,88
88791250 0,45 0,00130 0,0045 1408,5 3 1139,82 2 759,88
105941250 0,54 0,00156 0,0045 1408,5 3 1139,82 2 759,88
371037496,2 OK 187918750
371037496,2 OK 205597500
280061323,6 OK 88791250
280061323,6 OK 105941250
Tabel 4.3 Penulangan Geser Balok Memanjang dan Melintang
18
Keterangan
Satuan
Balok AB-1
As
mm2
2279,64
2659,58
1899,7
1899,7
As'
mm2
1519,76
1519,76
1139,82
1139,82
f's d a
Mpa mm mm
101,07 626 37,90
45,20 626 36,08
45,20 626 36,08
Mpr1
kNm
594,87
496,60
496,60
Mpr2
kNm
387,77
289,51
289,51
Mpr3
kNm
594,87
496,60
496,60
Mpr4 Wu
kNm kN
289,51 37,27
289,51 37,27
L VeA
m kN
387,77 385,13 30,30 30,30 Analisa terhadap gempa kiri 8 8 244,01 256,29
6 242,82
6 242,82
VeB
kN
19,22
19,22
L VeA
m kN
1,65 13,93 Analisa terhadap gempa kanan 8 8 244,01 256,29
6 242,82
6 242,82
VeB
kN
19,22
19,22
1,65
Balok AB-2 Penulangan geser
127,52 626 43,36 Akibat gempa kiri 695,77 385,13 Akibat gempa kanan 695,77
13,93
Balok A1-2
Balok B1-2
Ve( gempa)
kN
Ve
kN
kontrol Vs
Daerah sendi plastis (tumpuan) 122,83 135,11
131,02
131,02
122,01 OK 325,35
128,15 OK 341,73
121,41 OK 323,76
121,41 OK 323,76
Av
kN mm2
s s1
mm mm
265,46 178,77 156,5
265,46 170,20 156,5
265,46 179,65 156,5
265,46 179,65 156,5
s2
mm
176
176
176
176
s3 s pasang n n Vsmax
mm mm buah buah kN
312 120 12,25 13 1319,72
312 120 12,25 13 1319,72
312 120 12,25 13 1319,72
312 120 12,25 13 1319,72 484,69
Vs
kN
484,69
484,69
484,69
Vs
kN
OK
OK
OK
OK
φ(Vc+Vs)
kN
363,52
363,52
363,52
363,52
Vumax
kN
244,01
256,29
242,82
242,82
OK
OK
OK
OK
φ(Vc+Vs)>Vumax Keterangan
Satuan
Ve( gempa)
kN
Ve
kN
kontrol Vu
kN
Balok AB-1 Balok AB-2 Balok A1-2 Daerah sendi non plastis (lapangan) 122,83 135,11 131,02
Balok B1-2 131,02
122,01 OK 282,93
128,15 OK 299,31
121,41 OK 271,58
121,41 OK 271,58
353,67
374,14
339,48
339,48
s pasang n n Vsmax
mm mm mm buah buah kN
265,46 164,46 313 150 35,67 36 1319,72
265,46 155,46 313 150 35,67 36 1319,72
265,46 171,33 313 160 33,50 34 1319,72
265,46 171,33 313 160 33,50 34 1319,72 363,52
Vs Av s s1
kN mm2
Vs
kN
387,75
387,75
363,52
Vs
kN
OK
OK
OK
OK
φ(Vc+Vs)
kN
290,81
290,81
272,64
272,64
Vumax
kN
244,01
256,29
242,82
242,82
OK
OK
OK
OK
φ(Vc+Vs)>Vumax
4.2.2 Perancangan Kolom Dari hasil penrancangan dan verifikasi dengan ETAB 9.6 maka didapatkan hasil dsebagai berikut: Tabel 4.4 Penulangan longitudinal kolom eksterior dan interior
19
Penulangan longitudinal Dimensi kolom mm 800×800 800×800 2 mm Ag 640000 640000 Mutu beton (f'c) Mpa 40 40 Mutu tulangan (fy) Mpa 350 350 Tulangan 16D25 16D25 Diameter tulangan (d) mm 25 25 Jumlah tulangan buah 16 16 2 mm Ast 7850 7850 Rasio tulangan (%) 0,012 0,012 Pu max kN 4870,25 6569,27 φPn max kN 12.605,11 12.605,11 Penulangan Geser Kolom (Daerah Sendi Plastis) Mnt kNm 1850 1900 Mnb kNm 2050 2100 Ve kolom kN 917,65 941,18 Pu (dari analisa struktur) kN 4870,25 6569,27 Vc kN 1345,62 1345,62 Vt kN 610,95 610,95 Syarat s max mm 100 100 Sengkang terpasang 4Ø13-200 4Ø13-200 Diameter sengkang (Ø) mm 13 13 Jumlah sengkang (n) buah 4 4 mm2 Ash terpasang 530,66 530,66 0,75 Vn terpasang kN 1467,43 1467,43 0,75 Vn terpasang > Vu kN memenuhi memenuhi Penulangan Geser Kolom (Daerah Luar Sendi Plastis) Ve kN 917,65 941,18 Vc kN 672,81 672,81 Vt kN 610,95 610,95 Syarat s max mm 200 200 Sengkang terpasang 4Ø13-200 4Ø13-200 Diameter sengkang (Ø) mm 13 13 Jumlah sengkang (n) buah 4 4 mm2 Ash terpasang 530,66 530,66 0,75 Vn terpasang kN 962,8223327 962,8224685 0,75 Vn terpasang > Vu kN memenuhi memenuhi
20
