BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tata ekonomi Indonesia yang ada sampai akhir tahun 1970-an dapat dikatakan tata ekonomi peninggalan dari negara yang menjajah Indonesia, kehidupan ekonomi di dominasi oleh sektor pertanian, perkebunan dan sektor perikanan, sehingga Indonesia dapat disebut sebagai negara agraris karena mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam, selain itu Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan sehingga banyak penduduk yang berprofesi sebagai nelayan. Oleh sebab itu selain disebut negara agraris, Indonesia juga dapat disebut sebagai negara maritim. Namun dewasa ini, Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang dan banyak melakukan pembangunan di segala bidang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal tersebut di sebabkan karena perekonomian yang awalnya di dominasi oleh sektor pertanian kini berganti arah menjadi sektor industri. Karena melihat begitu banyak negara tetangga yang telah sangat di untungkan melalui industrialisasi, kita pun menuju kearah yang sama. Dorongan kebutuhan yang semakin meningkat di Indonesia membuat perubahan ini di lakukan agar kita tidak terlalu bergantung atas barang-barang yang di hasilkan oleh negara lain. Salah satu sumber pendanaan penting yang digunakan Indonesia untuk membiayai seluruh pembangunan nasional adalah devisa. Dengan di mulainya industrialisasi maka dengan sendirinya dibutuhkan devisa. Sumber pembiayaan perdagangan luar negeri tersebut disimpan dalam cadangan devisa, yang di pertanggung-jawabkan oleh Bank Indonesia dan dicatat dalam neraca pembayaran Bank Indonesia. Semakin giat kita melakukan industrialisasi semakin banyak devisa yang dibutuhkan. Devisa selain digunakan untuk pembangunan proyek-proyek industri, devisa pun digunakan untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan, dermaga, landasan udara, terminal. Devisa yang digunakan untuk pembangunan ini berasal dari devisa hasil ekspor kita baik migas dan non-migas dan hasil jasa pariwisata. Bahkan devisa kita juga diperoleh dari pinjaman luar negeri agar mampu menjalankan pembangunan
1
2 tersebut. Ringkasnya adalah devisa mutlak perlu untuk negara yang giat membangun (Amir.M.S, 2004). Cadangan devisa merupakan bagian dari tabungan nasional sehingga pertumbuhan besar kecilnya cadangan devisa merupakan sinyal bagi global financial markets mengenai kredibilitas kebijakan moneter dan creditworthieness suatu negara (Agustina, 2014). Devisa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu devisa umum dan devisa kredit. Devisa umum adalah devisa yang diperoleh dari kegiatan ekspor barang, penyelenggaraan jasa atau ekspor jasa dan bunga modal. Sedangkan devisa kredit adalah devisa yang diperoleh dari pinjaman atau kredit luar negeri. Devisa kredit ini harus dilunasi atau dikembalikan oleh negara. Wujud dari devisa antara lain berupa mata uang asing, tagihan atau piutang luar negeri, wesel asing dan emas.
Gambar 1.1 : Cadangan devisa Indonesia Sumber : http://pusatdata.kontan.co.id/makroekonomi,/2015
Pada gambar 1.1 dapat di lihat bahwa pertumbuhan cadangan devisa (Foreign Exchange Reserve) di Indonesia mengalami kenaikan dan juga penurunan yang berfluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Terutama penurunan paling drastis terjadi pada bulan juli tahun 2013 di angka 92.671 dan kembali menguat tajam di febuari 2014 pada angka 115.527 dalam juta USD. Selama periode pembangunan industrialisasi tentunya yang menjadi pertanyaan adalah sumber cadangan devisa negara kita. Cadangan devisa tentunya dapat menjadi suatu indikator yang penting untuk melihat sejauh mana negara dapat melakukan perdagangan internasional dan sebagai pengukur kuat lemahnya
3 perekonomian suatu negara. Yang menjadi sumber devisa awalnya adalah sumber daya alam yang sangat melimpah dan dapat untuk di perdagangkan ke luar negeri dan selebihnya pendanaan di dapat dari bantuan luar negeri melalui hibah atau hutang luar negeri. Sebagai alat transaksi, cadangan devisa yang dimiliki oleh suatu negara digunakan untuk membayar utang luar negeri pemerintah dan membiayai kebutuhan impor. Cadangan devisa juga dimanfaatkan untuk menjaga stabilitas moneter, khususnya dalam pengelolaan nilai tukar rupiah. Melihat fungsinya sebagai tabungan, jumlah cadangan devisa dapat bertambah ataupun berkurang, berfluktuasi sepanjang waktu sesuai dengan kebutuhan. Cadangan devisa akan naik bila sumbersumber pendapatan devisa terus mengalirkan dana segar. Sebaliknya, cadangan akan menyusut bila kebutuhan pembayaran utang dan biaya operasi moneter untuk menstabilkan nilai tukar rupiah melonjak. Di Indonesia, sumber pendapatan untuk menambah pundi pundi cadangan devisa antara lain berasal dari ekspor minyak dan gas, jasa kas negara, serta utang luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah. Dana milik pemerintah dalam bentuk valuta asing (valas) itu dikelola oleh BI sebagai cadangan devisa.
