BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Kawasan perkotaan dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur – unsur alami dan non alami dengan gejala – gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya, Bintarto (1977). Sebuah kawasan yang mempunyai ciri tertentu baik secara fisik maupun non fisik, secara fisik kawasan perkotaan mempunyai ciri antara lain; kepadatan bangunan tinggi dan di dominasi dengan bangunan permanen, heterogenitas fungsi bangunan, heterogenitas penggunaan lahan, kelengkapan infrastruktur dan sarana prasarana dan lain sebagainya. Berdasarkan segi non fisik kawasan perkotaan mempunyai ciri antara lain; kepadatan penduduk tinggi, heterogenitas aktivitas kota, heterogenitas lapangan pekerjaan, heterogenitas penduduk. Salah satu ciri kawasan perkotaan dapat ditinjau dari segi aktivitas yang ada di dalamnya, aktivitas perkotaan mempunyai heterogenitas yang tinggi, antara lain; permukiman, industri, perkantoran, perdagangan dan jasa (komersial) dan lain sebagainya. Aktivitas yang sangat heterogen tersebut menyebabkan kota mempunyai magnet yang sangat kuat untuk menarik penduduk agar menjadi bagian dari kota. Banyak permasalahan yang ditimbulkan akibat persaingan menjadi bagian dari kota salah satunya adalah urbanisasi, urbanisasi menjadi salah satu permasalahan perkotaan di Indonesia, kota –kota yang menjadi tujuan urbanisasi antara lain Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan beberapa kota besar lain.
1
Aktivitas perkotaan memiliki karakteristik yang berbeda – beda sehingga berpengaruh dalam pemilihan lokasi dan penggunaan lahan. Perkembangan kota akan selalu dihubungkan dengan penggunaan lahan perkotaan, dimana terdapat tiga sistem kunci yang mempengaruhi, yaitu sistem aktivitas, sistem pengembangan dan sistem lingkungan (Chapin dan Kaiser, 1979). Sistem aktivitas kota adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia dan aktivitas yang dikerjakan sehingga membutuhkan wadah atau tempat untuk melaksanakan aktivitas tersebut, dengan demikian maka sistem aktivitas kota memberikan pengaruh terhadap penggunaan lahan kota. Tata Guna Lahan menjadi bagian dari ciri kawasan perkotaan, tata guna lahan adalah pengaturan penggunaan lahan pada suatu kawasan sesuai dengan kemampuan lahan yang dimiliki. Penggunaan lahan menjadi hal yang sangat sensitif bagi perkembangan kota. Tingginya aktivitas kota menuntut kota agar dapat menyediakan lahan bagi aktivitas diatasnya, akan tetapi luasan suatu kota tidak akan mungkin bertambah dengan sendirinya. Hal ini yang seringkali menjadi sumber permasalahan penyimpangan dalam pemanfaatan lahan. Kasus - kasus yang seringkali muncul adalah pemanfaatan lahan-lahan yang tidak sesuai dengan fungsinya salah satunya adalah pemanfaatan sempadan sungai sebagai kawasan budidaya. Berbagai perubahan yang terjadi pada wilayah perkotaan baik fisik maupun non fisik sering kali menimbulkan dampak positif maupun negatif pada perkembangan sebuah kota. Perubahan – perubahan tersebut merupakan bagian dari sebuah dinamika dari kota itu sendiri. Dinamika wilayah adalah proses perubahan suatu wilayah dengan ciri – ciri tertentu pada suatu waktu. Proses dinamika suatu wilayah terdapat tiga unsur penting yang perlu diperhatikan. Pertama, “perbedaan” merupakan unsur yang sangat penting dalam mengetahui proses dinamika karena dengan adanya perbedaan dapat dilihat wujud dari proses dinamika itu sendiri. Kedua, “Identitas” menjadi acuan dalam 2
