BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di dalam dunia ini, Bahasa merupakan salah satu peranan penting dalam masyarakat sebagai alat untuk berkomunikasi dan alat untuk berinterkasi yang digunakan baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvesional yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Dengan menggunakan bahasa kita dapat menyampaikan pikiran, gagasan, atau ide yang kita miliki yang kemudian dapat disampaikan dan dapat dimengerti oleh lawan bicara. Kemampuan dalam menguasai suatu bahasa merupakan salah satu syarat agar dapat saling tukar menukar informasi juga untuk mempelancar hubungan komunikasi dalam pergaulan, baik pergaulan antar pribadi maupun pergaulan antar bangsa sebagai anggota masyarakat. Menurut Liliweri (2003:4) komunikasi adalah pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami. Dalam berkomukasi, kita tidak hanya mempelajari dan memahami arti kata, tetapi kita juga harus mempelajari dan memahami kapan dan dimana kata tersebut digunakan. Menurut Keraf (2007:23) komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. komuikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak dipahami orang lain. Komunikasi akan berjalan dengan baik jika kedua belah pihak antara pihak pembicara dan pihak pendengar dapat mengerti dan memahami bahasa yang digunakan karena pihak pembicara dan pihak pendengar yang berkomunikasi harus mampu mengerti dan memahami serta mampu menginterpretasikan makna yang terkandung dalam bahasa yang digunakan. Menurut Tannenbuam dan Abugov (2010:74) bahasa adalah sarana dimana kita dapat bersosialisasi ke dalam budaya. Dengan bahasa kita juga dapat mengetahui budaya suatu negara, bahasa juga tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga dapat digunakan untuk mengembangkan, memperkuat, atau bahkan menciptakan budaya.
1
2 Setiap negara di dunia ini mempunyai beraneka ragam bahasa dan mempunyai daya tarik tersendiri seperti logat dan dialek masing-masing, tidak terkecuali bahasa Jepang. Banyak masyarakat yang tertarik dan mempelajari bahasa Jepang baik di negara masing-masing maupun di negara Jepang. Bahasa Jepang merupakan bahasa yang memiliki ciri khas tersendiri, berbeda dengan bahasa lain seperti bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Perbedaan tersebut sangat terlihat dari huruf, kosa kata dan pengucapan yang digunakan. Akan tetapi, dalam mempelajarai bahasa Jepang sering sekali ada kesulitan pada pembelajar bahasa Jepang untuk mengerti dan memahami suatu makna kata dan penggunaannya. makna yang terkandung pada kata merupakan salah satu objek kajian dalam bidang semantik, karena komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang baru akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut menyatakan maksud yang sama dengan yang digunakan oleh lawan bicaranya. Akan tetapi, di dalam kamus maupun di dalam buku pelajaran bahasa Jepang, tidak setiap kata maknanya dan penggunaannya dimuat secara keseluruhan. Bagi para pembelajar bahasa Jepang, jika berkomunikasi dengan pembicara asli sering melakukan kesalahan dikarenakan informasi tentang makna kata dan pennggunaan yang diperoleh masih sedikit, tidak terkecuali dengan penggunaan kata “Iya” (いや) dalam bahasa Jepang karena pada umumnya bila kata “Iya” (いや) diartikan kedalam bahasa Indonesia pada umumya memiliki arti tidak atau bukan. Namun dalam bahasa Jepang kata “Iya” ( い や ) memliki beberapa makna dan fungsi yang disetiap pengunaannya akan sulit diartikan kedalam bahasa Indonesia. Salah satunya penggunaannya untuk mengekspresikan sebuah jawaban penyangkalan dari pertanyaan yang diajukan. Sebagai contoh, jika ditanya oleh seseorang “daigaku goukakushitandatte? Omedetou!”(大学合格したんだって? おめでとう!)artinya “sudah lulus kuliah ya? Selamat!”, sebagai jawaban “Iya, ma, okagesamade, bujini”(いや、ま、おかげさまで、無事に)yang artinya “tidak, yaa, terima kasih,” (Togashi, 2003:5) ini merupakan salah satu dari sebuah jawaban penggunaan “Iya”(いや). Selama ini dari setiap pembelajaran sastra Jepang menggunakan kata “Iya” hanya untuk mengatakan tidak atau bukan. Namun, kata “Iya” (いや) tidak sesempit yang dibayangkan karena dalam tutur kata dan pelafalan yang berbeda kata “Iya” (いや)mengartikan hal yang berbeda.