Gambar 1.2 : Grafik inflasi Indonesia Sumber : www.bi.go.id/2016
Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada
3
4 pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Seperti dapat di lihat pada gambar 1.2 tingkat inflasi Indonesia sangat berfluktuasi. •
Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
•
Inflasi
yang
tidak
stabil
akan
menciptakan
ketidakpastian
(uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. •
Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah. (www.bi.go.id),2015
Gambar 1.3 : Grafik kurs rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Sumber : www.bi.go.id, 2015
Perekonomian Indonesia pun turut di pengaruhi oleh perdagangan valuta asing. Seperti dapat di lihat pada gambar 1.3 nilai kurs mengalami kenaikan dan
5 penurunan. Hal ini akan sangat berpengaruh pada ekspor impor negara dan secara bersamaan berpengaruh pada cadangan devisa negara. Besarnya cadangan devisa suatu negara adalah salah satu indikator utama untuk menilai tingkat kekuatan negara dalam menghadapi krisis.Semakin tinggi kecukupan cadangan devisa, maka dapat diartikan negara tersebut semakin tahan menghadapi krisis. Namun demikian, ketika jumlah cadangan devisa di suatu negara menurun, tidak serta merta menunjukkan negara tersebut sedang menghadapi krisis. Sebagaimana disebutkan di awal tadi, cadangan devisa berfungsi sebagai tabungan yang sewaktu waktu dapat ditarik untuk memenuhi kebutuhan. (www.bi.go.id) Ekspor adalah pengiriman barang keluar Indonesia dari peredaran. Keluar Indonesia dalam berarti keluar dari daerah pabean Indonesia atau keluar dari yuridiksi Indonesia (Safitri dan Disty, 2014). Dari hal tersebut di atas dapat di ambil beberapa faktor yang mempengaruhi cadangan devisa yaitu ekspor, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dan tingkat inflasi. Hubungan ekspor terhadap cadangan devisa adalah dalam melakukan kegiatan ekspor maka suatu negara akan memperoleh berupa nilai sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan istilah devisa, yang juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara. Sehingga apabila tingkat ekspor mengalami penurunan, maka akan diikuti dengan ikut menurunnya cadangan devisa yang dimiliki. Hubungan nilai tukar terhadap cadangan devisa adalah semakin banyak valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin besar kemampuan negara tersebut melakukan transaksi ekonomi internasional dan makin kuat pula nilai mata uangnya. Di samping itu, dengan semakin tinggi nilai tukar mata uang negara sendiri, menunjukkan bahwa semakin kuatnya perekonomian negara tersebut, sehingga dapat memperoleh lebih banyak devisa. Selain nilai tukar dapat mempengaruhi cadangan devisa, nilai tukar yang menguat juga dapat menekan tingkat inflasi. Apabila harga-harga barang dan sektor jasa cenderung mengalami kenaikan atau inflasi, maka akan menyebabkan tersendatnya kegiatan perekonomian negara tersebut. Oleh sebab itu untuk mencegah semakin meningkatnya inflasi maka jumlah mata uang yang beredar harus sesuai dengan kebutuhan, sehingga kestabilan nilai tukar dapat terjaga. Menurut penulis penelitian ini di perlukan agar dapat di ketahui apa saja faktor-faktor yang sangat mempengaruhi naik turun nya cadangan devisa di Indonesia agar cadangan devisa dapat di jaga stabilitasnya yang bertujuan agar 5
6 Indonesia dapat lebih giat membangun dan perekonomian negara pun menjadi lebih terjaga stabilitasnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Ekspor, Kurs dan Inflasi terhadap Cadangan Devisa Indonesia periode tahun 2010-2014” 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah variabel ekspor secara parsial mempengaruhi cadangan devisa
Indonesia ? 2. Apakah nilai tukar/kurs secara parsial mempengaruhi cadangan devisa Indonesia ? 3. Apakah tingkat inflasi secara parsial mempengaruhi cadangan devisa Indonesia ? 4. Apakah ekspor, nilai kurs dan tingkat inflasi secara simultan memiliki pengaruh terhadap cadangan devisa Indonesia ? 5. Apakah Ekspor, Kurs dan Inflasi memiliki hubungan jangka panjang terhadap Cadangan Devisa Indonesia? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Terdapat banyak faktor yang di anggap penting dalam mempengaruhi Cadangan Devisa Indonesia. (Levi 1997:121) menyatakan bahwa “Tinggi rendahnya cadangan devisa dapat diprediksikan oleh tingkat inflasi, tingkat suku bunga domestik dan nilai ekspor”. Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah menjadi 3 faktor yang dianggap penulis penting dan signifikan dalam mempengaruhi cadangan devisa Indonesia. Faktor-faktor tersebut mencakup nilai Ekspor, Nilai Tukar Mata Uang (Exchange Rate), Tingkat Inflasi (Inflation Rate) dalam periode tahun 2010-2014. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh parsial Ekspor terhadap Cadangan Devisa Indonesia 2. Menganalisis pengaruh parsial Kurs terhadap Cadangan Devisa Indonesia 3. Menganalisis pengaruh parsial Inflasi terhadap Cadangan Devisa Indonesia 4. Menganalisis pengaruh Ekspor, Kurs, dan Inflasi secara simultan terhadap Cadangan Devisa Indonesia
7 5. Menganalisis ada tidak nya hubungan jangka panjang antara Ekspor, Kurs dan Inflasi terhadap Cadangan Devisa 1.5 Manfaat Penelitian Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi penulis dan berbagai kalangan. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini antara lain : • Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang cadangan devisa serta dapat mengaplikasikan teori yang sudah dipelajari selama kuliah terhadap industri • Memberikan gambaran mengenai pengaruh cadangan devisa dengan ekspor, kurs dan tingkat inflasi • Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan topik cadangan devisa di Indonesia 1.6 State of The Art Tabel 1.1 No 1.
2.
3.
Jurnal Metode Impact of Export Imports on Kuantitatif GDP Growth Rate, in Pakistan Time Series Data from 20002010
Hasil Export dan Import berpengaruh secara signifikan terhadap GDP di Pakistan
Penulis : Rummana Zaheer, Sanam Wagma Khattak, Huma Ashar & Khanzaib 2014 Accumulation of External Kuantitatif Inflasi memiliki hubungan Reserves and Effects on signifikan terhadap Exchange Rates and Inflation Cadangan Devisa di in Negeria Nigeria Penulis : Umeora Chinweobo Emmanuel 2013 Analisis Neraca Perdagangan Kuantitatif Kurs berpengaruh Migas dan Nonmigas Indonesia signifikan pada cadangan terhadap Volatilitas Cadangan devisa Deivsa 2003-2013 Penulis : Haniyah Safitri, dkk 2014
7
8
Lanjutan No Jurnal Metode 4. Pengaruh Ekspor, Impor, Nilai Kuantitatif tukar dan tingkat Inflasi terhadap Cadangan Devisa Indonesia
5
Hasil Ekspor berpengaruh positif signifikan, kurs berpengaruh negatif signifikan, impor dan kurs tidak berpengaruh pada cadangan devisa
Penulis : Agustina Reny 2014 Foreign Exchange Reserves Kuantitatif Cadangan Devisa and Inflation: An Empirical bertambah, Inflasi naik Study of Five East Asian saat kurs menguat Economies
Penulis : Mei-Yin Lin & JueShyan Wang 2005 Sumber : Data
di
olah
BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Makroekonomi Ilmu Ekonomi Makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mengkhususkan diri dalam mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan. Tujuan dari ilmu ekonomi makro itu sendiri adalah untuk memahami peristiwa atau pun fenomena ekonomi serta untuk memperbaiki kebijakan ekonomi. Disini dapat diperoleh gambaran bahwa ilmu ekonomi makro bukanlah merupakan alat atau doktrin perekonomian, melainkan metode yang berguna untuk membantu mengembangkan pemikiran mengenai bagaimana cara bekerja dan memperbaiki kondisi perekonomian. Hubungan yang dipelajari dalam ilmu ekonomi makro adalah hubungan kausal antara variabel-variabel agregatif (keseluruhan). Diantara variabelvariabel yang dimaksud antara lain adalah tingkat pendapatan nasional, konsumsi rumah tangga, investasi nasional (pemerintah maupun swasta), tingkat tabungan, belanja pemerintah, tingkat harga-harga umum, neraca pembayaran (ekspor dan impor) dan lainnya. (Putong, 2013:8).
