BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, banyak sekali kemajuan dan perubahan yang terjadi dengan ditandainya perubahan pola pikir masyarakat, kemajuan teknologi, dan perubahan gaya hidup. Selain hal tersebut, jumlah populasi penduduk di suatu negara terus meningkat. Dengan pertumbuhan populasi penduduk dan perekonomian di suatu negara maka kebutuhan dalam mengkonsumsi energi akan meningkat khususnya pada energi listrik. Dikarenakan listrik dapat membantu menggerakkan roda perekonomian suatu negara seperti sektor industri, sektor transportasi, serta sektor pemerintahan. Hal ini dapat berakibat permintaan daya listrik yang semakin meningkat. Di Indonesia, perusahaan yang mengelola permintaan daya listrik adalah perusahaan milik negara/pemerintah atau yang disebut dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Seperti yang terlampir dari data statistik PLN tahun 2013, pada akhir Desember 2013, PLN memiliki dan mengoperasikan sebanyak 4.925 unit pembangkit dengan total kapasitas yang terpasang sebesar 34.206 MW, dengan 26.768 MW (78,26%) berada di pulau Jawa. Total kapasitas terpasang meningkat 3,96 dibandingkan dengan akhir Desember tahun 2012. Prosentase kapasitas terpasang per jenis pembangkit listrik sebagai berikut: PLTU 15.554 MW (45,47%), PLTGU 8.814 MW (25,77%), PLTD 2.848 (8,33%), PLTA 3.520 MW (10,29%), PLTG 2.894 MW (8,46%), PLTP 568 MW (1,67%), PLTSa 8,37 MW (0,02%). PT. PLN (Persero) merupakan sebuah perusahaan milik pemerintah Indonesia yang mengelola pendistribusian listrik di Indonesia. PT. PLN (Persero) memiliki visi “Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani”. PT. PLN (Persero) percaya bahwa potensi insani merupakan aset terbesar dan masa depan mereka. Sejarah perusahaan listrik di Indonesia, berawal pada zaman pemerintah Belanda yang mendirikan pembangkit listrik pertama. Pada perang dunia kedua, Jepang mengambil alih perusahaan listrik. Setelah Indonesia merdeka, para pemuda Indonesia merebut dan
mengambil
alih
perusahaan
1
listrik
dan
mengembalikan
2 pada pemerintah Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober ditetapkan sebagai Hari Listrik Nasional. Pada zaman era globalisasi saat ini, sektor industri menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Di era globalisasi menuntut organisasi untuk dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis mereka. Beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis dapat menggunakan konsep organisasi pembelajar atau learning organization. Karena organisasi pembelajar terus mendorong, mendukung, mempercepat, dan me-reward pembelajaran individu melalui sistem organisasi yang berkelanjutan mempromosikan pengembangan diri dan kerja (Karimi dan Alipour, 2011). Menciptakan organisasi pembelajar akan membuat karyawan, kelompok, maupun organisasi secara konstan mengembangkan kapasitasnya mencapai hasil optimal, yang disebut sebagai kinerja. PLN sudah menjadi organisasi pembelajar tetapi dalam pelaksanaannya belum menghasilkan hasil yang optimal. Dalam pelaksanaannya karyawan PLN belum melakukan kegiatan pembelajaran secara individu dengan kesadaran diri sendiri, karyawan masih harus disuruh untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan dan pengetahuan. Dengan terus belajar maka dapat terus mengembangkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Faktor penting lain yang memiliki pengaruh besar pada kinerja organisasi, survivability, dan competitiveness adalah inovasi (Damanpour, 1991; Plessis, 2007; Kanter, 1984; Huang dan Li, 2009). Inovasi adalah sebuah ide baru, proses, atau konsep yang diterapkan untuk meningkatkan produk dan jasa. Inovasi menjadi hal yang krusial karena memainkan peran yang penting untuk kemampuan bertahan (survive), beradaptasi, dan bersaing dalam organisasi. Inovasi dapat digambarkan seperti sebuah generasi, pengembangan, dan implementasi dari sesuatu yang baru ke dalam organisasi serta perluasan produk, jasa, proses, teknologi, sistem administrasi atau struktur baru (Kor dan Maden, 2013). Inovasi telah didefinisikan juga sebagai proses pengetahuan yang mengubah pengetahuan ke dalam produk dan layanan baru (Wilson, 2007). Innovation capability mengacu pada kemampuan perusahaan dalam mentransformasi pengetahuan dan ide baru kedalam produk dan proses baru untuk benefit bagi perusahaan (Lawson dan Samson, 2001). Kemampuan berinovasi dalam PLN sudah cukup menghasilkan produk inovasi seperti contohnya adalah karyawan dalam mengatasi pemadam listrik yang dikarenakan oleh kabel yang saling menyentuh jika tertiup angin, maka untuk mengatasi masalah tersebut karyawan membuat selangisasi yaitu sebuah produk hasil inovasi.