melihat proses dinamika, identitas ini dapat berupa ciri fisik (kondisi wilayah tersebut) dan non fisik (sosial, ekonomi dan budaya). Ketiga, “Historis” proses dinamika selalu bersifat historis karena terkait dengan satuan waktu yang berbeda (Abdullah, 1994). Kota merupakan suatu wilayah yang mengalami dinamika baik secara fisik maupun non fisik, dinamika pekotaan secara fisik dapat ditinjau dari faktor penggunaan lahan, kelengkapan sarana prasarana dan beberapa unsur fisik lain, sedangkan dinamika perkotaan secara non fisik dapat berupa perubahan dari segi ekonomi, sosial maupun budaya. Dampak dari adanya dinamika perkotaan ini juga dapat ditinjau dari segi fisik maupun non fisik, salah satu dari dampak adanya dinamika perkotaan adalah adanya perubahan fungsi sempadan sungai perkotaan. Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/ataubuatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan ( Permen RI No.38 Tahun 2011). Sungai mempunyai peranan sangat penting bagi sebuah kawasan tidak terkecuali bagi kawasan perkotaaan, sejarah peradaban manusia dan perkembangan suatu wilayah dimulai dari tepian sungai. Sejarah menceritakan sungai merupakan bagian dari sistem transportasi yang sangat vital terutama bagi fungsi perdagangan, hal ini dibuktikan dengan banyaknya kota – kota di Indonesia yang berkembang dari pinggiran sungai terutama bagian hilir sungai yang berbatasan langsung dengan kawasan pesisir antara lain Demak, Jakarta, Semarang dan Surabaya. Perubahan zaman mempengaruhi perubahan fungsi sungai, fungsi sungai saat ini dapat dikatakan berbanding terbalik dengan fungsi sungai dimasa lalu, saat ini sebagian besar masyarakat menganggap sungai adalah tempat pembuangan limbah terutama pada kawasan perkotaan. Sebagian permasalahan yang dihadapi pada hampir seluruh kota di Indonesia adalah permasalahan kawasan sempadan sungai kota, permasalahan yang terjadi antara lain alih fungsi penggunaan lahan sempadan 3
sungai yang telah terjadi hampir di seluruh kota di Indonesia salah satunya Kota Surakarta. Kota Surakarta merupakan salah satu Kota di Jawa Tengah, Geografis Kota Surakarta terletak pada zona depresi antara plato di bagian selatan (Wonogiri), Gunung Merapi di sebelah barat, perbukitan Kendeng di sebelah utara, dan Glinting Lawu di sebelah timur. Letak yang dapat diibaratkan seperti dasar mangkuk ini mengakibatkan wilayah ini sangat rentan terhadap banjir. Air limpasan yang masuk Kota Solo berasal dari tiga arah, yaitu dari lereng tenggara Gunung Merapi, lereng barat daya Gunung Lawu, dan dataran tinggi Wonogiri. (Setiyarso, 2007). Kota Surakarta memiliki potensi aktivitas perkotaan yang cukup tinggi, antara lain permukiman, industri, perdagangan dan jasa (komersial) dan lain sebagainya sehingga Kota Surakarta mampu menjadi daya tarik (magnet) bagi kabupaten di sekitarnya seperti Karanganyar, Sragen, Klaten, Sukoharjo dan Boyolali. Menurut sejarah Kota Surakarta, Surakarta merupakan kota yang menjadi pusat-pusat bandar perdagangan, terdapat empat bandar perdagangan yang terkenal pada masa tersebut yaitu bandar Kabanaran di Laweyan, bandar Pecinan di kali Pepe, bandar Arab di kali Jenes, dan bandar Nusupan di Semanggi (Qomarun dan Prayitno, 2007). Sejarah perdagangan di Kota Surakarta sangat berkaitan erat dengan sejarah fungsi sungai bagi Kota Surakarta. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan adanya beberapa bangunan yang dibangun di pinggiran “Kali” di Kota Surakarta seperti tempat pemandian Keraton Mangkunegaran dan Pasar Gede di Pinggiran Kali Pepe dan perkampungan batik Laweyan di pinggiran Kali Jenes. Kota Surakarta atau Kota Solo merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki permasalahan pada kawasan sungainya, Kota Surakarta sendiri dilewati oleh salah satu sungai besar di Pulau Jawa yaitu Bengawan Solo meskipun berapa pada pinggiran kota, akan tetapi Sungai Bengawan Solo mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi Kota Surakarta. Permasalahan yang terjadi pada kawasan sempadan sungai 4