2.1.1 Masalah dalam Kebijakan Ekonomi Makro Menurut Putong (2015:275-276), secara umum, permasalahan yang muncul dalam ekonomi makro dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Masalah jangka pendek atau kadang disebut juga sebagai masalah stabilisasi. Masalah ini berhubungan dengan bagaimana men”drive” perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya dalam jangka pendek (bulan, tahun) agar dapat terhindar dari “penyakit” ekonomi makro yang utama yaitu: a. Inflasi yang besar dan berkepanjangan b. Tingkat pengangguran terbuka yang besar c. Ketimpangan dalam neraca pembayaran 2. Masalah jangka panjang atau kadang disebut juga sebagai masalah pertumbuhan. Masalah ini berhubungan dengan bagaimana men”drive” perekonomian agar tetap berada dalam kondisi keserasian antara pertumbuhan jumlah penduduk, penambahan kapasitas produksi dan tersedianya dana untuk investasi (dengan progam
penggalangan
tabungan 9
masyarakat.
10 2.1.2 Tujuan Pembangunan Ekonomi Makro Kebjiakan ekonomi Makro yang dilakukan oleh setiap negara secara bersama-sama dilakukan oleh pemerintah dan swasta bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dan mungkin akan timbul dalam suatu perekonomian, dimana pemerintah sebagai pihak yang membuat regulasi (regulator) dan swasta sebagai pelaksananya. Menurut Putong (2013:278-283), adapun harapan dari perpaduan pemerintah dan swasta tersebut dapat mencapai keadaan perekonomian yang diidam-idamkan seperti: 1. Tingkat Kesempatan Kerja yang Tinggi Pada dasarnya negara manapun di dunia ini tidak menginginkan adanya pengangguran dalam perekonomian, karena selain dampak buruknya terhadap sendi kehidupan sosial masyarakat juga merupakan beban ekonomi negara yang harus ditanggung baik dari segi ekonomi maupun politik. Dalam kondisi ideal tidak adanya pengangguran memang sangat diharapkan akan tetapi pada kenyataannya tingkat pengangguran dari tahun ke tahun selalu ada dan meningkat, dan pada dasarnya terdapat situasi yang memang tidak dapat dihilangkan. Apa yang dapat dilakukan oleh negara adalah mengurangi tingkat pengangguran sa,pai pada tingkat yang moderat (full employment) yaitu suatu kondisi dimana semua lapangan pekerjaan yang disediakan oleh negara (baik pemerintah maupun swasta) terisi penuh oleh para pencari kerja (angkatan kerja) 2. Kapasitas Produksi Nasional yang Tinggi Untuk negara-negara yang tergolong masih berkembang dan terbelakang perekonomiannya, usaha peningkatan kapasitas produksi memanglah merupakan suatu keharusan, yaitu dengan cara melakukan investasi di segala bidang yang sesuai dengan peruntukkan dan kebutuhan yang tepat. Tinggi rendahnya kapasitas produksi tergantung dari tinggi rendahnya investasi, sedangkan investasi (dalam negeri) tergantung dari tingkat tabungan dalam negeri (dan suku bunga), tingkat tabungan (dalam negeri) tergantung dari tingkat bunga dan pendapatan masyarakat. Dengan demikian untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri maka peningkatan
pendapatan
masyarakat
perlu
dilakukan
dengan
cara
11 meningkatkan produktivitas masyarakat dan mengembangkan teknologi (pemberdayaan sumber daya). 3. Tingkat Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi yang Tinggi Tidak ada suatu ukuran standar mengenai bagaimana tinggi pendapatan suatu negara yang harus dicapai, akan tetapi berdasarkan perbandingan pada negara lain tentu saja dapat diketahui apakah pendapatan nasional suatu negara lebih besar atau lebih kecil dari negara lainnya. Tentu saja kondisi yang diharapkan adalah bila pendapatan nasionalnya lebih tinggi dari pendapatan nasional negara lain. Dalam hal tingkat pendapatan nasional yang tinggi, maka tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dikarenakan tingginya pendapatan nasional secara relatif, melainkan seberapa besar produktivitas penduduk negara besar tersebut mampu meningkatkan pendapatannya secara kumulatif. Dengan demikian bila saja pertumbuhan jumlah penduduk relatif tetap diiringi oleh naiknya tingkat pendapatan perkapita maka pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan tinggi. Menurut Lewis (1994) yang di kutip oleh Triyono (2008), satu hal yang perlu diperhatikan mengenai pertumbuhan ekonomi adalah bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi tidak dapat berbeda besar pada akhir periode lima tahun dengan tingkat itu diawalnya kecuali terhadap negara-negara yang baru saja pulih dari bencana. 4. Keadaan Perekonomian yang Stabil Kestabilan yang diharapkan dalam perekonomian adalah kestabilan dalam hal tingkat pendapatan, kesempatan kerja dan terutama kestabilan pada tingkat harga-harga barang secara umum.
Dalam pengertian yang lebih
realistis perekonomian yang stabil bukanlah berarti suatu perekonomian yang kondisinya selalu mengalami masa-masa booming terus menerus (tidak pernah terjadi penurunan atau peningkatan – kondisi ideal), akan tetapi suatu kondisi yang berfluktuasi terhadap variabel ekonomi terutama harga-harga komoditi secara umum dan tingkat pendapatan yang bergerak atau berubah dalam
kondisi
yang
wajar.
Yang
terpenting
adalah
bagaimana
mempertahankan kondisi agar pergerakan variabel ekonomi tersebut tidak terlalu jauh dari kondisi ideal. 5. Neraca Pembayaran Luar Negeri yang Seimbang
12 Yang dimaksud dengan Neraca Pembayaran (Balance of Payment) adalah ikhtisar sistematis dari semua transaksi ekonomi dengan luar negeri selama jangka waktu tertentu dinyatakan dalam uang (biasanya dalam satuan dolar Amerika Serikat). Dalam neraca pembayaran tersebut beberapa hal penting yang perlu diketahui adalah Neraca Perdagangan, Transaksi Berjalan dan Lalu Lintas Moneter. Dari segi tinjauan ekonomi murni neraca pembayaran yang surplus dan defisit umumnya tidak “diinginkan” oleh pemerintah suatu negara (neraca pembayaran surplus menyebabkan penawaran devisa lebih banyak di dalam negeri yang relatif akan menyebabkan nilai tukar mata uang lokal di dalam negeri menjadi lebih mahal, sehingga nilai impor akan semakin murah dan ini akan berdampak pada matinya industri domestik di dalam negeri dan dalam jangka menengah justru akan menguras devisa kembali. Sedangkan bila neraca pembayaran defisit berarti jumlah penawaran devisa di dalam negeri semakin sedikit, dan ini akan berdampak pada semakin turunnya nilai mata uang domestik terhadap devisa tersebut sehingga nilai impor akan semakin mahal. Bila hal ini terjadi maka industri domestik yang berbasiskan berbahan baku impor akan mengalami kesulitan dan akibat akhirnya adalah harga komoditi impor tersebut dijual dengan harga yang lebih mahal dan dapat ditebak yang akan terjadi adalah tingkat inflasi meningkat atau industri tersebut akan mati akan tetapi dari segi politik, neraca pembayaran yang surplus lebih diinginkan karena lebih menceminkan tekad suatu bangsa untuk dapat lebih maju dari pembangungan sebelumnya dan juga memberikan gambaran betapa negara tersebut lebih baik mengelola perekonomiannya. 6. Distribusi Pendapatan yang Merata Keadilan pembagian rezeki dari hasil mengelola sumber daya baik alam amupun manusia dari suatu negara adalah dimana pendapatan yang diperoleh dapat dinikmati secara merata oleh rakyatnya, dalam arti distribusi pembagian pendapatan yang relatif adil, artinya sebagian besar pendapatan negara dinikmati oleh sebagian besar golongan masyarakat dalam perekonomian tersebut.