3 Setiap organisasi perlu membangun kesiapan organisasinya. Selain mengelola tangible asset atau aset berwujud, organisasi pun perlu mengelola intangible asset atau aset tidak berwujud seperti knowledge atau pengetahuan yang dimiliki seluruh karyawan di organisasi. Maka dari itu, organisasi perlu knowledge management agar pengetahuan yang dimiliki terkelola dengan baik dan optimal. Pendekatan knowledge management
dibutuhkan
sebagai
framework
agar
dapat
mentransformasi
pengetahuan menjadi action sehingga dapat meningkatkan kinerja organisasi. Dari pengetahuan yang dimiliki karyawan (tacit) menjadi pengetahuan yang dimiliki organisasi (eksplisit). Knowledge management mewakili sebuah logika progresif yang maknanya melebihi dan sekedar manajemen informasi. Artinya, efektivitas knowledge management dipengaruhi oleh kualitas lingkungan kerja yang kondusif untuk terjadinya proses berbagi pengetahuan. PLN sudah menyadari bahwa pengelolaan knowledge dengan cara baik akan menjadi salah satu faktor penting bagi kemajuan perusahaan. Di mana PLN sudah membentuk knowledge management sejak tahun 2008. Karena diketahui bahwa seorang karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan akan bertambah pengalaman dan pengetahuan dari proses pembelajaran baik melalui proses formal (pelatihan) maupun belajar secara informal melalui proses learning by doing. Semakin lama seorang karyawan bekerja dan semakin terbuka pikirannya untuk menerima pengetahuan barunya, maka pengetahuan dan pengalamannya akan semakin tinggi. Menurut research Delphi penyebaran knowledge dalam perusahaan adalah 42% berada di otak karyawan, 26% di dokumen kertas, 20% terdapat di dokumen elektronik, 12% based-electronic sehingga apabila terdapat karyawan yang mutasi, pensiun, bahkan meninggal, perusahaan akan kehilangan knowledge yang sudah terbangun dan perusahaan harus mulai lagi melakukan proses pendidikan karyawan barunya agar pengetahuannya menjadi setingkat dengan karyawan yang keluar. Untuk mengantisipasi hal tersebut, PLN sudah menyediakan wadah atau cara untuk mengelola pengetahuan dan mengelola kegiatan berbagi pengetahuan yang dimiliki para karyawannya dengan dukungan teknologi yang ada saat ini dan menyediakan fasilitas pembelajaran untuk para karyawan, seperti pelatihan. Terdapat kendala dalam kegiatan knowledge management di PLN, di mana karyawan dalam kegiatan knowledge management tidak mendokumentasikan kegiatan tersebut, adanya keterbatasan kemampuan dalam melakukan berbagi pengetahuan (sharing knowledge) yang dimiliki sehingga penyebaran pengetahuan
4 belum optimal. Jika penyebaran pengetahuan belum optimal, terutama pada karyawan senior yang ingin memasuki masa pensiun, maka pengetahuan yang dimiliki akan terbawa oleh karyawan tersebut dan tidak dapat terbagi oleh karyawan yang lain. Adapun empat cara yang biasa dilakukan di PLN pada proses knowledge sharing atau berbagai pengetahuan, yaitu dengan melakukan community of practice, knowledge sharing cafe, knowledge capturing, dan produk inovasi. Diketahui hasil dari penilaian kegiatan knowledge management di PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang pada tahun 2013 ditunjukan pada gambar 1.1 diagram di bawah ini sebagai berikut:
Tahun 2013 165 160 155 Triwulan 1 150 Triwulan 2 Triwulan 3
145
