1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Semakin meningkatnya pembangunan industri tentunya akan semakin meningkat pula risiko yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja. Bahaya di tempat kerja merupakan penyebab bagi kematian dini dan penyakit serta kecacatan bagi lebih dari ratusan pekerja tiap tahunnya. Menurut data International Labour Organitation (ILO) dalam Sylvia Anjani dkk. (2013) yang diterbitkan dalam peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sedunia pada 28 April 2010, tercatat setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja dan terjadi sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja pertahun di seluruh dunia.
Dari 27 negara yang dipantau oleh International Labour Organization (ILO) 2001,data kematian,kesakitan, dan kecelakaan kerja di Indonesia berada pada urutan ke-26 (Depkes). Data tersebut membuktikan bahwa semakin meningkatnya pembangunan industri menyebabkan pula meningkatnya kematian, kesakitan dan kecelakaan kerja. Faktor-faktor fisik yang mempunyai pengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja antara lain kebisingan, suhu (iklim kerja), getaran, pencahayaan (penerangan), dan kelembaban. Salah satu dari beberapa faktor tersebut ada suhu (cuaca/iklim kerja) yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.
Iklim kerja dapat menimbulkan
terjadinya tekanan panas bersamaan dengan panas metabolisme dan pakaian kerja.
Iklim kerja adalah perpaduan antara suhu, kelembapan, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja
2
sebagai akibat pekerjaannya (Permenakertrans,2011). Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. (Suma’mur, 1996)
Tekanan panas adalah beban panas secara keseluruhan pada tubuh yang dihasilkan dari kombinasi antara panas tubuh ketika bekerja, sumber lingkungan (suhu udara, kelembaban, kecepatan udara, dan radiasi dari matahari atau dari sumber panas) dan pakaian kerja (2008 TLVs and BEIs:,Ohio: American Conference of Governmental Industrial Hygienists, 2008. p. 217. Tekanan panas merupakan kombinasi dari beberapa komponen lingkungan yang meliputi suhu udara, panas radiasi, kelembaban, dan pergerakan udara (Menkes 2010;191). Sedangkan tekanan panas (heat stress) menurut NIOSH 1986 diartikan sebagai total jumlah panas yang dihasilkan oleh tubuh dan panas yang didapat dari lingkungan, dikurangi dengan jumlah panas yang hilang dari tubuh ke lingkungan.
Nilai Ambang Batas (NAB) yang dimuat di Permenaker Nomor. 13 Tahun 2011 tentang NAB faktor fisik dan kimia. Pekerja yang terpapar atau yang bekerja di lingkungan panas rentan terhadap bahaya tekanan panas yang dapat mengakibatkan resiko penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Iklim kerja yang panas dapat menimbulkan tekanan panas lalu menyebabkan salah satunya adalah ketidaknyamanan saat bekerja dan mengakibatkan kelelahan.
Syukri (1996) dalam Iwan M. Ramdan, menyatakan bahwa lingkungan fisik kerja yang terlalu panas mengakibatkan tenaga kerja cepat lelah karena kehilangan cairan dan garam. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda pada setiap individu tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan
3
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2010). Kelelahan dapat meningkatkan error operator atau pelanggaran saat kerja.
Penelitian di Amerika mengungkapkan bahwa terjadi 400 kasus kematian per tahun karena tekanan panas (Tom.P.Morreau & Michael Daater, 2005). Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS, pada tahun 2003- 2008, ada 177 kematian dan 13.580 pekerja yang tidak masuk kerja karena paparan panas lingkungan pada angkatan kerja sektor swasta. Selain itu, di Jepang sejak tahun 2001-2003 dilaporkan 483 pekerja tidak masuk kerja lebih dari 4 hari, dan sebanyak 63 dari 483 pekerja tersebut meninggal dunia karena heat illness (Yoshiichiro KAMIJO and Hiroshi NOSE, 2006). Dalam Environmental of Care Journal 2011 juga disebutkan bahwa Occupational Safety and Health Administration melaporkan pada tahun 2010 terjadi lebih dari 738 heat-related disorder, dalam jurnal ini juga disebutkan bahwa selama tahun 2002-2006, sebanyak 178 pekerja meninggal akibat heat stroke di Amerika Serikat (OSHA & Worker Safety, 2011).
Penelitian (Iqbal dkk, 2014) tentang hubungan tekanan panas dengan kelelahan kerja kaeyawan bagian laundry rumah sakit di kota Makassar tahun 2014. Hasil analisis statistik diperoleh nilai nilai p=0,026<0,05, hal ini berarti ada hubungan antara tekanan panas dengan keluhan kelelahan kerja pada karyawan laundri rumah sakit. Hasil analisis statistik diperoleh nilai p=0,057<0,05, hal ini berarti tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan kelelahan kerja pada karyawan laundri rumah sakit. Hasil analisis statistik diperoleh nilai p=0,161<0,05, hal ini berarti tidak ada hubungan antara shift kerja dengan keluhan kelelahan kerja pada karyawan laundri rumah sakit.