Penulangan longitudinal Dimensi kolom mm 800×800 800×800 2 mm Ag 640000 640000 Mutu beton (f'c) Mpa 40 40 Mutu tulangan (fy) Mpa 350 350 Tulangan 16D25 16D26 Diameter tulangan (d) mm 25 25 Jumlah tulangan buah 16 16 mm2 Ast 7850 7850 Rasio tulangan (%) 0,012 0,012 Pu max kN 5852,02 7627,53 φPn max kN 12.605,11 12.605,11 Penulangan Geser Kolom (Daerah Sendi Plastis) Mnt kNm 1900 1900 Mnb kNm 2100 2100 Ve kolom kN 941,18 941,18 Pu (dari analisa struktur) kN 5852,02 7627,53 Vc kN 1345,62 1345,62 Vt kN 610,95 610,95 Syarat s max mm 100 100 Sengkang terpasang 4Ø13-200 4Ø13-200 Diameter sengkang (Ø) mm 13 13 Jumlah sengkang (n) buah 4 4 mm2 Ash terpasang 530,66 530,66 0,75 Vn terpasang kN 1467,43 1467,43 0,75 Vn terpasang > Vu kN memenuhi memenuhi Penulangan Geser Kolom (Daerah Luar Sendi Plastis) Ve kN 941,18 941,18 Vc kN 672,81 672,81 Vt kN 610,95 610,95 Syarat s max mm 200 200 Sengkang terpasang 4Ø13-200 4Ø13-200 Diameter sengkang (Ø) mm 13 13 Jumlah sengkang (n) buah 4 4 mm2 Ash terpasang 530,66 530,66 0,75 Vn terpasang kN 962,8224112 962,8225531 0,75 Vn terpasang > Vu kN memenuhi memenuhi
4.3 Perencanaan Sambungan 4.1 Perencanaan Sambungan Balok dan Kolom Pada perencanaan sambungan antara balok induk dan kolom dipergunakan sambungan dengan menggunakan konsol pendek. Balok induk diletakkan pada konsol yang berada pada kolom yang kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan. Bentuk konsol pendek yang dipakai dapat dilihat pada gambar 8.1 berikut ini :
Gambar 4.1 Geometri Konsol Pendek
21
4.1.1 Perencanaan Konsol pada Kolom Contoh perhitungan Vu
=
191370 N (output ETABS)
Dimensi Balok 50/70 Direncanakan dimensi konsol : bw
=
500 mm
d
=
500 mm
h
=
550 mm
fc‟
=
40 MPa
fy
=
350 MPa
lp
=
300 MPa
a
=
150 mm
Ketentuan yang digunakan dalam perencanaan konsol pendek ini, sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9. Untuk dapat menggunakan SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9, maka geometri konsol pendek serta gaya yang terjadi pada konsol pendek tersebut harus sesuai dengan yang diisyaratkan oleh SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9.1. Syarat tersebut adalah sebagai berikut : a/d
<1 150 / 500 = 0,3 < 1....OK
Vu
Nuc Nuc
= 0,2 Vu = 0,2 191370=38274N 251810,01 N….OK
Sesuai dengan 13.9.3.1, diambil sebesar 0,75. Vu 191370 = = 0,75 = 255160 N
Vn
Menentukan luas tulangan geser friksi Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9.3.2 (a), untuk beton normal, kuat geser Vn tidak boleh diambil lebih besar daripada 0,2 f’c bwd ataupun 5,5bwd dalam Newton. 0,2 f’c bw d = 0,2 40 500 500 = 2000000 N > Vn .......OK 22
5,5 bw d = 5,5 500 500 = 1375000 N > Vn ......OK Vn fy . ……………SNI 03-2847-2002 Pasal 13.7.4.1
Avf
=
= 1,4 untuk beton normal yang dicor secara monolit. (SNI 03-2847-2002 Pasal 13.7.4.3)
Avf
255160 350 1,4 = 520,73mm2
=
Menentukan luas tulangan untuk menahan momen Mu
Vu a + Nuc (h – d)
=
1,4 fy
m in =
=
191370 150 + 38274 (550 – 500)
=
30619200 Nmm
= 1,4/350 = 0,004
fc' 40 0,0045 m in = 4 fy 4 350 Dipilih yang terbesar yaitu 0,0045 30619200 Mu 2 2 Rn = b.d = 500 500 = 0,245 MPa
fy m
= 0,85 x f c '
perlu
=
=
350 0,85 x 40
2m Rn 1 1 1 m fy
= 10,30
2 10,30 0,245 1 1 1 10,30 350 =
= 0,00070
Mu
Af1
= Af2
=
0,85 fy d
30619200 0,85 0,65 350 500
= 316,68 mm2
= bw d = 0,0045 500 500 = 1125 mm2..menentukan
23
Menentukan tulangan untuk menahan gaya normal Nuc
An
=
Nw 38274 fy 0,75 350 = 145,8 mm2
Pemilihan Tulangan yang Digunakan As
=
(Af + An) = (1125+ 145,8) = 1270,8 mm2
As
=
2 Avf An 2 520,73 145 ,8 3 =499,62 mm2 3 =
Asmin =
fc' 40 0,04 fy b×d = 0,04 350 500 × 500 =1142,86 mm2
Ah
=
0,5 (As – An) = 0,5 (1270,8 – 145,8)= 562,5 mm2
Dipakai tulangan 5D19 = 1417,64 mm2 Dipakai sengkang 5D13 = 663,66 mm2 Dipasang sepanjang (2/3) d = 333,333 mm (vertikal)
Menentukan luas pelat landasan : Vu Al
=
Ø × (0,85) × fc× Al
=
