BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah air di bumi adalah 1,386 milyar km3 yang sebagian besar merupakan air laut yaitu sebesar 96,5%. Sisanya sebesar 1,7% berupa es di kutub; 1,7% sebagai air tanah dan hanya 0,1% merupakan air permukaan dan air di atmosfer. Air di atmosfer yang merupakan sumber air permukaan hanya berjumlah 12900 km3 atau kurang dari 1/100000 dari seluruh air di bumi. Dari jumlah air tawar sebesar 35 juta km3, dua per tiganya adalah dalam bentuk es di kutub dan sisanya sebagian besar berupa air tanah pada kedalaman 200 sampa 600 m. Hanya 0,006% berupa air tawar di sungai. Jumlah air permukaan dan air atmosfer pada suatu waktu relatif kecil. Tetapi karena proses pembentukannya terjadi secara terus menerus sesuai dengan siklus hidrologi, maka jumlahnya dalam satu tahun cukup besar (Triatmodjo, 2008). Air di bumi ini terus-menerus mengalami sirkulasi proses penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar. Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah mengalami beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian akan langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahandahan ke permukaan tanah. Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah. Sebagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah kemudian mengalir ke daerah-daerah yang lebih rendah, masuk ke sungaisungai dan akhirnya ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke udara, sebagian masuk ke sungai-sungai dan sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah. Air permukaan dan air tanah yang dibutuhkan untuk
1
2
kehidupan adalah air yang terdapat dalam proses sirkulasi ini. Jadi apabila sirkulasi ini tidak merata, maka akan terjadi bermacam-macam kesulitan. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka berkembanglah ilmu hidrologi, yakni ilmu yang mempelajari sirkulasi air itu (Sosrodarsono & Takeda, 2006). Manajemen air yang baik tentu akan menciptakan kehidupan yang lestari antar makhluk hidup. Manajemen air yang diperlukan meliputi pengendalian kualitas dan kuantitas air, oleh karena itu manusia harus mampu mengatasi berbagai masalah yang beraitan dengan sumberdaya air. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan terjadinya perubahan penggunaan lahan akibat pembangunan perumahan menyebabkan kawasan resapan air hujan semakin berkurang, padahal kawasan resapan air sangat penting untuk menunjang ketersediaan air tanah. Jika pasokan air berkurang sementara jumlah penduduk di Kabupaten Sleman yang memanfaatkan air bertambah maka bisa dipastikan ketersediaan air tanah akan berkurang. Setidaknya 50 persen kawasan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman terancam mengalami krisis air. Laju penurunan permukaan air tanah di kedua daerah tersebut terus meningkat setiap tahun akibat tingginya kebutuhan air, sementara masukan air ke tanah justru semakin menurun. Lebih lanjut penurunan air tanah juga terjadi akibat berkurangnya daerah resapan karena maraknya konversi lahan. Lahan-lahan terbuka semakin sulit ditemukan karena diubah fungsinya menjadi perumahan dan bangunan komersial seperti mall, hotel, dan apartemen. Sejumlah wilayah resapan utama luasannya mulai berkurang karena pertambahan penduduk (Purnama, 2016). Mengingat pentingnya air bagi kehidupan manusia, maka air harus dijaga kelestariannya. Namun perkembangan kota saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, pengurangan daerah peresapan berupa penutupan lahan dengan pembangunan perumahan baru, tempat parkir, pusat perbelanjaan, daerah komersial dan lain-lain semakin meningkatkan jumlah air hujan yang menjadi limpasan permukaan.