Penelitian (Anjani dkk, 2013) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. Hasil penelitiannya Tidak ada hubungan antara tekanan panas dengan keluhan
4
subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (Heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. (P-value = 0.111/Pearson Corelation). Tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (Heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan (P-value = 0.549/Pearson Corelation). Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (Heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. (P-value = 0.559/Pearson Corelation).
Penelitian (Trisnawati, 2012) tentang kualitas tidur, status gizi dan kelelahan kerja pada pekerja wanita dengan peran ganda. Hasil menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja antar shift kerja (p value = 0,000), dimana tingkat kelelahan kerja pada shift siang lebih rendah daripada shift pagi. Tingkat kelelahan kerja shift siang lebih rendah daripada shift malam. Dan tingkat kelelahan kerja shift pagi lebih rendah daripada shift malam.
Hasil penelitian Silaban (1997) yang menyimpulkan bahwa shift kerja malam lebih mudah mengalami kelelahan kerja dibandingkan shift kerja pagi atau shift kerja siang. Selain itu hasil penelitian Zunidra (2004) juga menyatakan bahwa kecepatan timbulnya kelelahan kerja giliran kerja malam lebih tinggi daripada kecepatan timbulnya kelelahan kerja giliran kerja siang. Demikian juga dengan hasil penelitian Wijaya (2005) yang menyimpulkan bahwa rerata kelelahan kerja shift malam lebih tinggi dibandingkan rerata shift kerja pagi dan siang.
Penelitian (Rampenga dkk, 2014) tentang hubungan antara beban kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada mahasiswa pendidikan dokter spesialis bedah di BLU RSUP Prof. Rr. R. D. Kandou Manado. Hasil uji Spearman Rank diperoleh nilai p value 0,001 artinya ada hubungan antara beban kerja internal dengan perasaan kelelahan kerja kerja. Nilai korelasi sebesar 0,360 yang menunjukkan bahwa arah korelasi adalah positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Positif artinya terdapat hubungan yang berbanding lurus/searah antara
5
beban kerja internal dengan perasaan kelelahan kerja, yakni semakin tinggi/berat beban kerja yang dialami oleh responden maka semakin tinggi/berat perasaan kelelahan kerja yang dirasakan. Hasil uji Spearman Rank diperoleh nilai p value 0,002 artinya ada hubungan
antara beban kerja eksternal dengan perasaan
kelelahan kerja kerja. Nilai korelasi sebesar 0,351 yang menunjukkan bahwa arah korelasi adalah positif dengan kekuatan korelasi yang lemah.Positif artinya terdapat hubungan yang berbanding lurus/searah antara beban kerja eksternal dengan perasaan kelelahan kerja.Semakin tinggi/berat beban kerja yang dialami oleh responden maka semakin tinggi/berat perasaan kelelahan kerja yang dirasakan.
PT. NGK BUSI INDONESIA adalah industri yang bergerak di bidang manufacturing. Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan pada saat melakukan magang, menunjukkan hasil bahwa di bagian bagian metal shell 1 yakni Cold Forming, Chucking Machine, dan Welding menghasilkan tekanan panas (ISBB) rata-rata di atas NAB 28 0C dengan waktu kerja 75-100% dan beban kerja sedang, yaitu kisaran ISBB 27-30 0C dibandingkan dengan bagian lainnya seperti bagian lainnya seperti Plug Charp, Assembling, dll. yang hasilnya masih dibawah NAB yakni < 28 0C. Kemudian dari hasil observasi pihak perusahaan tidak pernah melakukan pengukuran kelelahan sebagai bahan evaluasi akibat dari faktor-faktor bahaya yang ada di tempat kerja salah satunya tekanan panas, serta hasil wawancara dengan beberapa pekerja menunjukan beberapa gejala kelelahan subjektif yang di alami pekerja seperti letih, cepet capek, dan pegal-pegal.
Gambaran di atas memperlihatkan bahwa ISBB yang melebihi nilai ambang batas (NAB) yang diperbolehkan dapat menimbulkan resiko bagi pekerja yaitu salah satunya adalah kelelahan . Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tekanan panas dengan kelelahan pada pekerja di bagian produksi yaitu bagian bagian metal shell 1 PT. NGK BUSI INDONESIA, Jakarta Timur, Tahun 2014.