3 Dalam mempelajari bahasa Jepang kita dapat menemuka variasi bahasa Jepang. Contohnya dalam kosa kata bahasa Jepang yang terbagi kedalam kelas kata. Dari kelas kata yang ada tersebut, beberapa diantaranya terbagi-bagi lagi kedalam ruang lingkup yang lebih kecil. Misalnya kelas kata Kandoushi (感動詞). Menurut Masuoka dan Takubo (2000:60-61) Kelas kata kandoushi (感動詞) dalam bahasa Jepang dibagi menjadi sembilan jenis yaitu , menunjukkan keterkejutan untuk situasi di depan mata, menunjukkan keterkejutan untuk situasi di depan mata dan perkataan lawan bicara, menunjukan persetujuan dan ketidak setujuan pada ucapan lawan bicara, menunjukkan kepahaman pada ucapan lawan bicara, menunjukkan pertimbangan jawaban, menunjukkan perhatian dan menanggil lawan bicara, representasi pertanyaan untuk diri sendiri, membujuk diri sendiri ketika akan memulai suatu tindakan dan aisatsugo. Dari kesembilan jenis kandoushi ( 感 動 詞 ) yang terdapat dalam bahasa Jepang, ,masing-masing dari golongan atau jenisnya diklasifikasikan lagi kedalam ruang lingkup yang lebih kecil lagi salah satunya adalah jenis kandoushi(感動詞) yang termasuk ke dalam jenis yang menunjukkan persetujuan dan ketidak setujuan pada ucapan lawan bicara. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada fungsi kandoushi(感動詞) yang termasuk ke dalam jenis yang menunjukkan persetujuan dan ketidak setujuan pada ucapan lawan bicara. Kata “iya” merupakan salah satu contoh kata dalam bahasa Jepang yang memiliki cara pemakaian tersendiri.
1.2 Masalah Pokok
Permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dalam penelitian ini adalah penggunaan kandoushi “Iya” (いや) dalam komik Jepang.
1.3 Formulasi Masalah
Formulasi masalah dalam penelitian ini adalah yakni penulis akan menganalisis masalah penggunaan kandoushi “Iya” (いや) dalam komik Jepang. Penulis akan memebatasi penelitian hanya pada kalimat-kalimat yang terdapat pada
4 komik Crayon Shinchan Karya Yoshito Usui dan mengaitkannya dengan teori penggunaan “iya” (いや) oleh Fukuhara Yuuichi (2014).
1.4 Ruang Lingkup Permasalahan
Penulis akan membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini dengan menggunakan komik Crayon Shincan karya Yoshito Usui volume 1 – 47 tahun 2000 – 2005 sebagai korpus data dan mengkaitkannya kedalam penggunaan “Iya” (いや) oleh Fukuhara Yuuichi (2014). Penulis memilih komik sebagai korpus data karena selain bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti dan dipahami juga banyak ditemukan kalimat yang di dalamnya memakai kata kandoushi“Iya” (いや) dengan konteks kalimat yang bervariasi.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk memahami penggunaan dari kata kandoushi Iya (いや). Manfaat dari penelitian ini adalah agar para pembelajar yang sedang mempelajari bahasa Jepang dapat mengetahui dan memahami penggunaan dan arti kata kandoushi “Iya” (いや) yang biasa dapat mereka dengar dan baca didalam drama, film, komik dan novel yang tidak hanya memiliki satu penggunaan namun ternyata kandoushi “Iya” (いや) memiliki banyak penggunaan yang bisa diketahui.
1.6 Tinjauan Pustaka
Sebelum penulisan Skripsi ini, penulis juga mempelajari penelitian-penelitian orang lain yang telah dilakukan sebelumnya sebagai landasan dalam penulisan Skripsi ini, khususnya penelitian mengenai penggunaan “Iya”(いや). Pada tahun 2003, Togashi melakukan penelitian tentang jawaban menyangkal “Ie”, “Iie”, dan “Iya” ( い え 、 い い え 、 い や ) . Dalam pembahasan penelitiannya, Togashi
5 menjelaskan penggunaan jawaban “Ie”, “Iie”, dan “Iya” (いえ、いいえ、い や)tidak hanya sebagai jawaban untuk menyangkal atau negasi tetapi juga dalam penelitiannya beliau menemukan penggunaan jawaban “Ie”, “Iie”, dan “Iya” (い え、いいえ、いや)sebagai jawaban yang tidak mengandung negasi atau nonnegasi.