191370 0,85 40 0,75 = 7504,7 mm2
S dipakai pelat landasan 400 200 mm2 (tebal 15 mm)
4.1.2 Perhitungan Sambungan Balok Kolom Sistem sambungan antara balok dengan kolom pada perencanaan memanfaatkan panjang penyaluran dengan tulangan balok, terutama tulangan pada bagian bawah yang nantinya akan dijangkarkan atau dikaitkan ke atas. Panjang penyaluran diasumsikan menerima tekan dan juga menerima tarik, sehingga dalam perencanaan dihitung dalam dua kondisi, yaitu kondisi tarik dan kondisi tekan. db
=
As perlu
=
2928,80 mm2
As terpasang
=
3042,28 mm2
24
25 mm
Panjang Penyaluran Tulangan Deform Dalam Tekan Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 14.3 As db
perlu
As terpasang
d
=
d
200 mm
db
0,04 db fy 0,04 22 350 = 308
=
db x fy 22 x 350 4 f 'c 4 x 40 = 304,37 mm
d
=
2928,80 304,37 3042,28
d
200 mm
db
Dipakai
d
= 293,02 mm
OK
= 293,02 mm 300 mm
Panjang Penyaluran Kait Standar Dalam Tarik Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 14.5 hb
fy 400
dh
=
dh
8 db
dh
150 mm
db fc'
22 = 100 40 = 347,85 mm
hb
=
100
dh
8 db = 8 22 = 176 mm
dh
hb
=
Dipakai
dh
fy
350 400 = 347,85 400 = 304,37 mm
= 304,37 310 mm
4.2 Perencanaan Sambungan Balok Induk dan Balok Anak
25
Pada perencanaan sambungan antara balok induk dan balok anak digunakan sambungan dengan konsol pendek. Balok anak diletakkan pada konsol yang berada pada balok induk yang kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan. 4.2.1
Perencanaan Konsol pada Balok Induk
Vu = 59860 N Dimensi Balok Anak 35/50 Direncanakan dimensi konsol : bw
= 350 mm
Tebal pelat landasan = 15 mm h
=
200 mm
d
=
h – tebal pelat landasan – (D/2)
=
200 – 15 – (10/2) = 180 mm
lp
=
80 MPa
a
=
75 mm
fc‟
=
40 MPa
fy
=
350 Mpa
Ketentuan yang digunakan dalam perencanaan konsol pendek ini, sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9. Untuk dapat menggunakan SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9, maka geometri konsol pendek serta gaya yang terjadi pada konsol pendek tersebut harus sesuai dengan yang diisyaratkan oleh SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9.1. Syarat tersebut adalah: a/d
<1
75 / 180 = 0,42 < 1.......OK
Vu
Nuc Nuc
= 0,2 Vu = 0,2 59860= 11972 N
.........OK
Sesuai dengan 13.9.3.1, diambil sebesar 0,75. Vu 59860 = = 0,75
Vn
= 79813,33 N
Menentukan luas tulangan geser friksi Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9.3.2 (a), untuk beton normal, kuat geser Vn tidak boleh diambil lebih besar daripada 0,2 f’c bwd ataupun 5,5bwd dalam Newton. 26
0,2 f’c bw d = 0,2 40 350 180 = 504000 N > Vn .......OK 5,5 bw d = 5,5 350 180 = 346500 N > Vn ......OK Vn fy ……………SNI 03-2847-2002 Pasal 13.7.4.1
Avf
=
= 1,4 untuk beton normal yang dicor secara monolit. (SNI 03-2847-2002 Pasal 13.7.4.3)
Avf
79813,33 350 1,4 = 162,88 mm2
=
Menentukan luas tulangan untuk menahan momen Mu
Vu a + Nuc (h – d)
=
1,4 fy
m in =
=
59860 75 + 11972 (200 – 180)
=
4728940 Nmm
= 1,4/350 = 0,004
fc' 40 0,0045 m in = 4 fy 4 350 Dipilih yang terbesar yaitu 0,0045 4728940 Mu 2 2 Rn = b.d = 350 180 = 0,417 MPa
fy m
= 0,85 x f c '
perlu
=
=
350 0,85 x 40
2m Rn 1 1 1 m fy
= 10,30
2 x 10,30 x 0,417 1 1 1 10,30 350 =
= 0,0012
Mu
Af1
=
=
0,85 fy d
4728940 0,85 0,75 350 180
= 117,75 mm2
Af2= bw d = 0,0045 350 180 = 283,5 mm2...menentukan 27
Menentukan tulangan untuk menahan gaya normal Nuc
An
=
N uc 11972 . fy 0,75 350 = 45,61 mm2
Pemilihan Tulangan yang Digunakan As
=
(Af + An) = (283,5 + 45,61) = 329,11 mm2
As
=
2 Avf An 2 162,88 3 3 =
Asmin =
fc ' 40 f 0,04 y b×d = 0,04 350 350 × 150 = 240 mm2
Ah
=
45,61 =154,2 mm2
0,5 (As – An) = 0,5 (319,11 – 45,61) = 136,75 mm2
Dipakai tulangan 4D12 = 452,39 mm2 Dipakai sengkang 2D10 = 452,39 mm2 Dipasang sepanjang (2/3) d = 53,3 mm (vertikal)
Menentukan luas pelat landasan : Vu Al
=
Ø× (0,85) × fc× Al
=
59860 0,85 0,65 40 = 2708,59 mm2
S dipakai pelat landasan 350 × 150 mm2 (tebal 15 mm)
4.2.2 Perhitungan Sambungan Balok Induk dan Balok Anak Sistem sambungan antara balok dengan kolom pada perencanaan memanfaatkan panjang penyaluran dengan tulangan balok, terutama tulangan pada bagian bawah yang nantinya akan dijangkarkan atau dikaitkan ke atas. Panjang penyaluran diasumsikan menerima tekan dan juga menerima tarik, sehingga dalam perencanaan dihitung dalam dua kondisi, yaitu kondisi tarik dan kondisi tekan. db
= 28
22 mm
As perlu
=
693 mm2
As terpasang
=
850,586 mm2
Panjang Penyaluran Tulangan Deform Dalam Tekan Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 14.3 As db
perlu
As terpasang
d
=
d
200 mm
db
0,04 db fy 0,04 19 350 = 266
=
db x fy 19 x 350 4 f 'c 4 x 40 = 262,86 mm
d
=
693 262,86 850,586
d
200 mm
db
Dipakai
d
= 214,16 mm
OK
= 214,16 mm 220 mm
Panjang Penyaluran Kait Standar Dalam Tarik Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 14.5 hb
fy 400
dh
=
dh
8 db
dh
150 mm
hb
=
db 19 100 fc' = 100 40 = 300,41 mm
dh
8 db = 8 19 = 152 mm
29
dh
=
Dipakai 4.3
hb
dh
fy
350 400 = 300,41 400 = 262,86 mm
= 300,41 300 mm
Perencanaan Sambungan Balok dan Pelat
Untuk mempekuat sambungan pelat dengan balok, maka pada bagian tepi pelat akan diberikan lebihan tulangan (panjang penyaluran) yang nantinya akan dicor bersamaan dengan pengecoran topping. Panjang penyaluran bisa dipasang pada satu arah maupun dua arah tergantung bagaimana pelat direncanakan. Jika direncanakan sebagai pelat dua arah, maka panjang penyaluran dipasang pada dua arah tetapi jika pelat direncanakan sebagai pelat satu arah, maka panjang penyaluran hanya dipasang pada satu arah saja. 4.3.1 Panjang Penyaluran Tulangan Pelat Type A db = 13 mm Arah X -
Arah Y -
As perlu
: 465,75 mm2
As terpasang
: 663,661 mm2
As perlu
: 407,25 mm2
As terpasang
: 663,661 mm2
Penyaluran Arah X Kondisi tarik d
300 mm 12 f y
d
db
=
25
fc '
1,7 ......SNI 03-2847-2002 Pasal 14.2.4
Dengan :
:
faktor lokasi penulangan
= 1,3
:
faktor pelapis
=1
:
faktor beton agregat ringan
=1
=
12 350 1,3 1 1 25 40
=
448,92 mm ~ 450 mm
d 13 d
30
Kondisi tekan As db
perlu
As terpasang
d
=
d
200 mm
db
0,04 db fy
0,04 13 350 = 182
db f y db
4
=
13 350 4 40 = 179,85 mm
465,75 182 663,661
d
=
d
200 mm
Dipakai
f 'c
d
= 127,52 mm
NOT OK
= 200 mm
Penyaluran Arah Y Kondisi tarik d
300 mm 12 f y
d
db
=
25
fc '
1,7 ......SNI 03-2847-2002 Pasal 14.2.4
Dengan :
:
faktor lokasi penulangan
= 1,3
:
faktor pelapis
=1
:
faktor beton agregat ringan
=1
=
12 350 1,3 1 1 25 40
=
448,92 mm ~ 450 mm
d 13 d
31
Kondisi tekan As db
perlu
As terpasang
d
=
d
200 mm
db
0,04 db fy
0,04 13 350 = 182
db f y db
4
= =
d
200 mm
4.4
13 350 4 40 = 179,85 mm
407,25 182 663,661
d
Dipakai
f 'c
d
= 111,68 mm
NOT OK
= 200 mm
Perencanaan Reinforced Concrete Bearing
Gambar 8.2 Rencana Tulangan pada Balok Anak Perencanaan penulangan ujung balok induk pada tugas akhir ini didasarkan pada buku PCI DESIGN HANDBOOK (Fourth Edition) section 6.9 yaitu tentang concrete brackets or cobel. Karena dihitung dengan PCI maka satuan yang dipakai adalah : Lb atau kips untuk satuan gaya In untuk besaran panjang Psi untuk fc‟ Ksi untuk fy Hal ini karena berkaitan dengan koefisien-koefisien yang akan dipakai. Menurut SNI 03-2847-2002, bearing streght on plain concrete adalah :
32
Vn C r (0,8 . fc' As )
A2 2 . fc' A1 A1
Dimana : Ø
=
0,7
Cr
=
s w Vu 200 = 1 bila tidak ada goyangan horizontal yang berarti
A1
=
luas permukaan beton yang mendukung beton
A2
=
luas proyeksi permukaan A1
Nu