6
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti dapatkan mengenai masalah-
masalah yang ada di bagian produksi metal shell 1 PT. NGK Busi Indonesia terkait bahwa masalah yang ada ,yakni mengenai tekanan panas yang melebihi NAB serta belum pernah dilakukannya pengukuran kelelahan pada pekerja tersebut dan setelah dilakukan wawancara kepada pekerja di eroleh informasi bahwa pekerja mengalami beberapa gejala keluhan subjektif seperti letih, cepet capek, dan pegalpegal. Maka peneliti ingin membahasa permasalahan ini dengan analisis apakah ada hubungan antara tekanan panas dengan kelelaha kerja.
Dalam buku Fatigue Prevention dari Worksafe Australia (2008), disebutkan bahwa faktor-faktor penyebab kelelahan yang berkaitan dengan lingkungan kerja adalah sebagai berikut : 1. Panjangnya waktu shift 2. Penjadwalan kerja yang buruk 3. Panjangnya waktu kerja 4. Waktu shift (malam atau pagi) 5. Ketidakcukupan waktu pemulihan diantara shift 6. Lamanya waktu terjaga 7. Kondisi lingkungan yang ekstrim 8. Jenis pekerjaan yang dilakukan 9. Beban fisik dan mental kerja 10. Kurangnya waktu istirahat (WorkSafe, 2008:3)
Selain itu, beberapa faktor yang mempengaruhi kelelahan menurut ILO (1983) dan Grandjean (1985), antara lain : Intensitas kerja fisik dan mental, monotoni pekerjaan, iklim kerja, penerangan, dan kebisingan, tanggung jawab, kecemasan, dan konflik-konflik, serta keluhan sakit dan nutrisi. Adapula
7
karakteristik pekerja yang dapat mempengaruhi kelelahan yaitu umur, masa kerja, dan beban kerja.
1.3
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas dan adanya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan peralatan, kemudian juga berdasarkan data sekunder hasil pengukuran tekanan panas di bagian bagian metal shell 1 PT. NGK Busi Indonesia didapatkan nilai ISBB rata-rata di atas NAB dan dibawah NAB namun mendekati yaitu kisaran ISBB 27-30 0C. Serta adanya beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan pada pekerja yang dapat diketahui dari karakteristik pekerja,
maka
dengan hasil tersebut peneliti membatasi penelitian ini dengan memilih faktor yang memungkinkan berpengaruh besar terhadap kelelahan kerja, yaitu adalah tekanan panas di bagian bagian metal shell 1 saja.
1.4
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah penelitian adalah ” Apakah ada hubungan tekanan panas dengan kelelahan pada pekerja di bagian metal shell 1 PT. NGK BUSI INDONESIA ?”
1.5
Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan pada pekerja di bagian metal shell 1 PT. NGK BUSI INDONESIA.
8
1.5.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Mengukur nilai tekanan panas (ISBB) di bagian metal shell 1 PT. NGK BUSI INDONESIA.
b.
Mengukur kelelahan pada pekerja di bagian metal shell 1 PT. NGK BUSI INDONESIA.
c.
Menganalisis hubungan antara umur dengan kelelahan pada pekerja di bagian metal shell 1 PT. NGK BUSI INDONESIA.
d.
Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan kelelahan pada pekerja di bagian metal shell 1 PT. NGK BUSI INDONESIA.
e.
Menganalisis hubungan antara shift kerja dengan kelelahan pada pekerja di bagian metal shell 1 PT. NGK BUSI INDONESIA.
f.
Menganalisis hubungan antara beban kerja dengan kelelahan pada pekerja di bagian metal shell 1 PT. NGK BUSI INDONESIA.
g.
Menganalisis hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan pada pekerja di bagian metal shell 1 PT. NGK BUSI INDONESIA.
1.6
Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi PT. NGK BUSI Indonesia
a.
Memberikan informasi mengenai tekanan panas (ISBB) di industrinya serta hubungannya dengan kejadian kelelahan pada pekerja.
b.
Memberikan informasi kepada perusahaan mengenai umur pekerja, masa kerja, beban kerja, dan shift kerja yang dapat memepengaruhi atau berhubungan dengan kejadian kelelahan pada pekerja.
c.
Memberikan saran pengendalian yang baik terkait dengan masalah tekanan panas dan faktor-faktor pengaruh seperti umur, masa kerja,
9
beban kerja, dan shift kerja
yang baik untuk dapat diterapkan di
perusahaan agar tidak mengakibatkan kelelahan bagi pekerja.
1.6.2 Bagi Peneliti
a.
Dapat memperdalam pengetahuan tentang tekanan panas di lingkungan kerja dan faktor-faktor seperti umur, masa kerja, beban kera, dan shift kerja yang sesuai (baik) di lingkungan kerja, dan tentang kelelahan kerja.
b.
Dapat menambah ilmu dan mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.
1.6.3 Bagi Akademik
Dapat menambah dan melengkapi kepustakaan khususnya mengenai hubungan antara tekanan panas di lingkungan kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja.