BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Wilayah Jatinegara dulunya bernama Meester Passer atau Pasar Mester, hal ini dikarenakan dahulunya pasar ini merupakan kawasan yang bernama Meester Cornelis, Namun karena penduduk pribumi tidak bisa melafalkan pengucapan nama “meester” dengan benar, maka mereka melafalkannya dengan “mester” dan dibaca sesuai dengan pengejaan hurufmya, Bahkan sampai sekarang Pasar Jatinegara pun masih sering disebut Pasar Mester. Nama Meester Cornelis mengacu kepada seorang bernama Cornelis Senen, seorang pria kaya asal Pulau Lontor, Banda, Maluku yang bermukim di Batavia sejak tahun 1621. Cornelis Senen kemudian diberi gelar Meester. Di Batavia, Cornelis menjadi guru agama kristen, membuka sekolah, dan memimpin ibadat agama kristen serta menyampaikan kotbah dalam Bahasa Melayu dan Portugis. Jabatannya sebagai guru itulah yang membuat ia mendapat 'gelar' Meester, atau 'tuan guru' (Nasional Kompas, 2014).
Gambar 1.1 Pasar Djatinegara tahun 1942 Sumber : Nasional kompas. Diakses 20 Maret 2014
Cornelis berniat menjadi seorang pendeta, tetapi ia ditolak. Belanda kemudian memberikan dia hak istimewa untuk menebang pohon di tepi Kali Ciliwung. Dia juga mempunyai sebidang tanah luas penuh pepohonan di pinggir Ciliwung. Tanah luas penuh pepohonan itulah yang kemudian dikenal dengan 1
2 nama Meester Cornelis. Menjelang berakhrinya masa penjajahan Belanda, kawasan itu menjadi suatu kota praja tersendiri, wilayahnya mencakup Bekasi sekarang ini (Nasional Kompas, 2014). Di kawasan Jatinegara sendiri banyak terdapat bangunan-bangunan tua bersejarah, di antaranya antara lain Stasiun Kereta Api Jatinegara, Gereja GPIB Koinonia, bagunan bekas markas Kodim 0505 (rumah Bupati Meester), Pasar Lama Jatinegara, rumah langgam Cina, kelenteng, dan gedung SMP 14 Jatinegara (di samping Jatinegara Plasa). Sayangnya, tidak banyak yang mengetahui tentang masa lalu bangunan-bangunan tersebut. Gedung SMP 14 misalnya, tidak diketahui sejarahnya demikian juga dengan bangunan stasiun Jatinegara dan Kantor Pos Jatinegara (Nasional Kompas, 2014).
Gambar 1.2 Bangunan Bersejarah di kawasan Jatinegara (kiri Klenteng Cina) dan (kanan kantor Pos Jatinegara)
Wilayah Jatinegera mulai berkembang cepat pada awal abad ke 20, tepatnya sekitar tahun 1905, seiring dengan perluasan wilayah Batavia. Banyak bangunan di Jatinegara dibangun pada periode itu. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kini berupaya menelusuri kembali sejarah sejumlah bangunan-bangunan tersebut, diantaranya dengan melakukan riset sejarah, menerima masukan dari masyarakat dan berkoordinasi dengan lembaga-lembaga terkait. Sejauh ini bangunan yang masuk dalam daftar usulan bangunan cagar budaya baru gedung bekas Kodim 0505 di Jalan Raya Bekasi Timur (Nasional Kompas, 2014).