Batas searing strength adalah Vn . 0,85 . fc‟ . bw Jika Vu > Ø Vn hasil design bearing strength on plain concrete maka perlu tulangan end bearing. Penulangan end bearing. Penulangan end bearing berdasarkan analisa geser friksi. Prosedur yang digunakan PCI adalah sebagai berikut : Diasumsikan sudut retak adalah vertikal = 00 Hitung tulangan horizontal
At
=
Avf + An =
Vu Nu . fy. . fy
Sudut penanaman adalah 150 seperti yang disaranakan pada referensi Nilai = 1,4 = 1,4 x 1 = 1,4 Hitung tulangan sengkang
A vf Ash
dimana Acr
A n fy e .f ys
=
e =
1000. . A cr . A vf A n fy Id . b
B
=
lebar balok
Id
=
panjang penanaman
fys
=
mutu baja sengkang Ash
Nilai maksimum Vn dari PCI design handbook table 6.7.1 untuk beton cor monolit 2 e 1000 . . Acr, recommended = 1,4 max = 3,4
33
Perhitungan Vu
=
59860 N = 10,89 kips
Nu
=
0,2 x Vu = 0,2 x 10,89kips = 2,18kips
fy
=
350 Mpa
= 50723,75 Psi
fc‟
=
40 Mpa
= 5797,2 Psi
Dimensi balok anak sebelum komposit 35/37 cm2 Sehingga h = 37 cm = 14,57 in Dipakai pelat landasan : b = 35 cm = 13,7 in, w = 15 cm = 5,9 in Acr
=
b . h = 13,7 x 14,57 = 199,61 in2
Cek Vn max dari PCI Design Handbook table 6.7.1 2
1000 Acr = 1000 (1,0)2 (199,61)/1000 = 199,61 kips Max Vu = 0,85 (199,61) = 169,67 kips > Vu = 15,17 kips…….OK
e
Avf
1000. . Acr . 10001199,61 1,4 V 10,89 1000 u = = 25,66 >3,4 dipakai 3,4
=
An
Vu 10,89 x 1000 . fy. e 0,85 50723,75 3,4 = 0,0742 in2
=
Nw 2,18 x 1000 . fy 0,75 50723,75 = 0,057 in2
Avf + An = 0,0742 + 0,057 = 0,1312 in2 Dipakai 2D10 = 226,195 mm2 = 0,244 in2
Panjang Id sesuai dengan table design Aid 11.2.8 Untuk A = B = 1
As perlu E
MT
=
=
Id
34
As ada
Idb = 9,6
C = 1,3
0,18 0,244 = 0,74
fy fc ' = 1,18 1,18
50723,75 5797,2 = 0,786
=
A x B x C x D x E x MT 12 in
=
9,6 x 1 x 1 x 1,3 x 0,7 x 0,834 = 7,2 in
D= 1
Dipakai Id = 12 in 35 cm Acr
=
e
e
Id . b = 12 . 17,7 = 212,4 in2
=
1000. . Acr . Avf An f y
=
1000 .1. 346 ,92 .1,4 0,17 x 46376 ,811 = 61,6 > 3,4
Dipakai e = 3,4
A
vf
Ash
=
An f y
e . f ys
= 0,04 in2
Dipakai 4D12 = 452,389 mm2 = 0,701 in2 4.5 Perancangan Pondasi Pondasi pada umumnya berlaku sebagai komponen struktur pendukung bangunan yang terbawah dan berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke tanah. Pondasi pada gedung Departemen Keuangan ini direncanakan memakai pondasi tiang pancang jenis pencil pile shoe produk dari PT. WIKA Beton. 4.5.1 Pondasi Kolom Gedung A Spesifikasi tiang pancang yang akan digunakan adalah sebagai berikut: Diameter
: 600 mm
Tebal
: 100 mm
Type
: A1
Allowable axial
: 235,4 ton
Bending Momen crack
: 17 tonm
Bending Momen ultimate
: 25,5 tonm
Direncanakan kedalaman 16 m Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS, diambil output reaksi perletakan yang terbesar dari kombinasi D + L. Hasilnya adalah sebagai berikut : D
: 656912,83 kg
Mx
: 1624,097 kgm
My
: 4485,822 kgm 35
Hx
: 3324,12 kg
Hy
: 1203,39 kg
Gambar 4.2 Layout Pondasi 4.5.2.1 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal Data yang diperoleh dan yang digunakan dalam merencanakan pondasi adalah data tanah berdasarkan hasil Standard Penetration Test (SPT) yang terdiri dari 1 titik. Daya dukung pada pondasi tiang pancang ditentukan oleh dua hal, yaitu daya dukung perlawanan tanah dari unsur dasar tiang pondasi (Qp) dan daya dukung tanah dari unsur lekatan lateral tanah (QS). Perhitungan daya dukung tanah memakai metode Luciano Decourt (1982) : QL = QP + QS Dimana : QL = daya dukung tanah maksimum pada pondasi QP = resistance ultimate di dasar tiang QS = resistance ultimate akibat lekatan lateral Qp = qp.Ap = (Np.K).Ap Qs = qs.As = (Ns/3 +1).As Dimana : Np
= harga rata-rata SPT pada 4D pondasi di bawah dan di atasnya.