2.2 Cadangan Devisa
13 Devisa (Foreign Exchange Reserves) adalah simpanan oleh bank sentral dan otoritas moneter. Cadangan Devisa terdiri merupakan (asset/aktiva) bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang asing, yaitu mata uang yang diterima oleh semua negara di dunia seperti US Dollar ($), Yen Jepang, Euro, Poundsterling (Inggris), Prancis-Franc, Switzerland-Franc, dan juga berupa logam mulia serta surat-surat berharga. Hal ini berada di pengawasan otoritas moneter yaitu Bank Sentral. Devisa sama dengan fungsi uang pada umumnya, namun devisa berada dalam transaksi internasional atau antarnegara sebagai alat pembayaran antarnegara, pertukaran barang dan jasa, menimbun kekayaan, cadangan monter, dan mengukur kekayaan. Pemerintah dan swasta wajib memiliki cadangan devisa untuk perdagangan internasional dalam menjaga stabilitas moenter dan ekonomi makro suatu negara. Cadangan devisai merupakan indikator moneter kuat atau lemahnya ekonomi suatu negara. Definisi cadangan devisa adalah sejumlah valas yang dicadangkan Bank Sentral (Bank Indonesia) untuk keperluan pembiayaan dan kewajiban luar negeri, misalnya pembiayaan impor dan pembiayaan yang lainnya kepada pihak asing. Menurut Hamdy Hady (2001:78) ada beberapa alasan otoritas moneter suatu negara memelihara cadangan devisa, yaitu: •
Sebagai cadangan untuk mendukung kegiatan ekonomi yang membutuhkan mata uang asing. Kegiatan produksi barang dan jasa baik yang ditujukan untuk konsumsi dalam maupun luar negeri seringkali membutuhkan input yang harus di impor sehingga dibutuhkan ketersediaan mata uang asing untuk meyelesaikan transaksi. Pembayaran kembali pinjamanluar negeri dan transaksi valuta asing dan cadangan devisa yang memadai akan menjamin seluruh kegiatan ekonomi lintas negara berjalan lancar.
•
Sebagai cadangan apabila terjadi gejolak pasar internasional yang membahayakan posisi neraca pembayaran suatu negara. Bila terjadi defisit neraca pembayaran yang menyebabkan mata uang domestik mengalami tekanan, maka bank sentral dapat melakukan intervensi dengan megurangi cadangan devisa yang tersedia.
•
Cadangan devisa menjadi patokan yang baku tentang sehat tidaknya sektor eksternal suatu negara.
2.2.1 Macam-Macam Devisa
14 Macam-macam devisa digolongkan berdasarkan dari sumber dan wujudnya. Macam-macam devisa tersebut antara lain sebagai berikut: a. Macam-Macam Devisa Berdasarkan Sumbernya •
Devisa Kredit: Devisa kredit adalah devisa yang berasal dari kredit (pinjaman) luar negeri.
•
Devisa Umum, Devisa umum adalah devisa yang berasal dari sumber lain (selain kredit) seperti ekspor, penyelenggaraan jasa dan penerimaan bunga modal.
b. Macam-Macam Devisa Berdasarkan Wujudnya •
Devisa Kartal: Devisa kartal adalah devisa yang berwujud uang logam dan uang kertas
•
Devisa Giral: Devisa giral adalah devisa yang berwujud surat-surat berharga, misalnya wesel, cek, cek perjalan (travellers cheque), IMO (Internasional Money Order) dan lain-lain. Jika berkeinginan, devisa giral dapat diubah ke devisa kartal.
2.2.2 Sumber-Sumber Perolehan Devisa Tinggi rendahnya suatu devisa terhadap suatu negara dipengaruhi dari perkembangan neraca pembayaran suatu negara. Sumber-sumber devisa adalah sebagai berikut: a. Kegiatan ekspor Negara dengan sistem ekonomi terbuka, kegiatan ekspor adalah salah satu andalan negara untuk mendapatkan devisa. Semakin banyak ekspor barang atau jasa maka semakin besar pula pemasukan devisa bagi negara. b. Perdagangan jasa Negara yang bergerak dan mengandalkan perdagangan jasa merupakan negara yang tidak kaya dengan sumber daya alam. Hal ini seperti yang dilakukan Singapura dengan mengandalkan jasa perdagangan sebagai sumber utama devisa. c. Kegiatan pariwisata Salah satu sumber devisa adlaah jasar pariwisata yang diperoleh dari kunjungan turi mancanegara maupun domestik. Semakin banyak turis yang berkunjung ke negara tersebut maka semakin banyak pula devisa akan mengalir ke negara tersebut.
15 d. Pinjaman luar negeri (bantuan luar negeri) Pinjaman luar negeri merupakan salah satu dari sumber devisa suatu negara, khususnya negara-negara didunia ketika atau yang berkembang. Negaranegara yang biasanya sangat bergantng atas bantuan luar negeri selain sebagai sumber-sumber lain. e. Hibah dan hadiah dari luar negeri Hibah atau hadiah merupakan sumber devisa bagi suatu negara memiliki sifat yang tidak memikat. Hibah atau hadiah bersumber dalam negeri ataupun luar negeri. f. Warga negara yang bekerja di luar negeri Sumber devisa yang lain adalah dana yang berasal dari warga negara yang bekerja di luar negeri, misalnya TKW atau TKI. Pekerja tersebut memberikan peran yang besar untuk memperoleh devisa suatu negara dengan uang yang ditransfer dari asal negara dia bekerja.
2.2.3 Fungsi Devisa Devisa mempunyai fungsi yang berperan dalam perekonomian suatu negara, fungsi devisa tersebut antara lain sebagai berikut: •
Sebagai alat pembayaran barang-barang dan jasa impor
•
Sebagai alat pembayaran cicilan utang luar negeri khususnya bunganya
•
Alat pembiayaan hubungan luar negeri, misalnya biaya misi kesenian, biaya perjalanan dinas, biaya korp diplomatik dan pemberian bantuan luar negeri.
•
Sumber pendapatan negara untuk membiayai pembangunan.
2.2.4 Tujuan Penggunaan Devisa Menurut Hamdy Hady (1997:78) ada beberapa alasan otoritas moneter suatu negara memelihara cadangan devisa, yaitu: •
Sebagai cadangan untuk mendukung kegiatan ekonomi yang membutuhkan mata uang asing. Kegiatan produksi barang dan jasa baik yang ditujukan untuk konsumsi dalam maupun luar negeri seringkali membutuhkan input yang harus di impor sehingga dibutuhkan ketersediaan mata uang asing untuk meyelesaikan transaksi. Pembayaran kembalipinjaman luar negeri dan transaksi valuta asing dan cadangan devisa yang memadai akan menjamin seluruh kegiatan ekonomi lintas negara berjalan lancar.