di Kota Surakarta antara lain permukiman liar (squatter area), dan pencemaran sempadan sungai. Kondisi sempadan sungai yang dipenuhi dengan permasalahan alih fungsi penggunaan lahan dapat menjadi citra buruk bagi suatu kota sehingga memerlukan solusi untuk menangani permasalahan tersebut. Walikota solo mencanangkan untuk memfungsikan kembali kali Pepe yaitu salah satu sungai yang membelah Kota Solo sebagai sungai yang dapat difungsikan sebagai sarana rekreasi. Peremajaan fungsi sempadan sungai dapat dilakukan dengan mengembalikan fungsinya sebagai kawasan lindung, tetapi pada kawasan pekotaan fungsi sempadan sungai juga dapat dimanfaatkan sebagai fungsi lain yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seperti sebagai taman kota selama tidak mengganggu fungsi sungai. Permasalahan yang terjadi pada kawasan sempadan sungai kota dapat menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada kondisi sungai kota, sedangkan kondisi sungai kota yang tercemar dan tidak dalam keadaan normal akan sangat mempengaruhi kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) terutama pada bagian hilir sungai. DAS yang dipengaruhi oleh kondisi sungai di Kota Surakarta adalah DAS Bengawan Solo, kondisi sungai Bengawan Solo sendiri saat ini dalam keadaan kritis, banyak permasalahan yang terjadi pada DAS Bengawan Solo seperti sedimentasi, pencemaran, banjir dan beberapa permasalahan DAS lain. Mengatasi permasalahan pada kawasan sempadan sungai maka di perlukan tindakan yang tegas baik dari masyarakat maupun pemerintah dan stakeholder lain sebagai penanggung jawab pemeliharaan lingkungan sungai. Salah satu hal yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menetapkan peraturan yang dapat diimplementasikan, peraturan yang dapat dibuat adalah penetapan zoning regulation bagi wilayah sempadan sungai, sehingga pemanfaatan sempadan sungai dapat dibatasi sesuai dengan daya dukung lingkungan yang ada.
5
1.2 RUMUSAN MASALAH Kota merupakan bagian penting dari suatu wilayah, kota menjadi pusat berbagai macam kegiatan baik bagi masyarakat dalam kota maupun masyarakat di sekitarnya, pentingnya fungsi kota bagi suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai segi antara lain kota merupakan tempat pemasaran bagi barang yang dihasilkan oleh rural disekitarnya, kota merupakan pusat pemerintahan bagi wilayah sekitarnya dan berbagai fungsi kota yang lain. Melihat banyaknya fungsi kota bagi suatu wilayah menjadikan kondisi fisik kota juga mengalami perubahan secara signifikan, pemanfaatan lahan di perkotaan semakin bervariasi, dan hal yang menjadi permasalahan dalam pemanfaatan lahan kota adalah hilangnya kawasan lindung kota salah satunya adalah kawasan sempadan sungai. Ketidakmampuan kota untuk menampung segala aktivitas yang ada didalamnya serta faktor eksternal kota yaitu bertambahnya jumlah penduduk yang datang ke dalam kota untuk menjadi bagian dari kota tersebut menjadikan penyebab alih fungsi kawasan lindung kota menjadi sasaran yang mudah dikuasai masyarakat secara pribadi salah satunya adalah kawasan sempadan sungai. Alih fungsi sempadan sungai yang seharusnya berfungsi sebagai kawasan lindung menjadikan sumber permasalahan lingkungan kota. Permasalahan yang ditimbulkan dari alih fungsi sempadan sungai ini antara lain banjir, pencemaran sungai, dan masalah ekologi lain seperti hilangnya habitat asli sungai baik flora maupun fauna. Kota Surakarta merupakan kota yang mengalami dinamika baik secara fisik maupun non fisik, selain itu Kota Surakarta juga merupakan salah satu kota di Indonesa yang kondisi sempadan sungainya dalam keadaan yang cukup kritis karena adanya perubahan fungsi sempadan yang seharusnya menjadi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya. Sesuai pernyataan diatas maka dirumuskan permasalahan
6
yang terjadi adalah “Bagaimana Hubungan Antara Dinamika Perkotaan Dengan Fungsi Sempadan Sungai Kota ”.