K
= koefisien karakteristik tanah
Ap
= luas penampang dasar tiang
Ns
= rata-rata SPT sepanjang tiang tertanam, dengan batasan 3 N 50
As
= luas selimut tiang
Perhitungan Pijin 1 tiang
36
Np
39 45 50 44,67 3
AP 0,25 D 2 0,25 0,6 2 0,283m 2
K
= 25t/m2, untuk tanah lanau berpasir
QP N p K A p 44 ,67 25 0,283 316 ,02 ton
Ns
2 3 7 11 45 13,6 A H D 2 30 0,6 2 33,93 m 2 S 5
N 13,6 QS S 1 AS 1 33,93 187,75ton 3 3 QL
= QP + QS = 316,02 +187,75 = 503,07 ton
QL 503,07 167,92ton 3 Pijin 1 tiang = SF Perhitungan Pijin 1 group tiang
Np
2 45 80 42,33 3
AP 0,25 D 2 0,25 3,62 10 ,178 m2 K
= 25t/m2, untuk tanah lanau berpasir
QP N p K A p 42 ,23 25 10 ,178 10745 ton
Ns
2 2 3 7 11 45 80 25 A H D 2 30 3,6 2 1221 m 2 S 6
N 25 QS S 1 AS 1 1221 11400 ton 3 3 QL
= QP + QS = 10745+11400 = 22145 ton
QL 22145 7381,67ton 3 Pijin 1 group tiang = SF 4.5.2.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok Pondasi tiang pancang direncanakan Ø60 cm. Jarak dari as ke as antar tiang pancang direncanakan seperti perhitungan di bawah ini: Untuk jarak antar tiang pancang : 2,5 D
≤S≤3D
2,5 60 ≤ S ≤ 3 60
dimana : S = jarak antar tiang pancang
S1= jarak tiang pancang ke tepi 37
150
≤ S ≤ 180
Untuk jarak tepi tiang pancang : 1,5 D ≤ S1 ≤ 2 D 1,5 60 ≤ S1 ≤ 2 60 90
≤ S1 ≤ 120
Dipakai : jarak antar tiang pancang (S) = 150 cm jarak tepi tiang pancang (S1) = 90 cm
150
Y
480
150
90
480
90
X 90
150
150
90
Gambar 4.3 Konfigurasi Rencana Tiang Dengan memperhatikan jumlah tiang dalam satu baris dan kolom: QL (group) = QL (1 tiang) n
arc tan( D / S ) 1 1 2 90 m n … Converse Labarre =1-
Dimana : D = diameter tiang pancang S = jarak antar tiang pancang m = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 3 n = jumlah baris tiang pancang = 3 Efisiensi : (ή)
arctan( 600 / 1500 ) 1 1 2 0 3 3 = 0,677 90 =1-
QL (group)
38
= 167920 0,677 = 113681 kg
Dengan memperhatikan jenis tanahnya bukan jumlah baris dan kolomnya maka dihasilkan efisiensi yang lebih baik . Efisiensi :
Pub
2
2
Pub (nPu1 ) 2
7381,67 2 0,997 7381,67 2 9 167,92 2
maka yang digunakan adalah efisiensi yang lebih besar. QL (group)
= 7381600 0,997 = 7359455 kg
Perhitungan Beban Aksial Maksimum Pada Pondasi Kelompok a. Reaksi kolom
= 656912,83 kg
b. Berat Poer = 4,8 4,8 1,3 2400
=
Berat total
71884,8 kg +
= 728797,63 kg
QL (group) = 7359455 kg > P = 728797,63 kg . . . . . . OK!! 4.5.2.3 Kontrol Beban Maksimum Tiang (Pmax) Beban maksimum yang bekerja pada satu tiang dalam tiang kelompok dihitung berdasarkan gaya aksial dan momen yang bekerja pada tiang. Dalam hal ini nilai tersebut diperoleh dari hasil analisa struktur dengan bantuan program ETABS. Momen pada tiang dapat menyebabkan gaya tekan atau tarik pada tiang,namun yang diperhitungkan hanya gaya tekan karena gaya tarik dianggap lebih kecil dari beban gravitasi struktur, sehingga berlaku persamaan :
Pmax
V My. X max Mx.Ymax n X2 Y 2 =
≤ Pijin 1 tiang
Pmax
656,912 167,92 4,5 1,5 1,6 1,5 2 2 8 6 1 , 5 6 1 , 5 = = 61,80 ton ≤ Pijin 1 tiang = 235,4 ton. . . . . . OK!!
4.5.2.4 Kontrol Kekuatan Tiang terhadap gaya Lateral Dari spesifikasi “Wika Pile Classification” direncanakan tiang pancang beton dengan : Diameter
: 600 mm
Tebal
: 100 mm
Type
: A1
Allowable axial
: 235,4 ton
Bending Momen crack
: 17 tonm
Bending Momen ultimate: 25,5 tonm 39
BAB 5 DETAILING PADA TEKLA STUCTURES 15 5.1 Ruang Lingkup Seperti telah dijelaskan pada Bab III khususnya tentang kemampuan software Tekla Strukctures 15 dalam mendukung proses perancangan, maka pada bab ini akan dibahas salah satu aplikasi software Tekla Structures 15. Ruang lingkup pembahasan pada bab ini meliputi : Pembuatan model gedung Pembuatan gambar kerja (shop drawing) Pembuatan report Aplikasi analisa struktur tidak dibahas dalam Tugas Akhir ini karena pada Tekla Structure 15 (cracked version) yang digunakan tidak mampu mendukung kemampuan tersebut. 5.2 Tahap Modeling 5.2.1 Memilih Environment Untuk menjalankan program Tekla seperti menjalankan program windows lainnya. Pilihlah environment yang tersedia pada metu start - up misalnya Us Metric.
Gambar 5.1 Pilihan environment pada Tekla Structure Tekla menyediakan banyak environment yang bisa dipilih pada saat menginstal. Masing - masing akan menyediakan database profil, baut, tulangan, maupun material sesuai template gambar dan report yang sesuai dengan standar yang dipakai negara tersebut. 40
5.2.2 Tampilan Tekla Structures 15 Setelah memilih environment, selanjutnya kita akan login ke Program Tekla. Terdapat beberapa pilihan konfigurasi sesuai dengan keperluan dari penggunaan program. Karena kita akan membuat detaling lengkap, maka dipilih konfigurasi Full Detailing.
Gambar 5.2 Login program
Gambar 5.3 Pengaturan Grid dan Tampilan Tekla Sebelum memodelkan struktur gedung, terlebih dahulu harus dilakukan pengaturan grid. Ini untuk mempermudah proses pembuatan model. Gambar 8.3 adalah fasilitas pengaturan grid pada Tekla. Setelah diatur gridnya, kemudian akan muncul tampilan Tekla.