16 •
Sebagai cadangan apabila terjadi gejolak pasar internasional yang membahayakan posisi neraca pembayaran suatu negara.Bila terjadi defisit neraca pembayaran yang menyebabkan mata uang domestik mengalami tekanan, maka bank sentral dapat melakukan intervensi dengan megurangi cadangan devisa yang tersedia.
•
Cadangan devisa menjadi patokan yang baku tentang sehat tidaknya sektor eksternal suatu negara
2.3 Pengertian Inflasi Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain, Boediono (1982: 155). Setiap
negara
selalu
berupaya
dengan
berbagai
kebijakan
yang
dikeluarkannya, agar inflasi yang terjadi di negara berada pada batas normal yang telah ditetapkan. Inflasi yang selalu berfluktuasi menyebabkan ketidakpastian bagi kesejahteraan masyarakat dan menurunkan daya beli masyarakat akan barang dan jasa (Mankiw,2006:216). Menurut Pratama Rahardja (2008:359) inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Maka dapat disimpulkan ada tiga komponen yang harus di penuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi yaitu kenaikan harga, bersifat umum, dan berlangsung terus menerus. Akibat inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riel tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5% sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riel pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga, Putong (2002: 254).
2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya inflasi adalah karena adanya tekanan dari sisi supply, dari sisi permintaan dan dari ekspektasi inflasi. Faktorfaktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan
17 harga-harga komoditi yang diatur pemerintah dan terjadi guncangan pasokan negatif akibat bencana alam dan terganggunya distribusi. Faktor Penyebab Permintaan Penarikan Inflasi (deman pull inflation) adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makro ekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output rill yang melebihi output potensialnya atau permintaan total lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan dan penentuan upah minimum regional (UMR).
2.3.2 Penggolongan Inflasi A. Berdasarkan asalnya Berdasarkan
asalnya
inflasi
dapat
digolongkan
menjadi
dua
(Boediono,1989:158) yang di kutip oleh Triyono (2008), yaitu : 1) Inflasi berasal dari dalam negeri Inflasi ini disebabkan karena terjadinya defisit anggaran yang hadapai oleh pemerintah, cara yang dilakukan untuk mengatasi defisit anggaran ini ialah dengan mencetak uang baru. Hal ini menyebabkan harga barang-barang dipasar menjadi mahal karena uang yang ada di masyarakat semakin banyak. 2) Inflasi berasal dari luar negeri Inflasi ini terjadi sebagai akibat naiknya harga barang-barang impor. Hal ini dapat terjadi jika biaya produksi barang di luar negeri mengalami kenaikan atau terdapat kenaikan tarif impor barang.
B. Berdasarkan Keparahannya Berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dapat digolongkan menjadi beberapa golongan diantaranya yaitu : •
Inflasi ringan (kurang dari 10%/tahun)
•
Inflasi sedang (antara 10% sampai 30%/tahun)
•
Inflasi berat (anatar 30% sampai 100%/tahun)
•
Hiperinflasi (lebih dari 100%/tahun)
18
2.3.3 Penyebab Inflasi Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu inflasi tarikan permintaan dan desakan biaya produksi : a. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) Inflasi ini terjadi karena tingkat permintaan agregat yang terlalu berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan pada barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Pada gambar dibawah menunjukkan tekanan permintaan digambarkan dengan AD0 dan AD2 tekanan permintaan menyebabkan output perekonomian bertambah, tetapi disertai inflasi, dilihat dari makin tingginya harga umum. Dalam inflasi tidak berarti penawaran (AS) tidak bertambah. Karena walaupun terjadi peningkatan
dalam
penawaran,
jumlanya
lebih
permintaan (Raharja,2008:285).
Gambar 2.1 : Demand Pull Inflation Sumber : www.slideshare.net, 2015
b. Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)
kecil
dibandingkan
19
Gambar 2.2 : Cost Push Inflation Sumber : http://hdpixa.com, 2015
Inflasi ini terjadi karena kenaikan biaya produksi sehingga harga produkproduk yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu kenaikan harga bahan baku dan kenaikan upah / gaji sehingga menyebabkan kenaikan produksi barang-barang ouput sektor industri menjadi lebih mahal, sehingga mengurangi tingkat penwaran. Jika yang berkurang adalah penawaran agregat, inflasi akan disertai kontraksi ekonomi, sehingga jumlah output (PDB) menjadi lebih kecil (Y2
20 dengan kurs (exchange rate). Nilai tukar dapat berubah-ubah, perubahannya dapat berupa depresiasi atau apresiasi. Bila terjadi depresiasi mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika artinya terjadi suatu penurunan mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika, depresiasi mata uang negara membuat harga barang-barang domestik menjadi turun dan lebih murah bagi pihak luar negeri. Sedangkan apresiasi mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika artinya terjadi suatu kenaikan mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika, apresiasi mata uang negara membuat harga barangbarang yang ada di negara tersebut menjadi naik dan lebih mahal bagi pihak luar negeri (Sukirno, 2004). Tingkat kurs adalah rasio dua mata uang yang diperdagangkan. Harga suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lain (Case dan Fair, 2008). Valuta asing atau foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency,yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadangkadang nilainya mengalami apresiasi atau kenaikan dibandingkan dengan mata uang lainnya. Mata uang hard currency ini pada umumnya berasal dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, (USD), Euro (UER), dan lain-lain (Hamdy Hady, 2008). Sedangkan soft currency adalah mata uang yang lemah dan jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi keuangan internasional karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai, umumnya soft currency berasal dari negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia (Hamdy Hady, 2008:61).
2.4.1 Manfaat Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Pada umumnya, kebijakan nilai tukar mata uang di suatu negara diarahkan untuk mendukung neraca pembayaran dan membantu efektivitas kebijakan moneter. Dalam kaitannya dengan kebijakan moneter, depresiasi nilai tukar yang berlebihan dapat mengakibatkan tingginya laju inflasi sehingga menganggu tujuan akhir kebijakan moneter untuk memelihara stabilitas harga. Sehubungan degan hal itu, maka kebijakan nilai tukar yang tepat merupakan faktor terpenting dalam
21 perekonomian suatu negara. Dalam perkembangannya di dunia, terdapat jenis sistem nilai tukar yang dapat digunakan sesuai dengan kebijakan masing-masing. Secara garis besar, suatu negara dapat mengunakan sistem nilai tukar tetap atau sistem nilai tukar mengambang.