1.3 KEASLIAN PENELITIAN Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang baru dilakukan dan belum dilakukan penelitian pada wilayah ini sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan fungsi sempadan sungai kota seiring dengan adanya dinamika perkotaan. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam menganalisis hubungan antara dinamika pada kawasan sempadan sungai dengan dinamika kota sehingga dapat memberikan guidance terhadap peruntukan sempadan sungai kota. Metode yang digunakan oleh peneliti juga merupakan metode yang mengkombinasikan antara metode penelitian ruang yang mengungkapkan perubahan peruntukan
sempadan
sungai
secara
spasial
dan
metode
statistik
yang
mengungkapkan tentang hubungan dinamika kota dengan fungsi sempadan sungai. Beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti
Judul Penelitian
Wilayah Penelitian
Tujuan Penelitian
Bayu (2007)
Perubahan Pola Ruang Perkotaan dalam Dinamika Sosial Budaya Masyarakat Tepian Sungai di Pontianak – Kalimantan Barat
Pontianak – Kalimantan Barat
(1) Mengetahui intensitas dan integritas serta dinamika yang terjadi dalam perubahan perkembangan pola ruang kawasan. (2) Mengetahui perubahan nilai sosial budaya masyarakat yang terjadi antar tahapan perkembangannya.
Jamaris
Kajian Kebijakan Pemerintah Terhadap Sempadan Sungai Pada Lokasi Strategis di Pusat Kota
Sungai Batanghari - Jambi
(1) Mengetahui proses terjadinya distorsi kebijakan pemerintah terhadap sempadan Sungai Batanghari. (2) Mengidentifikasi faktor – faktor yang menyebabkan distorsi kebijakan pemerintah terhadap
7
Lanjutan Tabel 1.1 Nama Peneliti
Atika
Judul Penelitian
Peremajaan Permukiman Kumuh Dengan Pendekatan “Community Base Development” di Sempadan Sungai Cisadane Kawasan Panaragan Kota Bogor
Wilayah Penelitian
Kota Bogor
Tujuan Penelitian sempadan Sungai Batanghari di Pusat Kota Jambi. (1) Mengetahui faktor – faktor penentu kekumuhan dan tingkat kekumuhan untuk menentukan kawasan penelitian yang akan menjadi objek peremajaan kota (urban renewal) agar dapat menjadi kawasan dengan lingkungan yang tertata rapi, sarana prasarana yang memadai dan masyarakat yang sehat. (2) Mendapatkan suatu sistem peremajaan kota (urban renewal) melalui pendekatan “ Community Base Development”
1.4 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengidentifikasi dinamika perkotaan Kota Surakarta. 2) Mengidentifikasi perubahan fungsi sempadan sungai kota di kawasan perkotaan Kota Surakarta. 3) Menganalisis hubungan dinamika perkotaan Surakarta dengan perubahan fungsi sempadan sungai di kawasan perkotaan Kota Surakarta. 4) Menyusun rekomendasi pembatasan peruntukan sempadan sungai kota di kawasan perkotaan Kota Surakarta berupa zoning regulation.
1.5 KEGUNAAN DAN MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.5.1
Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang hubungan transfromasi perkotaan dengan perubahan peruntukan sempadan sungai kota.
8
1.5.2
Manfaat Praktis Manfaat penelitian ini secara praktis adalah : 1. Acuan pengambil keputusan dalam menentukan pemanfaatan ruang sempadan sungai. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif bagi pengambil keputusan dalam penanganan dampak yang ditimbulkan oleh dinamika kota terhadap fungsi sempadan sungai perkotaan. 3. Memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan tentang peruntukan sempadan sungai perkotaan.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN Bab I menuliskan tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan, serta kegunaan dan manfaat dari penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II menuliskan tentang tinjauan pustaka dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab III menuliskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian serta kebutuhan data yang diperlukan. BAB IV GAMBARAN WILAYAH Bab IV menuliskan tentang gambaran wilayah penelitian yaitu Kota Surakarta BAB V PEMBAHASAN Bab V menuliskan tentang pembahasan yang menjawab tujuan dari penelitian. BAB VI KESIMPULAN Bab VI menuliskan tentang kesimpulan dan hasil dari penelitian.
9