3
Gambar 1.3 Gedung kodim Sumber : http://nizarisvadillah.wordpress.com/. Diakses 21 Maret 2014
Ada dua kawasan Pecinan yang cukup popular di Jakarta, yakni kawasan Glodok Pancoran dan sekitarnya (Kota) di Jakarta Barat serta kawasan Meester, Jatinegara di Jakarta Timur. Untuk kawasan Kota memang sudah ada upaya revitalisasi kota tua, tetapi kenyataannya upaya itu kurang "greget". Ada beberapa bangunan yang seharusnya dijaga kelestariannya malah sengaja ditelantarkan agar lapuk dan runtuh (Kabar Indonesia, 2014). Kawasan Pecinan lain yang saat ini cukup merana dan sejak beberapa kali pergantian Gubernur DKI Jakarta kurang dapat perhatian adalah kawasan Meester, Jatinegara. Jika melihat Surat Keputusan Gubernur DKI No 475/1993 tentang Bangunan Cagar Budaya (BCB), ada 216 gedung yang dikategorikan golongan A (bentuk asli tidak boleh dirubah dan dirubuhkan), maka tidak satu pun gedung bangunan di kawasan Pecinan Meester ini masuk kategori BCB. Begitu pula Perda No.9/ 1999, hanya empat kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya, yakni Kota Tua, Menteng, Kebayoran Baru dan Situ Babakan. Jadi kawasan Meester tidak termasuk kawasan cagar budaya. Padahal di kawasan Pecinan Meester Jatinegara terdapat bangunan-bangunan bersejarah yang perlu dijaga kelestariannya. Seperti di kawasan Pasar Lama Jatinegara, di sekitar kelenteng Hok Tek Cen Sin, terlihat sangat kusam. Banyak bangunan berasitektur Tionghoa ditelantarkan begitu saja oleh pemiliknya. Semoga ke depannya, kawasan ini tak bernasib sama dengan Pecinan Senen yang telah lenyap dan berganti Plaza dan Hotel (Kabar Indonesia, 2014). Beberapa ratus meter dari kawasan Pecinan Meester ini terdapat gedunggedung bekas tangsi militer Belanda yang didirikan oleh Van Imhoff. Di kawasan yang sekarang menjadi Kompleks perumahan Jenderal Urip Sumohardjo, pihak TNI AD masih mampu menjaga kelestariannya. Banyak
4 gedung-gedung berasitektur Belanda direnovasi tanpa merubah bentuk aslinya (Kabar Indonesia, 2014). Walau tak dipungkiri, banyak pula gedung-gedung bersejarah seperti sisa benteng Belanda (penjara wanita Bukit Duri) dan tempat bekas pabrik senjata di Tong Tek (seberang Pasar Lama Jatinegara) telah lenyap. Bahkan gedung eks Kodim 0505 di depan Stasiun KA Jatinegara ditelantarkan begitu saja, padahal dulunya bangungan tersebut merupakan rumah residen Bupati Mester yang sempat dijadikan 'markas' pedagang kaki lima (Kabar Indonesia, 2014). Ada kecemasan, bangunan-bangunan tua bersejarah di Kawasan Jatinegara akan hilang tak berbekas. Motif-motif ekonomi kiranya tidak mengurangi niat untuk menggali kisah masa lalu bangunan-bangunan tua yang ada. Bagaimana pun, bangunan tua bersejarah sesungguhnya bisa mendatangkan keuntungan khususnya bagi masyarakat yang berada disekitar Kawasan Jatinegara, apabila kawasan tersebut dikemas menjadi lebih baik lagi (Nasional Kompas, 2014). Pasar Jatinegara sendiri merupakan pasar regional di daerah Jakarta Timur yang terkenal dan terdapat di deretan tempat yang perlu dikunjungi apabila masyarakat ingin berbelanja barang-barang grosir di Jakarta. Begitu banyak nilai positif yang terdapat di Pasar Jatinegara, namun apabila dilihat dari lingkungan kawasan pasar yang ada sekarang ini, kawasan Pasar Jatinegara terlihat kumuh dan tidak tertata dengan baik. Sangat disayangkan apabila pasar yang selalu ramai dan memiliki banyak potensi ini tidak di revitalisasi menjadi kawasan pasar yang lebih baik lagi tanpa melupakan sejarah yang terdapat di Kawasan Jatinegara, sehingga masyarakat yang ada disekitar ataupun yang beraktifitas di Kawasan Jatinegara nantinya tetap dapat merasakan kembali nilai sejarah yang terdapat di Pasar Jatinegara. Revitalisasi ini dengan tetap mengutamakan rasa aman dan nyaman untuk pengunjung yang berbelanja di Pasar Jatinegara.