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Keseimbangan nilai tukar dalam jangka pendek tergantung dari interaksi supply dan demand di pasar valuta asing. Analisa ini dipermudah dengan mengasumsikan jumlah asset tetap, sehingga kurva supply berbentuk vertikal. Sedangkan permintaan dari aset domestik tergantung dari relative expected return dari aset domestik. Hal-hal yang mempengaruhi kurva demand dari aset domestik menurut Mishkin (2004) adalah: 1. Tingkat Suku Bunga Domestik. Kenaikan tingkat suku bunga domestik akan menaikkan expected return dari aset domestik, sehingga permintaan akan aset domestik meningkat dan mata uang akan terapresiasi. Akan tetapi apabila kenaikan tingkat suku bunga nominal disebabkan oleh kenaikkan ekspetasi inflasi, maka hal ini akan membuat mata uang terdrepresiasi karena demand permintaan aset domestik menurun. 2. Tingkat suku bunga luar negeri Kenaikkan tingkat suku bunga luar negeri akan menaikkan expected return dari aset luar negeri, sehingga permintaan akan aset domestik menurun dan mata uang akan terdepresiasi. 3. Expected Future Exchange Rate Kenaikan ekspetasi nilai tukar masa depat menyaebabkan kenaikkan relatif expected return aset domestik di masa depan, sehingga permintaan akan aset domestik akan meningkat dan menyebabkan mata uang domestik terapresiasi. Selain itu, ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikkan permintaan aset domestik relatik pada aset luar negeri, yang akan menaikkan expected future exchange rate, seperti: •
Ekspektasi penurunan tingkat harga domestik relatif pada tingkat harga luar negeri
22 •
Ekspetasi trade barriers domestik yang semakin tinggi relatif pada foreign trade barriers
•
Ekspetasi permintaan impor dalam negeri yang menurun
•
Kenaikkan ekspetasi permintaan ekspor dalam negeri
•
Kenaikkan ekspetasi produktivitas domestik
2.5 Pengertian Ekspor Ekspor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain harga domestik negara tujuan ekspor, harga impor negara tujuan, inflasi, pendapatan per kapita penduduk negara tujuan ekspor selera masyarakat negara tujuan dan nilai tukar antar negara. Perubahan volume ekspor terhadap perubahan nilai tukar, dalam hal ini nilai tukar rill adalah positif artinya depresiasi riil membuat produk domestic relatif makin murah sehingga merangsang ekspor (Krugman, 2006). Jika harga relatif dari barang luar negeri meningkat (REER naik) maka masyarakat luar negeri akan mengalihkan pengeluaran mereka untuk membeli barang domestik, sehingga akan memberikan efek positif terhadap ekspor. Dengan peningkatan nilai tukar riil (terdepresiasi), maka harga produk di pasar global akan lebih murah, sehingga dapat meningkatkan ekspor. Perubahan volume ekspor terhadap perubahan nilai tukar riil tidak selalu positif. Hal ini karena nilai ekspor lebih dipengaruhi oleh harga pasar internasional. Nilai tukar riil dapat berpengaruh negatif terhadap volume ekspor pada jangka pendek. Depresiasi nilai tukar riil tidak dapat langsung direspon dengan baik oleh perubahan volume ekspor, sehingga membutuhkan waktu penyesuaian untuk mengubah permintaan akan ekspor. Selain itu daya saing antar negara juga mempengaruhi besarnya perubahan volume ekspor. Menurut Mankiw (2006), berbagai faktor yang dapat mempengaruhi ekspor, impor dan ekspor neto suatu negara meliputi : a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri. b. Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri. c. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing. d. Ongkos angkutan barang antar negara.
23 e. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional. f. Pendapatan konsumen didalam negeri dan luar negeri. Menurut Todaro (2004), ekspor adalah kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar, bersama dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Dengan kata lain, ekspor mencerminkan aktivitas perdagangan internasional, sehingga suatu negara yang sedang berkembang kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setaradengan negara-negara yang lebih maju.
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Banyak ahli ekonomi menganggap bahwa perdagangan internasional sebagai suatu keseimbangan kemampuan produksi internal dengan permintaan di dalam negeri. Sekiranya rakyat suatu negara lebih banyak meminta produk tertentu melebihi kemampuan produksinya sendiri, maka kekurangannya akan dipenuhi dengan mengimpornya. Begitu juga terjadinya ekspor, sekiranya jumlah konsumsi produk yang dihasilkan lebih kecil, berarti kelebihannya merupakan produk yang dapat diekspor. (Bachrawi, 2004).
2.5.1 Aneka Cara Ekspor Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat di tempuh beberapa cara ekspor, antara lain sebagai berikut (Amir MS, 2004) : 1. Ekspor Biasa Dengan cara ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku dan di tujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memnuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri. 2. Barter Yang di maksud dengan barter adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk ditukarkan dengan barangn yang di butuhkan dalam negeri. Dalam hal ini pengiriman barang tidak menerima pembayaran dalam bentuk cash namun dalam bentuk barang yang dapat di jual di dalam negeri. 3. Konsinyasi
24 Konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk di jual sedangkan hasil penjulan barang diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa, di dalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu di luar negeri. 4. Penyelundupan (Smuggling) Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari satu negarake negara lain tanpa memnuhi ketentuan yang berlaku dapat di anggap sebagai usaha penyelundupan atau smuggling. Penyelundupan dapat di bagi dalam 2 garis besar : • Yang seluruhnya dilakukan secara illegal • Penyelundupan administrative yang dilakukan dengan melakukan kamoflase pada prosedur legal
2.5.2 Hubungan Ekspor pada Cadangan Devisa Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi, tingkat kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan,2000) 2.5.3 Barang-barang komoditi ekspor Dengan pemilihan strategi yang berlaku di negara-negara Dunia ketiga serta dengan menyediakan suatu latar belakang konseptual tentang pemilihan strategi kebijakan perdagangan, dapat dikategorikan menjadi 4 bagian yaitu: •
Primary outward-looking policies (peningkatan ekspor bahan mentah dan pertanian)
•
Secondary outward-looking policies (peningkatan ekspor manufaktur)
•
Primary inward-looking policies (terutam ditujukan untuk swasembada pangan dan hasil pertanian)
•
Secondary inward-looking policies (swasembada komoditas manufaktur melalui substitusi impor) Sebagaimana negara-negara Dunia Ketiga menitikberatkan pada produksi
barang-barang manufaktur, yang pertama-tama dimaksudkan untuk memenuhi
25 kebutuhan pasar dalam negeri (secondary inward-looking) para negara berkembang juga merupakan negara yang banyak mengandalkan produk primer dalam artian kelebihan barang produksinya adalah barang primer ataupun pertanian. Para pelaku ekspor masih percaya produk-produk primer untuk mendapatkannya lebih dari 70% dari seluruh ekspor mereka. Dengan beberapa pengecualian negara-negara eksportir minyak dan sebagian kecil negara-negara pengekspor barang tambang yang dibutuhkan oleh pasar dunia, ternyata pertumbuhan ekspor primer negara berkembang pun lebih kecil dibandingkan dengan keseluruhan perdagangan dunia (Todaro,2000)
26
2.6 Kerangka Penelitian Gambar 2.3 Analisis Pengaruh Ekspor, Kurs dan Inflasi Terhadap Cadangan Devisa di Indonesia periode 2010-2014
Variabel Independen : • • •
Variabel Dependen :
Ekspor Kurs rupiah terhadap dollar AS (Exchange Rate) Inflasi
•
Cadangan devisa
Uji Asumsi Uji Stasioneritas
Stasioner
Uji Kointegrasi
Ada hubungan Error Correction Model
Uji Hipotesis
Kesimpulan & Saran
Tidak
Terpenu
Uji derajat integrasi
Tidak ada hubungan jangka
27
2.7 Hipotesis Menurut Zikmund (1997:112), hipotesis adalah proposisi atau dugaan belum terbukti bahwa tentative menjelaskan fakta atau fenomena, serta kemungkinan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang di uji dalam penelitian ini adalah : 1. Hipotesis Rumusan Masalah Pertama (H1) Ho
= Tidak ada pengaruh parsial antara ekspor terhadap cadangan devisa di Indonesia.