41
Gambar 5.4 Tampilan awal Tekla Structures 15 5.2.3 Memodelkan Komponen Struktur Beton Untuk memodelkan komponen struktur beton Tekla sudah menyediakan tool untuk mengisi mendefinisikan properties dari komponen tersebut. Misalnya Concrete Beam Properties untuk mendefinisikan data tentang balok. Selain balok juga tersedia fasilitas pengaturan properties untuk komponen kolom, pelat, pad footing dan wall.
Gambar 8.5 Concrete Beam Properties 5.2.4 Memodelkan Library Component Tekla mempunyai banyak library yang bisa digunakan untuk mempermudah pengguna dalam proses pemodelan. Misalnya database material, jenis dan bentuk profil, komponen – komponen balok pun dapat dimodelkan dengan memasukkan angka pada parameter – parameternya. Gambar akan menunjukkan library untuk memodelkan sebuah tangga beton.
42
Gambar 8.6 Concrete stair library untuk memodelkan tangga 5.2.5 Memodelkan Group Rebar Proses penulangan juga dapat dengan mudah dilakukan berkat fasilitas pembuatan grup tulangan. Properti tulangan yang meliputi diameter, mutu, bentuk hook posisi dan jumlahnya didefinisikan dahulu pada tahap ini kemudian dipasang pada model.
Gambar 8.7 Dialog untuk mengatur properti tulangan 5.3 Drawing Telah dijelaskan pada bab tinjauan pustaka bahwa Tekla Structure menggunakan teknologi Building Information Modelling (BIM) . Semua data tentang bangunan yang 43
diinputkan pada saat membuat model akan tersimpan dalam model. Hal ini memungkinkan kita untuk membuat gambar dan report yang diperlukan secara otomatis, lebih cepat, dan selalu update dengan model yang telah dibuat. 5.3.1 General Arangement Grawing (GA) Gambar ini berisikan informasi seperti denah lokasi pembalokan, kolom, pelat, dan potongan. Pada lampiran akan ditampilkan 2 buah contoh GA yaitu denah balok, potongan melintang dan memanjang. 5.3.2 Cast Unit Drawing (C) Gambar ini juga bisa disebut gambar produksi. Cast unit drawing menampilkan informasi suatu komponen misalnya balok, kolom, pelat, serta penulangannya. Pada gambar ini bisa ditambahkan informasi gambar detail, tampak dan potongan komponen. Juga bisa ditampilkan tabel yang berisikan informasi volume beton dan tulangan, panjang dan bentuk tulangan. Gambar ini akan sangat membantu bagi pekerja dilapangan untuk memproduksi komponen dan tulangan yang digunakan pada struktur gedung. 5.4 Report 5.4.1 Drawing List Report Drawing list report adalah daftar gambar yang dibuat oleh Tekla Structures. Report ini menampilkan informasi tipe/jenis, judul, ukuran, tanggal dibuat, tangal dicetak, dan nomor file cetak. Ini akan berguna untuk proses pengarsipan gambar yang rapi dan terkendali. 5.4.2 Material List Report Ini merupakan report yang berisi volume material yang digunakan dalam model gedung. Dalam Tugas akhir ini diambil contoh pembuatan material list untuk komponen beton. Dari report ini akan ditampilkan informasi tentang ukuran penampang, mutu, jumlah, panjang, luas permukaan, dan volume komponen beton, yang digunakan pada struktur. Report ini akan sangat membantu para estimator pada proses tender dan bagian procurement di kontraktor untuk menghitung volume dan merencanakan pembelian material tersebut dengan lebih teliti dan lebih cepat. 5.4.3 Rebar Schedule Report Sama dengan Material List Report, fungsi report ini juga untuk menampilkan data volume material, hanya saja ini dikhususkan pada tulangan. IInformasi yang ditampilkan antara lain, jumlah, mutu baja tulangan, ukuran, panjang, lokasi tulangan, serta berat tulangan. Report ini juga akan sangat membantu bagian procurement di proyek untuk memperkirakan volume dan harga besi tulangan dengan lebih teliti dan cepat. Ini penting, karena besi tulangan merupakan komponen yang harganya cukup fluktuatif dan mahal, sehingga ketepatan dalam perhitungan volume besi yang harus dibeli akan dapat meningkatkan laba yang didapat oleh tim proyek.