Gambar 1.4 Kondisi Pasar Jatinegara saat ini
5 Apabila kawasan Pasar Jatinegara dikelola menjadi lingkungan pasar yang lebih baik lagi, baik dari segi desain penataan lingkungan, sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki, dan bahkan penentuan fungsi ruang dalam kawasan, tentunya akan semakin banyak masyarakat yang berbelanja kebutuhannya di Pasar Jatinegara. Kenyataannya, sekarang ini banyak masyarakat yang enggan berbelanja di kawasan Pasar Jatinegara dikarenakan berbagai hal, diantaranya masalah kemacetan, susahnya mencari parkir kendaraan, dan kesan pasar yang kotor dan kumuh sehingga tidak tertata dengan baik. Karena seharusnya Pasar Jatinegara merupakan pasar regional yang terdapat di kawasan Jakarta Timur yang menjadi pusat kegiatan perekonomian dan perdagangan di kawasan Jakarta Timur. Oleh karena itu, nantinya didalam lingkungan pasar Jatinegara akan disediakan gedung parkir didalam kawasan untuk menampung kendaraan yang masuk kedalam lingkungan pasar dan juga disediakan parkir didalam gedung pasar untuk menampung kendaraan pengunjung pasar, sehingga tidak terjadi penumpukkan kendaraan di lingkungan pasar yang menyebabkan kemacetan dan juga agar kemacetan yang terdapat di lingkungan pasar Jatinegara dapat terurai. Adapun
untuk
revitalisasi
pada pasar
Jatinegara,
nantinya
akan
menggunakan metode insertion. Dimana metode ini dimaksudkan untuk menambahkan fungsi baru yaitu berupa pertokoan dan tenant magnet yang digunakan sebagai daya tarik pengunjung pada lahan yang terdapat bangunan eksistingnya dimana tanpa harus merubah fasade bangunan-bangunan yang perlu dikonservasi dengan maksud untuk meningkatkan kembali nilai potensi yang terdapat di kawasan tersebut. Adapun bangunan eksisting yang tetap dipertahankan pada kawasan terdsebut adalah pasar regional Jatinegara, tetapi dengan ditambahkan fungsi baru dan penataan lingkungan agar menjadi kawasan yang lebih baik lagi. Bangunan eksisting tersebut dirubah fasadenya dikarenakan kondisi bangunan tersebut yang sudah tidak terawat lagi dan terkesan kumuh. Oleh karena itu perlu adanya revitalisasi terhadap lingkungan tersebut agar pertokoan yang tadinya sudah tidak terawat dapat menjadi lebih baik lagi dan fungsinya dapat lebih maksimal penggunaannya. Insertion disini dengan tetap mempertahankan pedagang lama, tanpa harus mengurangi jumlah pedagang yang sudah ada. Malah diharapkan nantinya jumlah pedagang yang terdapat di kawasan pasar Jatinegara dapat lebih meningkat setelah adanya revitalisasi terhadap kawasan.
6 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, akan menarik apabila
judul
“REVITALISASI
penelitian
yang
akan
LINGKUNGAN
saya
PASAR
dikembangkan JATINEGARA
berjudul DENGAN
MENGGUNAKAN METODE INSERTION”.
1.2 Perumusan Masalah Permasalahan tersebut muncul setelah melakukan observasi langsung dan melakukan beberapa interview kepada beberapa responden yaitu masyarakat sekitar. Hal ini dilakukan dengan tetap mempertimbangkan berbagai faktor, diantaranya karena tingkat kenyamanan, kesehatan, keamanan, dan keselamatan seseorang dalam berbelanja dan beraktifitas tetap menjadi prioritas utama. Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: • Jenis konservasi apa yang dilakukan untuk dapat meningkatkan potensi yang terdapat lingkungan Pasar Jatinegara? • Bagaimana desain lingkungan pasar yang sesuai untuk Kawasan Jatinegara sehingga dapat memberikan kenyamanan dan dapat saling mendukung satu sama lain?
1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini meliputi kawasan Pasar Regional Jatinegara, yang terletak di Ibukota Provinsi DKI Jakarta, tepatnya di Jalan Raya Jatinegara Timur, Kelurahan Balimester, Jatinegara Jakarta Timur. Ruang lingkupnya mencakup : a. Ruang lingkup terhadap data existing yang terdapat di Kawasan Pasar Jatinegara, dimana pembahasan yang saya ambil mencakup yaitu: Gereja Koinonia, SDN 01 Balimester, SMPN 14 Jatinegara, Pasar Regional Jatinegara, halte busway Jatinegara, sebagian ruko dan pedagang kaki lima yang terdapat di RW 04, RW 05, dan RW 06. b. Ruang lingkup sirkulasi dan transportasi yang melintas di Kawasan Jatinegara yaitu mencakup transportasi dari Stasiun Jatinegara, Terminal Kampung Melayu, Halte Busway, dan kendaraan pribadi.