H1
= Ada pengaruh parsial ekspor terhadap cadangan devisa di Indonesia.
2. Hipotesis Rumusan Masalah Kedua (H2) Ho
= Tidak ada pengaruh parsial antara kurs terhadap cadangan devisa di Indonesia.
H1
= Ada pengaruh parsial kurs terhadap cadangan devisa di Indonesia.
3. Hipotesis Rumusan Masalah Ketiga (H3) Ho
= Tidak ada pengaruh parsial antara inflasi terhadap cadangan devisa di Indonesia.
H1
= Ada pengaruh parsial antara inflasi terhadap cadangan devisa di Indonesia.
4. Hipotesis Rumusan Masalah Keempat (H4) Ho
= Tidak ada pengaruh simultan antara ekspor, kurs, dan inflasi terhadap cadangan devisa di Indonesia.
H1
= Ada pengaruh secara simultan antara ekspor, kurs, dan inflasi terhadap cadangan devisa di Indonesia.
5. Hipotesis Rumusan Masalah Kelima (H5) Ho
= Tidak ada hubungan jangka panjang antara ekspor, kurs, dan inflasi terhadap cadangan devisa di Indonesia.
H1
= Ada hubungan jangka panjang antara ekspor, kurs, dan inflasi terhadap cadangan devisa di Indonesia.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunan tertentu (Sugiyono, 2009:2). Menurut (Hadi, 1993:40) metode penelitian merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu penelitian. Metode adalah suatu usaha untuk menemukan kebenaran, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Adapun metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian deskriptif
merupakan
suatu
metode
yang
banyak
dipergunakan
dan
dikembangkan dalam penelitian ilmu-ilmu social, karena memang kebanyakan penelitian sosial adalah bersifat deskriptif (Soejono dan Abdurrahman, 2005:19). 3.2 Definisi Operasional Jika diamati faktor-faktor yang mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia sangat banyak sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan seluruh variabel yang ada di dalam satu penelitian. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan pemilihan terhadap variabel-variabel yang dianggap penulis merupakan faktor yang paling utama dan signifikan di dalam pengaruhnya terhadap Cadangan Devisa Indonesia. Variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi variabel: Variabel dependen : 1. Cadangan devisa adalah asset ataupun aktiva dari bank sentral. Cadangan devisa tersimpan dalam mata uang seperti dolar, euro dan lain nya. (USD) Variabel independen : 1. Nilai Ekspor adalah total nilai ekspor Indonesia (USD) 2. Kurs adalah nilai mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya (dalam Rupiah) 3. Tingkat Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Seluruh data yang di peroleh penulis untuk penelitian ini adalah data per bulan, 27
28 dengan periode tahun 2010-2014. 3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian yang masuk dalam jenis penelitian kuantitatif, menurut Sugiyono, metode penelitian diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan mempunyai sifat berkala (time series). Data sekunder adalah data yang sudah diterbitkan atau sudah digunakan pihak lain (Fitriyani 2015:9). Data time series yang digunakan dalam penelitian ini di peroleh dari lembaga terkait, antara lain : •
www.kemendag.go.id
•
www.bi.go.id
•
www.bps.go.id
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yang di ambil dari website pemerintah sebagai penyedia data. Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi •
Data Cadangan Devisa negara Indonesia periode 2010 – 2014
•
Data Ekspor negara Indonesia periode 2010 – 2014
•
Data Kurs rupiah Indonesia terhadap dollar Amerika periode 2010 – 2014
•
Data Inflasi negara Indonesia periode 2010 – 2014
29
3.4 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Jenis Penelitian
T-1
T-2
T-3
Deskriptif
Deskriptif
Deskriptif
Metode Penelitian
Kuantitatif ECM
Kuantitatif ECM
Kuantitatif ECM
Unit Analisis
Horizon Waktu
Pengaruh ekspor terhadap Time Series cadangan devisa
Pengaruh kurs terhadap
Time Series
cadangan devisa Pengaruh inflasi terhadap
Time Series
cadangan devisa Pengaruh
T-4
Deskriptif
Kuantitatif
ekspor,kurs dan
ECM
inflasi terhadap
Time Series
cadangan devisa Hubungan jangka panjang T-5
Deskriptif
Kointegrasi
ekspor, dan
kurs inflasi
terhadap cadangan devisa Sumber : Data di olah
Time Series
30
3.5 Teknik Pengumpulan Data Studi Kepustakaan Studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti berupa pencarian data dan informasi yang relevan dengan topik masalah yang akan di teliti. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui buku-buku ilmiah, karangan ilmiah, tesis, disertasi, foto-foto, gambar, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun dokumen elektronik lain yang dapat mendukung dalam proses penelitian. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada (Sugiyono, 2005:83). 3.6 Teknik Analisis 3.6.1 Uji Asumsi •
Uji Normalitas Asumsi normalitas gangguan Ut adalah penting mengingat uji validitas pengaruh variabel independen baik secara serempak (uji F) maupun sendiri-sendiri (uji t) dan estimasi nilai variabel dependen mensyaratkan hal ini. Jika asumsi ini tidak terpenuhi, maka kedua uji ini dan estimasi nilai variabel dependen adalah tidak valid untuk sampel kecil atau tertentu (Gujarati, 2002:143). Uji normalitas Ut yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Histogram Residual.
•
Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan adanya hubungan erat antara variabel independen di dalam suatu model regresi.
Hubungan linier antara variabel di dalam regresi berganda dalam persamaan di atas di sebut multikolinearitas. Menurut
(Widarjono,
2013:114),
Konsekuensi
adanya
multikolinearitas : 1.
Estimator masih
bersifat BLUE
dengan
adanya
multikolinearitas namun estimator mempunyai varian dank ovarian yang besar sehingga sulit mendapat estimasi yang tepat.
31 2.
Interval estimasi cenderung akan lebih lebar dan nilai hitung statistik uji t akan kecil sehingga membuat variabel independen secara statistik tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
3.
Walaupun secara individu variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen melalui uji statistik t, namun nilai koefisien determinasi R2 masih relatif tinggi.