3
Perumahan Dayu Baru terletak di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Desa ini terletak di bagian utara Kabupaten Sleman, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031, Kecamatan Ngaglik termasuk dalam kawasan resapan air, yang mana artinya kawasan tersebut merupakan daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan. Pembangunan berbagai infrastruktur secara tidak langsung berdampak bagi kondisi daerah tersebut yang merupakan kawasan resapan air. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan sulit meresap ke dalam tanah akibat lahan yang semula mampu meresapkan air hujan kini beralih fungsi menjadi kawasan perumahan dan infrastruktur lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri No 12 Tahun 2009 Tentang Pemanfaatan Air Hujan Pasal 3 bahwa setiap penanggungjawab bangunan wajib melakukan pemanfaatan air hujan. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan perancangan parit resapan yang hanya menampung dan meresapkan air limpasan yang terdapat pada permukaan jalan saja, sementara air limpasan di permukaan lahan dianggap sudah menjadi tanggung jawab dari pemilik bangunan. 1.2. Rumusan Masalah Semakin berkurangnya kawasan resapan menyebabkan jumlah air tanah yang tersimpan dan mengalir ke hilir berkurang. Oleh karena itu demi menjaga kelestarian air tanah maka sebaiknya dilakukan upaya konservasi dengan membuat parit resapan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut ini. 1. Berapa kapasitas drainase eksisting? 2. Berapa dimensi parit resapan di daerah penelitian? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah. 1. Menganalisa kapasitas drainase jalan eksisting, dengan asumsi drainase jalan hanya melayani limpasan dari permukaan jalan.
4
2. Menentukan dimensi parit resapan untuk meresapkan air hujan di daerah penelitian. 1.4. Batasan Masalah Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini dan dengan mempertimbangkan luasnya permasalahan, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Lokasi penelitian adalah Perumahan Dayu Baru, Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Data curah hujan yang digunakan adalah dari tahun 1994 hingga 2013. 3. Daerah tangkapan air hujan hanya jalan dan drainase di Perumahan Dayu Baru. 4. Perancangan dimensi parit resapan menggunakan rumus Sunjoto tahun 2008. 5. Analisa transpor sedimen tidak diperhitungkan. 1.5. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan : 1. Memberikan masukan dan pertimbangan terhadap instansi terkait, khususnya Pemerintah Kabupaten Sleman dalam hal ini instansi yang berwenang yaitu Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga. 2. Memberikan solusi dari permasalahan kekurangan air akibat semakin menurunnya tinggi muka air tanah. 3. Memberikan kontribusi dalam upaya melestarikan air tanah. 1.6. Keaslian Penelitian Penelitian sejenis yang telah dilakukan dengan menitikberatkan pada perancangan sistem resapan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Rancangan Sumur Resapan Air Hujan Sebagai Salah Satu Usaha Konservasi Air Tanah di Perumahan Dayu Baru Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Eka Ayu Indramaya tahun 2013. Melakukan penelitian tentang seberapa besar kedalaman sumur resapan berdasarkan dari luas atap. Dalam penelitian tersebut juga dilakukan pengukuran kedalaman air tanah serta pengukuran permeabilitas tanah di Perumahan Dayu Baru.
5
2. Rancangan Dimensi Sumur Resapan Untuk Konservasi Air Tanah di Kompleks Tambak Bayan, Sleman DIY oleh Werdiningsih tahun 2012. Melakukan penelitian tentang seberapa besar kedalaman sumur resapan berdasarkan dari luas atap. Dalam penelitian tersebut juga dilakukan pengukuran kedalaman air tanah serta pengukuran permeabilitas tanah di Perumahan Tambak Bayan serta dilakukan juga pemetaan persebaran kedalaman sumur resapan berbagai periode kala ulang. Perbedaannya adalah pada penelitian terdahulu menggunakan luas atap sebagai dasar penentuan perancangan, sedangkan penelitian ini merancang parit resapan dengan daerah cakupan berupa jalan-jalan di Perumahan Dayu Baru yang artinya parit resapan digunakan sebagai drainase jalan pada Perumahan Dayu Baru dan data curah hujan yang digunakan pada perancangan parit resapan ini adalah data curah hujan stasiun Prumpung tahun 1994-2013. Perhitungan dimensi parit resapan dilakukan menggunakan rumus Sunjoto tahun 2008.