Triwulan 4 140 135 130 Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Gambar 1.1 Diagram Penilaian Knowledge Management Sumber : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Dari gambar diagram di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2013, kegiatan knowledge management mengalami penilaian dengan rating nilai naik turun. Jika pada kegiatan knowledge management memiliki penilaian rendah, maka dapat di artikan bahwa karyawan dalam kegiatan tersebut tidak mendokumentasikan dan dibuat menjadi sebuah buku yang berisi pengetahuan yang dimiliki. PLN harus
5 mampu untuk mengelola knowledge atau pengetahuan yang dimiliki sebaik mungkin agar knowledge yang dimiliki tidak hilang begitu saja sehingga pengelolaan knowledge management di dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik. Selain itu kemampuan berinovasi pun menjadi hal krusial dalam menjalankan kegiatan perusahaan untuk dapat mencapai tujuan. Chawla dan Joshi (2011) menyatakan bahwa learning organization memberikan dampak pada knowledge management. Selanjutnya, Kor dan Maden (2013) menyatakan bahwa innovation berpengaruh kepada knowledge management, memiliki pengaruh yang signifikan. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin menganalisa organisasi pembelajar dan innovation capability terhadap proses knowledge management melalui skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH ORGANISASI PEMBELAJAR TERHADAP INNOVATION CAPABILITY DAN DAMPAKNYA PADA KNOWLEDGE MANAGEMENT DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG”.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi dari organisasi pembelajar, innovation capability, dan knowledge management? 2. Bagaimana pengaruh antara organisasi pembelajar terhadap innovation capability? 3. Bagaimana pengaruh antara organisasi pembelajar terhadap knowledge management? 4. Bagaimana pengaruh antara innovation capability terhadap knowledge management? 5. Bagaimana pengaruh antara organisasi pembelajar terhadap knowledge management melalui innovation capability?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk memahami kondisi dari organisasi pembelajar, innovation capability, dan knowledge management
6 2. Untuk menganalisa pengaruh dari organisasi pembelajar terhadap innovation capability 3. Untuk menganalisa pengaruh organisasi pembelajar terhadap knowledge management 4. Untuk menganalisa pengaruh innovation capability terhadap knowledge management 5. Untuk menganalisa pengaruh organisasi pembelajar terhadap knowledge management melalui innovation capability
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagi Perusahaan •
Untuk menginformasikan tentang kondisi dari organisasi pembelajar, innovation capability, dan knowledge management;
•
Untuk
menginformasikan
tentang
seberapa
pentingnya
pengaruh
organisasi pembelajar terhadap innovation capability; •
Untuk
menginformasikan
tentang
seberapa
pentingnya
pengaruh
organisasi pembelajar terhadap knowledge management; •
Untuk
menginformasikan
tentang
seberapa
pentingnya
pengaruh
innovation capability terhadap knowledge management; •
Diharapkan
penelitian
ini dapat memberikan
masukkan kepada
perusahaan mengenai penerapan knowledge management. Bagi Pembaca •
Secara umum, sebagai sumber informasi mengenai organisasi pembelajar, innovation capability, dan knowledge management;
•
Secara khusus, sebagai sumber informasi mengenai pengaruh organisasi pembelajar
terhadap
knowledge
management
melalui
innovation
capability di PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.