Tujuan uji ini untuk mengetahui apakah ada hubungan/korelasi antar variabel bebas, apabila tidak ada hubungan berarti model regresi tersebut dianggap benar/baik. •
Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas terjadi apabila variasi Ut tidak konstan atau sering berubah-ubah seiring dengan berubahnya nilai variabel independen (Gujarati, 2002:61). Menurut
(Widarjono,
2013:114),
Konsekuensi
adanya
heteroskedastisitas : 1.
Estimator OLS tidak memiliki varian yang minimum dan tidak Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
2.
Jika varian tidak minimum maka menyebabkan perhitungan standard
error
metode
OLS
tidak
bisa
di
percaya
kebenarannya. 3.
Akibat dari point no 2, maka interval estimasi maupun uji hipotesis yang di dasarkan pada distribusi t maupun F tidak bisa lagi di percaya untuk evaluasi hasil regresi.
Untuk melacak ada atau tidak-nya heteroskedastisitas dalam penelitian ini digunakan uji White.
3.6.2 Uji Stasioneritas Orde integrase dari suatu series menentukan jumlah perbedaaan (difference) untuk menghasilkan sifat series yang stasioner. Dalam penelitian ini dipakai metode uji akar unit (unit root test). Dalam penelitian yang menggunakan datatime series dan model analisis yang digunakan adalah model ordinary least square, perlu di ketahui lebih dahulu sifat-
32 sifat dari data yang di gunakan. Salah satu asumsi penting yang harus dipenuhi adalah sifat data harus stasioner. Bila analisis regresi atau time series yang tidak stasioner dipaksakan, maka akibat yang akan timbul adalah koefisien regresi penaksir yang tidak valid, atau terjadinya regresi palsu (spurious regression), yaitu suatu regresi yang memiliki dugaan statistik yang signifikan atau nilai R2 yang tinggi tetap sebenarnya secara ekonomi tidak memiliki arti apapun. Akibatnya, hasil penelitian menjadi tidak berarti. Bentuk pengujian terhadap stasioneritas data antara lain dengan uji akan unit dan uji derajat integrasi (Pieter, 2008).
3.6.3 Uji Derajat Integrasi Apabila data yang di amati dalam uji unit root test ternyata belum stasioner maka langkah selajutnya adalah dengan melakukan uji derajat integrasi untuk mengetahui pada derajat berapa data yang di amati memperoleh data yang stasioner. Kondisi stasioner dapat dicapai dengan melakukan differesiasi satu kali atau lebih. Hal yang perlu di perhatikan bahwa stasioneritas yang ditunjukan oleh variabel dalam format urutan pertama atau kedua, tidak mampu menjelaskan hubungan jangka panjang antar variabel tersebut. Variabel tersebut hanya mampu menjelaskan hubungan jangka pendek. Pada prinsipnya dalam melakukan estimasi, ada aturan yang berlaku umum : a. Jika hasil pengujian akar unit terhadap variabel-variabel tersebut menunjukan bahwa semua variabel tidak mengandung akar unit, atau stasioner maka teknik regresi standar seperti OLS dapat di gunakan. b. Bila hasil pengujian akar unit terhadap variabel-variabel menunjukan bahwa semua memiliki derajat integrasi yang sama, sedangkan residual tidak stasioner maka hasil regresi menjadi spurious. Untuk menghindari itu, digunakan variabel dalam format turunan pertama. c. Bila hasil pengujian semua variabel memiliki derajat integrasi yang sama dan residual nya stasioner, maka kedua variabel berkointegrasi. d. Bila kedua variabel memiliki derajat integrasi yang berbeda, maka keduda variabel tidak mempunyai hubungan sama sekali.
3.6.4 Uji Kointegrasi Regresi yang menggunakan data time series yang tidak stasioner kemungkinan besar akan menghasilkan regresi lancung (spurious regression).
33 Regresi lancung terjadi jika koefisien determinasi cukup tinggi namun hubungan antara variabel independen dan variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal ini terjadi karena hubungan keduanya yang merupakan data time series hanya menunjukan tren saja. Jadi tingginya koefisien determinasi hanya tren saja bukan karena ada hubungan antara keduanya. (Widarjono, 2013:316). Uji kointegrasi adalah uji ada tidaknya hubungan jangka panjang antara variabel bebas dan terikat, uji ini merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit (Unit Root Test) dan uji derajat integrasi (Integration Test). Uji kointegrasi digunakan untuk memecahkan masalah data time series yang nonstasioner. Kombinasi liner dari satu atau lebih series yang tidak stasioner mungkin stasioner. Jika kombinasi linier seperti itu ada diantara series yang tidak stasioner tersebut dikatakan berkointegrasi (Granger, 1987). Untuk mengetahui ada tidaknya kointegrasi atau hubungan jangka panjang antara dua atau lebih variabel, dilakukan uji kointegrasi Johansen.
3.6.5 Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model/ECM) Dalam uji kointegrasi seperti yang sudah dibahas di atas menunjukan bahwa ada kombinasi linier dari series yang tidak stasioner menggambarkan adanya keseimbangan jangka panjang dalam system ekonomi tidak selalu ada. ECM pada intinya membahas model ekonometri berkaitan dengan model linier dinamis, dimana model tersebut menjelaskan hubungan antara variabel terkait dan variabel bebas pada waktu sekarang dan lampau. Penggunaan model linier dinamis seperti ECM memiliki beberapa keunggulan, misalnya untuk menghindari regresi palsu dan menjelaskan hubungan kausal seperti yang diingikan dalam teori ekonomi serta untuk menaksir koefisien regresi jangka panjang maupun jangka pendek (Allias dan Cheong, 2000). Data time series
seringkali tidak stasioner sehingga menyebabkan hasil
regresi meragukan atau disebut regresi lancung (spurious regression). Regresi lancung adalah situasi dimana hasil regresi menunjukan koefisien regresi yang signifikan secara statistik dan nilai koefisien determinasi yang tinggi namun hubungan antara variabel di dalam model tidak saling berhubungan. Model yang tepat untuk data time series yang tidak stasioner adalah model koreksi kesalahan (Error Correction Model). Data yang tidak stasioner sering menunjukan hubungan ketidakseimbangan dalam jangka pendek, namun ada kecenderungan terjadi hubungan jangka panjang.
34
3.6.6 Uji Koefisien determinasi (R²) Koefisien determinasi (R²) adalah koefisien yang menjelaskan hubungan antara variabel dependen (Y) dalam suatu model (Widarjono, 2013). Pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2011). Nilai Koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas (kurs, PDB dan inflasi) dalam menjelaskan variasi variabel terikat (ekspor) amat terbatas. Begitu pula sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Nilai R2 yang sempurna adalah satu, yaitu apabila keseluruhan variabel dependen dapat dijelaskan sepenuhnya oleh variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Dimana 0 < R2 < 1 sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah: •
Nilai R2 yang kecil menjelaskan bahwa variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel tak bebas sangatlah terbatas atau kecil kemungkinannya.
•
Nilai R2 yang mendekati satu, maka kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel tak bebas dapat digunakan sebagai informasi utama untuk memprediksi variabel tak bebas diwaktu yang akan datang.