7 c. Ruang lingkup desain arsitekturalnya hanya mencakup Pasar Regional Jatinegara yang nantinya akan disesuaikan dengan kondisi yang terdapat di lingkungan sekitar.
1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini yaitu : • Menentukan jenis konservasi yang sesuai untuk dapat meningkatkan potensi yang terdapat di lingkungan pasar Jatinegara. • Untuk mendapatkan desain lingkungan pasar yang sesuai untuk kawasan Jatinegara sehingga dapat memberikan kenyamanan dan dapat saling mendukung satu sama lain.
1.4.2 Manfaat Adapun manfaat yang bisa diperoleh masyarakat dari penelitian ini yaitu: • Masyarakat nantinya bisa merasakan kenyamanan dan keamanan apabila berada di lingkungan Pasar Jatinegara. • Meningkatnya ekonomi pada masyarakat yang terdapat disekitar lingkungan yang dikarenakan revitalisasi terhadap lingkungan pasar Jatinegara sehingga menjadi lingkungan yang lebih baik lagi.
1.5 Metodologi Penelitian Metode
pembahasan
dilakukan
dengan
metode
deskriptif,
yaitu
menguraikan dan menjelaskan data kualitatif, kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pengumpulan data diperoleh dengan cara : 1. Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pendataan langsung di lokasi. 2. Studi Literatur Studi literatur yaitu data sekunder yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan perancangan. 3. Wawancara
8 Wawancara yaitu dialog langsung berupa interview dengan pelaku aktifitas dan pengelola. Hal ini dilakukan untuk menggali data mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan topik.
1.6 Hipotesis Berdasarkan survey yang sudah dilakukan dan data yang terkumpul, bahwa kawasan Pasar Jatinegara yang terdapat di Jalan Jatinegara Timur masih belum tertata dengan baik dan potensi yang sebenernya terdapat di Kawasan Jatinegara juga belum dimaksimalkan. Untuk itu perlu dilakukannya revitalisasi terhadap lingkungan Pasar Jatinegara agar menjadi kawasan yang kebih baik lagi yang tentunya akan disesuaikan dengan arsitektur yang sesuai dengan lingkungan sekitar, agar sejarah yang terdapat dikawasan tersebut tidak hilang seiring dengan perkembangan jaman. Revitalisasi ini dengan tetap mempertahankan bangunanbangunan yang perlu dikonservasi. Pasar Jatinegara diharapkan dapat menjadi icon dari pusat perekonomian dan perdagangan di Kawasan Jakarta Timur. Karena apabila Pasar Jatinegara dibangun kembali dengan menggunakan filosofi contextual, tentunya kawasan tersebut akan lebih baik lagi.
1.7 Sistematika Penulisan Sistematika
pembahasan
dalam
penyusunan
Landasan
Program
Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini adalah sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metodologi, hipotesis, sistematika penulisan, dan tinjauan pustaka.
BAB II
LANDASAN TEORI Menguraikan tentang tinjauan umum tentang kota yaitu pengertian kota, Elemen Dalam Pencitraan Kota, Elemen Pembentuk Kota, Figure / ground, Pengertian Kawasan Perdagangan, Kawasan Pusat Kegiatan Usaha, Pengertian Revitalisasi, Teori yang Berkaitan, Menghadirkan Bangunan Baru, dan Pengertian Insertion ; tinjauan khusus tentang pasar yaitu Sejarah Pasar, Pengertian Pasar, Jenis-Jenis
9 Pasar, Klasifikasi Pasar, Pengertian Pasar Tradisional, dan Ciri Pasar Tradisional; Kerangka Pemikiran; Kesimpulan; dan studi banding. BAB III METODE PENELITIAN Menguraikan tentang lokasi dan waktu penelitian, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian, langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan penelitian, populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian, dan analisa data dalam penelitian. BAB IV HASIL DAN BAHASAN Menguraikan hasil penelitian dan bahasan yang dilakukan dengan penekanan pembuktian hipotesis (penelitian kuantitatif), jawaban atas permasalahan (penelitian kualitatif), dan penjelasan hasil yang dibahas secara komprehensif. BAB V
SIMPULAN DAN SARAN Mengungkapkan kesimpulan berdasarkan uraian yang telah diberikan pada bab sebelumnya, dan saran penulis agar dapat membuat laporan penelitian ini menjadi lebih baik lagi.