BAB 6 KESIMPULAN 44
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil dari perancangan pada Tugas akhir ini adalah: 1. Sistem pracetak adalah sistem pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). 2. Keunggulan sistem ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan massal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik. Sedangkan kelemahannya adalah sistem ini kurang sesuai bila digunakan untuk bangunan tinggi zona gempa 5 dan 6 terkait dengan sistem sambungannya. 3. Komponen struktur yang bisa menggunakan sistem pracetak adalah balok, pelat, kolom, tangga, dinding pracetak. Namun dalam tugas akhir ini sistem pracetak hanya digunakan untuk balok dan pelat. 4. Cara merencanakan perhitungan struktur (kolom, balok, pelat, dinding,sambungan, hubungan balok kolom) pada sebuah bangunan bertingkat dengan sistem pracetak dijelaskan dalam bab 4 sampai bab 8. 5. Gambaran umum tentang Tekla Structures 15 adalah program ini bisa membantu dalam pengambaran dan pendetailan struktur dengan lebih cepat ,efektif, dan efisien. 6. Kelebihan Tekla Structures 15adalah program ini sangat canggih dan mampu mempersingkat proses delivery desain, pendetailan, proses manufaktur atau fabrikasi, dan manajemen konstruksi. Sedangkan kekurangan Tekla Structures 15 adalah program ini masih belum menggunakan standar negara kita yaitu SNI 032847-2002 khusunya untuk beton. 7. Cara memodelkan struktur menggunakan sistem pracetak dengan menggunakan Tekla Structures 15 adalah tidak jauh beda seperti dalam memodelkan struktur bangunan gedung menggunakan program bantu ETAB 9.6 dan SAP 2000. Namun untuk runningnya belum bisa berjalan karena terhambat oleh asli tidaknya license dari perusahaan tekla dan sisem linker yang ada. 8. Verifikasi hasil analisa struktur dengan ETAB 9.6 digunakan untuk perancangan secara manual. 9. Hasil permodelan struktur dengan Tekla Structures 15 dan ETAB 9.6 belum bisa dibandingkan karena pada dasarnya Tekla menggunakan engine ETAB. SAP 2000 v.11, STAAD pro untuk analisinya. Namun damikian karena ada permasalahan dalam pengintegrasiannya maka Tekla ini belum bisa menampilkan hasil analisa struktur seperti bidang momen, lintang, dan normal. 10. Untuk desain dan pendetailan struktur dengan Tekla Structures 15 sudah tersedia dalam catalog produknya, namun untuk masih mengalami kesulitan terkait dengan analisis manual berdasarkan SNI 03-2847-2002. Peraturan yang ada belum menganut SNI 03-2847-2002. 45
11. Verifikasi hasil analisa struktur sudah ssesuai dengan perhitungan manual sesuai SNI 03-2847-2002 12. Dalam perencanaan ini hasil analisa struktur dengan perhitungan manual sudah sesuai ETAB 9.6 13. Hasil {enggambaran detail perencanaan gedung Graha Nusantara dengan Tekla Strukture 15 ada pada lampiran gambar.
6.2 Saran Dari pengalaman yangh didapatkan selama proses perancangan, penulis menyarankan :
Perlu dicoba untuk melakukan analisa struktur dan desain menggunakan Tekla Structures yang mau terintregrasi dengan ETAB, SAP, mauoun STAAD pro. Tujuannya adalah supaya dari tekla itu sendiri bisa diketahui hasil analisa struktur bukan hanya penggambaran salja. Dengan berbagai fasilitas unggul yang ditawarkan Tekla Structures, program ini layak untuk dijadikan program bantu wajib yang harus dikuasai oleh mahasiswa S1 Teknik Sipil untuk meningkatkan daya saing dan kompetensi dalam mengantisipasi tren permintaan pasar yang akan mengarah pada penggunaan program bantu berbasis Building Information Modelling (BIM)
Kedepan Jurusan Teknik Sipil ITS perlu membuat standar drawing dan report agar kualitas gambar desain yang dihasilkan mutunya menjadi lebih baik dan mudah dimengerti.
46
47
48
DAFTAR ACUAN Badan Standardisasi Nasional .2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung, SNI 03-1726-2002. Badan Standardisasi Nasional .2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002. Badan Standardisasi Nasional .2002. Tata Cara Perhitungan Pembebanan UntukBangunan Rumah dan Gedung, RSNI – 3 Revisi SNI 1727 1989. Blume, J.A., Newmark, N.M., and Corning, L.H. 1961. Design of Multistory Reinforced Concrete Buildings for Earthquake Motions, Chicago, IL : Portland Cement Association. ICBO .1973. Uniform building code, International Conference of Building Officials, Whittier, CA. Khemlani, L. 2004. "Autodesk Revit: Implementation in Practice." Arcwiz, Fremont CA. Moehle, Jack P., Hooper, John D., and Lubke, Chris D. 2008. "Seismic design of reinforced concrete special moment frames: a guide for practicing engineers," NEHRP Seismic Design Technical Brief No. 1, produced by the NEHRP Consultants Joint Venture, a partnership of the Applied Technology Council and the Consortium of Universities for Research in Earthquake Engineering, for the National Institute of Standards and Technology, Gaithersburg, MD., NIST GCR 8-917-1 Purwono, R. 2005.Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Sesuai SNI-1726 dan SNI-2847 Terbaru. Surabaya : ITS Press. Sacks, R., Barak, R.2005. A Qualitative and Quantitative Assessment of the Impact of 3D Modelling of Building Structures on Engineering Productivity. Reseach Report #1005156 – 3D Engineering Productivity, Technion and Development Foundation Sturts, C. S., and Griffis, F. H. B. 2005. "Pricing Engineering Services." Journal of Management in Engineering, 21(2), 56-62. Subakti, Aman. 1995 .Teknologi Beton Dalam Praktek. Jurusan Teknik Sipil ITS , Surabaya Sidney Freedman . 1999. “Loadbearing Architectural Precast Concrete Wall Panels”, PCI JOURNAL September-October 1999
49
“BIM solution for building and construction” http://www.tekla.com/international/ solutions/building-construction/Pages/Default.aspx > (26/05/2009) “Building Information Modeling”, the free encyclopedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Building_Information_Modeling > (26/05/2009)
<
“Powerful tool for concrete design”, ttp://www.tekla.com/international/solutions/ building-construction/reinforced-concrete-designers/pages/default.aspx > (06/1/2010) “Tekla references”,
(27/05/2009) Khemlani Lachmi, “Tekla Structures 15”, AECbytes Product Review, 19 Desember 2008 < http://www.aecbytes.com/review/2008/TeklaStructures15.html > (26/05/2009)
50