1.8 Tinjauan Pustaka Tabel 1.1 Tinjauan Pustaka 1 No
Publisher
Lokasi
Judul
Keterangan
1.
Adri Poesoro, (2007)
Jabodetabek
Pasar Traditional di Era Persaingan Global
2.
Rahadi Wasi Bintoro, (2010)
Jawa Tengah
3.
WIT (2010)
United Kingdom
Aspek Hukum Zonasi Pasar Tradisional Dan Pasar Modern The International Journal of Sustainable development and planning
Jurnal ini menjelaskan tentang pesatnya pembangunan pasar modern yang berdampak terhadap keberadaan pasar tradisional. Pasar modern yang dikelola secara profesional dengan fasilitas yang serba lengkap, sedangkan pasar tradisional masih berkutat dengan permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang profesional dan ketidaknyamanan berbelanja. Jurnal ini membahas mengenai aspek hukum zonasi pasar tradisional dan pasar modern. Berdasarkan hasil analisis, zonasi pasar tradisional dan pasar modern. The International Journal of Sustainable and Planning adalah jurnal disiplin internasional yang mencakup subjek desain lingkungan dan perencanaan, pengelolaan lingkungan, perencanaan tata ruang, perencanaan lingkungan, manajemen lingkungan dan pembangunan berkelanjutan secara terpadu serta sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Press,
10 4.
Camila, Garcia Maria, Spandou Luis, Martínez Rosário, and Macário (2010)
Portugal
Urban Revitalizatio, Land Use, And Transport: Participatory Scenario Building Process In Portugal
5.
Dessy Febrianty (2013)
Jogjakarta
Model of Role Strengthening of Traditional Market Based on Social Capital in Indonesia: Study Case Beringharjo Market, Jogjakarta
Jurnal ini menggambarkan revitalisasi kota atau pembangunan kembali yang muncul sebagai respon terhadap penurunan kota. Jenis dan tingkat dari intervensi bertujuan untuk mencapai revitalisasi perkotaan yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan lokal dan tren perkotaan. Akibatnya, berbagai istilah yang merujuk pada proses pembangunan kembali ini biasanya digunakan secara bergantian. Ini termasuk regenerasi, pembaharuan, pembangunan kembali, rehabilitasi, konservasi, restorasi, revitalisasi, rekonstruksi, perbaikan, dll Jurnal ini menggambarkan pasar tradisional yang memiliki peran penting bagi ekonomi dalam masyarakat negaranegara berkembang. Dalam kondisi yang lebih buruk dengan adanya pasar modern, setiap upaya yang telah dilakukan untuk merevitalisasi pasar tradisional cenderung menghadapi kegagalan karena belum melihat aspek sosial dan hanya menampilkan aspek fisik dan ekonomis. Sementara aspek sosial (seperti modal sosial) sangat signifikan untuk dinamis dan keberlanjutan pasar.
Sumber : Olahan data penulis
Dari semua sumber literatur tersebut dan melalui studi lapangan yang telah dilakukan pada kawasan Jatinegara, diharapkan sumber tersebut dapat membantu peneliti dalam melakukan rancangan desain pasar tradisional sehingga nantinya dapat menghasilkan sebuah rancangan kawasan pasar tradisional yang baik dengan tetap mempertahankan sejarah yang ada pada kawasan tersebut. Adapun sumber yang membantu dalam merevitalisasi lingkungan pasar Jatinegara yaitu jurnal yang berjudul The International Journal of Sustainable Development and Planning dan Model of Role Strengthening of Tradisional Market Based on Social Capital in Indonesia : Study Case Beringharjo Market, Jogjakarta.